MYHOMMY.ID – Kasus perundungan atau bullying terus terjadi seolah tiada henti. Terakhir ini viral di media sosial mengenai peristiwa bullying siswa SMP di Cilacap. Kejadian ini tentu menjadi keprihatian semua pihak, tak terkecuali para orang tua yang menjadi khawatir dengan situasi saat ini.
Tentunya siapapun tak ingin buah hatinya menjadi korban bullying. Berikut ini 10 tanda bila anak menjadi korban bullying:
- Enggan pergi ke sekolah
Sekolah merupakan tempat yang sering menjadi lokasi terjadinya intimidasi. Keengganan seorang anak untuk bangun dan pergi ke sekolah di pagi hari dapat menandakan bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Perhatikan juga Moms apakah anak mengeluh rasa sakit dan nyeri. Untuk anak yang memasuki usia remaja, hubungi guru secara berkala untuk memantau kehadirannya karena kelompok usia ini lebih cenderung membolos.
Donna Clark-Love, pakar dan penasihat pencegahan bullying di Houston, Texas, menyarankan untuk berhati-hati di awal minggu ketika mencari tanda-tanda perundungan. “Senin adalah hari paling umum bagi orang yang ingin bolos sekolah,” katanya. “Anak-anak cenderung merasa lebih aman di rumah pada akhir pekan dan memasuki hari Senin terasa berat bagi mereka. Seorang guru harus menghentikan penindasan atau bullying di kelasnya.”
- Sering sakit kepala dan sakit perut
Sakit kepala dan sakit perut adalah manifestasi fisik umum dari stres dan kecemasan yang terkait dengan tanda-tanda penindasan. Bisa juga penyakit yang mudah dipalsukan sebagai alasan untuk tidak masuk sekolah. Jika anak sering mengeluhkan gejala-gejala ini, segera bicarakan, saran Bailey Lindgren, seorang rekan di Pusat Pencegahan Penindasan Nasional dari Koalisi Advokasi Orang Tua untuk Hak Pendidikan (PACER). Tanyakan pada anak apa yang dialaminya. Contohnya, “Kamu sepertinya sering merasa sakit akhir-akhir ini; bisakah kamu ceritakan lebih banyak tentang itu?”
- Perubahan dalam pertemanan
Kehilangan atau perubahan teman bisa menjadi tanda-tanda bullying, terutama pada remaja dan remaja perempuan. Demikian pula, keengganan untuk bergaul dengan teman-teman dapat menandakan bahwa penindasan sedang terjadi di dalam kelompok teman, kata Clark-Love. “Kami sering melihat hal ini terjadi pada kelompok ‘perempuan jahat’, dan sering kali sulit bagi anak-anak untuk mengenalinya sebagai penindasan.” Orang tua dapat tetap mengetahui perubahan dalam kelompok teman anak dengan berhubungan dengan orang tua lain dalam kelompok tersebut.
- Tidur bermasalah
Jika seorang anak merasa gugup atau cemas tentang apa yang mungkin terjadi keesokan harinya di sekolah atau di tempat lain, ia mungkin mengalami kesulitan tidur atau gelisah. “Jika seorang anak tampak lebih lelah saat sarapan atau terlihat lebih lelah dari biasanya, itu bisa jadi tanda-tanda mereka kesulitan tidur di malam hari,” kata Lindgren. Kelelahan juga bisa muncul dalam bentuk lain: Ketidakmampuan untuk fokus atau menjaga kebersihan dapat mengindikasikan apa saja, mulai dari masalah tidur hingga depresi.
- Menangis atau reaksi emosional yang intens
Jika seorang anak atau remaja menunjukkan reaksi emosional yang intens terhadap percakapan tentang sekolah, itu bisa menjadi tanda bahwa ia merasa cemas terhadap kejadian tersebut. Apa pun yang terjadi, Moms harus melihat gejala gejolak emosi anak.
- Tidak ingin berinteraksi dengan keluarga
“Jika seorang anak tidak banyak bicara seperti biasanya, atau jika mereka langsung masuk ke kamar sepulang sekolah, hal ini mungkin harus diwaspadai,” kata Lindgren. Bertindak melawan saudara kandung juga bisa menjadi tanda perundungan yang berkepanjangan; dalam beberapa kasus, korban penindasan akan melepaskan “sikap korban” dan menjadi reaktif terhadap saudara kandungnya dan anak-anak lain.
- Menarik diri
Jika bullying terhadap seorang anak terjadi secara online, Moms mungkin melihat salah satu dari dua hal ini: keterikatan yang berlebihan terhadap perangkat elektronik atau penarikan diri sepenuhnya dari perangkat tersebut. Jika yang pertama, anak bisa menjadi gelisah jika Moms mencoba membatasi penggunaannya. Yang kedua, Moms mungkin merasa anak tersebut sulit untuk dihubungi (karena mereka sudah menarik diri dari perangkatnya). Lindgren merekomendasikan untuk menetapkan aturan dan pedoman untuk keterlibatan online ketika anak-anak pertama kali membuat akun media sosial. Dia mengatakan anak-anak mungkin enggan memberi tahu orang dewasa tentang cyberbullying karena takut perangkat mereka akan diambil orang tuanya.
- Pakaian robek dan adanya tanda fisik
Pakaian robek dan barang-barang rusak atau dicuri, disertai dengan memar fisik yang tidak dapat dijelaskan, merupakan tanda-tanda khas dari intimidasi. “Ketika orang tua bertanya tentang hal-hal ini, anak cenderung tidak bisa menjelaskannya, atau tidak mau menjelaskannya.” Sekali lagi, ajukan pertanyaan terbuka: “Apa yang terjadi hari ini?”; “Bagaimana perasaanmu saat itu terjadi.”
- Bersikap sebagai korban bullying
Clark-Love mencatat bahwa “korban sejati”, yang berarti anak-anak yang tidak memiliki keterampilan atau ketegasan untuk membela diri, sering kali mengambil sikap sebagai korban: berjalan dengan kepala tertunduk dan tidak mau berkomentar atau mengutarakan pendapatnya.
Anak-anak ini juga rentan ditindas dari tahun ke tahun. Jika anak mulai bersikap lemah, pertimbangkan untuk mendaftarkannya dalam aktivitas olahraga bela diri seperti judo. Dengan begitu, anak akan mampu membangun rasa percaya diri tanpa adanya tekanan dari teman.***
Referensi: https://www.rd.com/list/bullying-signs/
Ilustrasi: Pexels/Mikhail Nilov
0 Comments