MYHOMMY.ID – Apakah bayi boleh diberikan madu? Pertanyaan ini mungkin cukup sering ditanyakan oleh para ibu baru. Hmm, bayi di bawah 1 tahun sebaiknya tidak diberi madu. Itu karena sejenis bakteri (disebut Clostridium) yang menyebabkan botulisme pada bayi dapat ditemukan dalam madu.
Botulisme pada bayi dapat menyebabkan kelemahan otot, dengan tanda-tanda seperti kesulitan menghisap, tangisan lemah, konstipasi, dan penurunan tonus otot (floppiness).
Lalu, bagaimana kita dapat melindungi bayi dari botulisme?
Orang tua dapat membantu mencegah botulisme bayi dengan tidak memberikan bayi madu atau makanan olahan apa pun yang mengandung madu sampai setelah ulang tahun pertama sang anak.
Apa Lagi yang Harus Diketahui?
Seiring bertambahnya usia anak-anak, mereka dapat mengonsumsi madu karena sistem pencernaan mereka yang matang memindahkan spora bakteri Clostridium ke seluruh tubuh sebelum menyebabkan kerusakan.
Apa Itu Botulisme Bayi?
Botulisme bayi adalah penyakit yang bisa terjadi saat bayi menelan (mengambil) racun dari sejenis bakteri. Bayi dengan botulisme bayi dapat mengalami kelemahan otot, tangisan lemah, dan kesulitan bernapas. Mereka perlu dirawat di rumah sakit. Dengan diagnosis dini dan perawatan medis yang tepat, bayi harus sembuh total dari penyakitnya.
Apa Penyebab Botulisme Bayi?
Botulisme bayi disebabkan oleh toksin (racun) dari bakteri Clostridium botulinum, yang hidup di tanah dan debu. Bakteri dapat menempel di permukaan seperti karpet dan lantai, serta dapat mencemari madu. Itu sebabnya bayi di bawah 1 tahun tidak boleh diberi madu atau makanan olahan apa pun yang mengandung madu (seperti kerupuk graham madu).
Bakteri ini tidak berbahaya bagi anak-anak yang lebih senior dan orang dewasa. Sistem pencernaan mereka yang matang dapat memindahkan racun ke seluruh tubuh sebelum menyebabkan kerusakan.
Botulisme bayi biasanya menyerang bayi yang berusia kurang dari 6 bulan. Tetapi semua bayi berisiko mengalaminya sampai ulang tahun pertama mereka.
Apa Tanda & Gejala Botulisme Bayi?
Bayi dengan botulisme bayi mungkin mengalami:
Sembelit (seringkali merupakan tanda pertama yang diperhatikan orang tua)
Otot wajah lemah yang membuat wajahnya terlihat “rata”
Tangisan yang lemah
Otot-otot lemah di lengan, kaki, dan leher, menyebabkan kelemahan
Masalah pernapasan
Kesulitan menelan dengan banyak air liur
Mereka juga mungkin tidak makan dengan baik atau bergerak sebanyak biasanya.
Bagaimana Botulisme Bayi Didiagnosis?
Dokter mendiagnosis botulisme bayi dengan menanyakan tentang gejala bayi. Mereka akan melakukan pemeriksaan dan mungkin melakukan tes untuk mencari toksin dan melihat bagaimana otot bayi bekerja.
Bagaimana Botulisme Bayi Diobati?
Bayi dengan botulisme bayi membutuhkan perawatan di rumah sakit, biasanya di unit perawatan intensif (ICU). Tim perawatan kesehatan akan berusaha membatasi masalah yang disebabkan toksin pada tubuh bayi.
Dokter mengobati botulisme bayi dengan antitoksin yang disebut botulism immune globulin intravena (BIGIV). Mereka memberikan ini kepada bayi sesegera mungkin jika mereka mencurigai adanya botulisme. Bayi dengan botulisme yang mendapatkan BIGIV lebih awal pulih lebih cepat dan menghabiskan lebih sedikit waktu di rumah sakit daripada bayi yang tidak mendapatkan BIGIV.
Jika toksin mempengaruhi otot pernapasan, bayi mungkin perlu menggunakan mesin pernapasan (ventilator) selama beberapa minggu hingga menjadi lebih kuat. Ini juga dapat memengaruhi otot menelan, sehingga bayi biasanya membutuhkan cairan intravena (IV) atau menyusu melalui selang untuk mendapatkan makanan.
Bisakah Botulisme Bayi Dicegah?
Para ahli tidak mengetahui mengapa beberapa bayi mengalami botulisme sementara yang lainnya tidak.
Salah satu cara untuk mengurangi risiko botulisme adalah dengan tidak memberikan bayi madu atau makanan olahan apa pun dengan madu sebelum ulang tahun pertama mereka. Madu adalah sumber bakteri yang terbukti. Sirup jagung terang dan gelap juga mungkin mengandung bakteri penyebab botulisme, tetapi hubungannya belum terbukti. Periksa dengan dokter sebelum memberikan sirup ini kepada bayi.
Jika memiliki pertanyaan tentang produk lain yang harus dihindari, tanyakan kepada dokter Anda, ya!***
Rerefensi: https://kidshealth.org
Ilustrasi: Pexels/Mareefe
0 Comments