MYHOMMY.ID – Autisme juga disebut gangguan spektrum autisme (ASD) adalah kondisi yang mencakup masalah komunikasi dan perilaku. Autisme atau gangguan spektrum biasanya muncul pada usia 2 atau 3 tahun dengan cara dan tingkat yang berbeda-beda.
Anak yang mengalami autisme mengalami kesulitan dalam berkomunikasi. Mereka kesulitan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain. Hal ini membuat mereka sulit mengekspresikan diri, baik dengan kata-kata maupun melalui gerak tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan.
Anak dengan autisme mungkin mengalami masalah dalam belajar. Keterampilan mereka mungkin berkembang secara tidak merata. Misalnya, mereka mungkin kesulitan berkomunikasi tetapi sangat pandai dalam bidang seni, musik, matematika, atau hal-hal yang melibatkan ingatan. Oleh karena itu, mereka mungkin dapat mengerjakan tes analisis atau pemecahan masalah dengan sangat baik.
Saat ini, lebih banyak anak yang didiagnosis menderita autisme dibandingkan sebelumnya. Namun angka terbaru ini mungkin lebih tinggi karena adanya perubahan dalam cara diagnosisnya, bukan karena semakin banyak anak yang mengalami kelainan tersebut.
Setiap anak yang mengalami autisme akan terkena dampak yang berbeda-beda. Beberapa orang mengalami masa-masa yang lebih menantang dengan kemampuan sosial, pembelajaran, atau komunikasi. Mereka mungkin memerlukan bantuan dalam tugas sehari-hari dan dalam beberapa kasus tidak dapat hidup sendiri. Banyak orang menyebutnya sebagai “autisme yang berfungsi rendah”.
Sementara itu, anak lainnya mungkin mengalami autisme dengan gejala yang kurang jelas. Mereka sering kali berprestasi baik di sekolah dan memiliki lebih sedikit masalah dalam berkomunikasi. Orang biasanya menyebutnya “autisme yang berfungsi tinggi”.
Namun istilah “berfungsi tinggi” dan “berfungsi rendah” dapat menyinggung. Yang terbaik adalah menghindarinya. Untuk membicarakan bagaimana autisme memengaruhi seseorang, Moms dapat menggunakan istilah seperti “lebih signifikan” atau “kurang signifikan”.
Gejala Autisme
Gejala autisme biasanya muncul sebelum anak berusia 3 tahun. Beberapa orang menunjukkan tanda-tandanya sejak lahir.
Gejala umum autisme meliputi:
- Kurangnya kontak mata
- Rentang minat yang sempit atau minat yang intens terhadap topik tertentu
- Melakukan sesuatu berulang-ulang, seperti mengulang kata atau frasa, bergoyang maju mundur, atau memainkan benda secara gelisah (seperti menekan tombol lampu)
- Sensitivitas tinggi terhadap suara, sentuhan, bau, atau pemandangan yang tampak biasa bagi orang lain
- Tidak melihat atau mendengarkan orang lain
- Tidak melihat sesuatu ketika orang lain menunjuk ke arah Moms
- Tidak ingin dipeluk atau memeluk
- Masalah dalam memahami atau menggunakan ucapan, gerak tubuh, ekspresi wajah, atau nada suara
- Berbicara dengan suara datar atau sepeti robot
- Kesulitan beradaptasi dengan perubahan rutinitas
- Beberapa anak autis mungkin juga mengalami kejang.
Gejala autisme pada anak
Anak-anak mungkin menunjukkan tanda-tanda autisme yang berbeda. Di antaranya adalah:
- Tidak merespons namanya pada usia 9 bulan
- Tidak menunjukkan ekspresi wajah pada usia 9 bulan
- Tidak ingin memainkan permainan sederhana pada usia 12 bulan
- Tidak menggunakan isyarat (seperti melambaikan tangan) pada usia 12 bulan
- Tidak mengerti kapan orang lain sedih atau marah pada usia 24 bulan
- Tidak memperhatikan atau ingin bergabung dengan anak lain untuk bermain pada usia 36 bulan
- Tidak menyanyi, berakting, atau menari untuk Moms pada usia 60 bulan
- Menyusun mainan dalam urutan tertentu dan menjadi kesal jika urutannya diubah
- Menunjukkan minat obsesif
- Mengayunkan tubuhnya, mengepakkan tangannya, atau berputar-putar
- Keterlambatan bahasa, gerakan, pembelajaran, atau keterampilan kognitif
- Kebiasaan tidur atau makan yang aneh
- Lebih sedikit atau lebih banyak rasa takut terhadap sesuatu daripada yang biasanya diperkirakan
Selain itu, beberapa hal lainnya yang dilakukan oleh anak dengan autism di antaranya:
Stimming yaitu perilaku merangsang diri sendiri, seperti mengepakkan tangan dan lengan, mengayun, berputar, memutar, melompat, membenturkan kepala, atau gerakan tubuh lain yang sejenis. Hal ini juga dapat mencakup penggunaan suatu benda berulang-ulang, seperti menjentikkan karet gelang, memutar-mutar tali, menyentuh sesuatu dengan tekstur tertentu, dan banyak lagi.
Anak dengan autisme mungkin melakukan stimulasi untuk bersenang-senang, untuk menghilangkan kebosanan, atau untuk mengatasi stres atau kecemasan. Ini juga dapat membantu mereka menyesuaikan tingkat masukan sensorik. Misalnya, mereka mungkin memutar senar sehingga mereka dapat menontonnya atau fokus pada satu suara sehingga mereka dapat menghilangkan suara keras atau suara yang membuat stres.
Kadang-kadang, anak dengan autisme merasa kewalahan dengan suatu situasi dan tidak mampu menemukan cara untuk merespons. Mereka mungkin menangis, menjerit, atau bertindak secara fisik dengan menendang, meninju, atau menggigit. Mereka mungkin menutup diri sepenuhnya dan berhenti merespons dengan cara apa pun. Ini bukan tantrum: Mereka hanya tidak mampu mengatasi rasa kewalahan atau menjelaskan perasaan mereka.
Jenis Autisme
Ada beberapa jenis atau tipe autisme, di antaranya:
- Sindrom Asperger. Anak-anak dengan sindrom Asperger cenderung mendapat nilai rata-rata atau di atas rata-rata pada tes kecerdasan. Namun mereka mungkin memiliki tantangan dalam keterampilan sosial dan menunjukkan cakupan minat yang kecil.
- Gangguan autis. Inilah yang terlintas di benak kebanyakan orang ketika mendengar kata “autisme”. Hal ini mempengaruhi interaksi sosial, komunikasi, dan bermain pada anak-anak di bawah 3 tahun.
- Gangguan disintegrasi masa kanak-kanak. Anak-anak dengan kelainan ini memiliki perkembangan yang khas selama minimal 2 tahun dan kemudian kehilangan sebagian atau sebagian besar keterampilan komunikasi dan sosialnya.
- Gangguan perkembangan pervasif (PDD atau autisme atipikal). Dokter mungkin menggunakan istilah ini jika anak memiliki beberapa perilaku autis, seperti keterlambatan dalam keterampilan sosial dan komunikasi, namun tidak termasuk dalam kategori lainnya.
Penyebab Autisme
Alasan mengapa autisme terjadi masih belum jelas. Ini bisa berasal dari masalah di bagian otak yang menafsirkan masukan sensorik dan memproses bahasa.
Autisme empat kali lebih sering terjadi pada anak laki-laki dibandingkan anak perempuan. Hal ini dapat terjadi pada orang-orang dari ras, etnis, atau latar belakang sosial apa pun. Pendapatan keluarga, gaya hidup, atau tingkat pendidikan tidak mempengaruhi risiko anak terkena autisme. Namun ada beberapa faktor risiko:
- Seorang anak dengan orang tua yang lebih tua memiliki risiko lebih tinggi terkena autisme.
- Wanita hamil yang terpapar obat-obatan atau bahan kimia tertentu, seperti alkohol atau obat anti kejang, lebih mungkin memiliki anak autis.
- Faktor risiko lainnya termasuk kondisi metabolisme ibu seperti diabetes dan obesitas. Penelitian juga menghubungkan autisme dengan fenilketonuria yang tidak diobati (juga disebut kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak adanya enzim) dan rubella (campak Jerman).
Apakah autisme bersifat genetik?
Autisme diturunkan dalam keluarga, sehingga kombinasi gen tertentu dapat meningkatkan risiko pada anak. Perubahan pada lebih dari 1.000 gen mungkin terkait dengan autisme. Namun tidak semuanya dikonfirmasi oleh para ahli. Faktor genetik dapat mempengaruhi risiko seseorang terkena autisme antara 40 hingga 80%.
Risiko secara keseluruhan bergantung pada kombinasi gen, lingkungan, usia orang tua, dan komplikasi kelahiran apa pun.
Mutasi gen langka atau masalah kromosom kemungkinan menjadi satu-satunya penyebab sekitar 2% hingga 4% penderita autisme. Hal ini cenderung terjadi pada kondisi yang juga mempengaruhi bagian tubuh lain, seperti mutasi pada gen ADNP. Dengan sindrom ADNP, seseorang akan menunjukkan tanda-tanda autisme serta memiliki ciri wajah tertentu.
Banyak gen yang terlibat dalam autisme berhubungan dengan perkembangan otak. Inilah sebabnya mengapa gejala autisme cenderung melibatkan masalah komunikasi, fungsi kognitif, atau sosialisasi.
Vaksin dan autisme
Vaksin tidak menyebabkan autisme. Meskipun beberapa orang khawatir akan hal tersebut, penelitian menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara keduanya. Para ahli telah mengkaji keamanan delapan vaksin untuk anak-anak dan orang dewasa. Mereka menemukan bahwa vaksin sangat aman, meskipun ada pengecualian yang jarang terjadi. Penelitian lain mengamati bahan-bahan dari berbagai vaksin dan tidak menemukan kaitannya dengan autisme. Manfaat kesehatan dari vaksin dalam mencegah penyakit jauh lebih besar daripada potensi risikonya.
Tes Autisme
Sulit untuk mendapatkan diagnosis pasti autisme. Dokter akan fokus pada perilaku dan perkembangan. Untuk anak-anak, diagnosis biasanya memerlukan dua langkah.
- Pemeriksaan perkembangan akan memberi tahu dokter apakah anak berada pada jalur yang tepat dalam keterampilan dasar seperti belajar, berbicara, berperilaku, dan bergerak. Para ahli menyarankan agar anak-anak diskrining terhadap keterlambatan perkembangan ini selama pemeriksaan rutin pada usia 9 bulan, 18 bulan, dan 24 atau 30 bulan. Anak-anak rutin diperiksa khusus autisme pada pemeriksaan 18 bulan dan 24 bulan.
Jika anak menunjukkan tanda-tanda masalah pada pemeriksaan ini, ia memerlukan evaluasi yang lebih lengkap. Ini mungkin termasuk tes pendengaran dan penglihatan atau tes genetik. Dokter mungkin menghadirkan seseorang yang berspesialisasi dalam gangguan autisme, seperti dokter anak perkembangan atau psikolog anak. Beberapa psikolog juga dapat memberikan tes yang disebut Autism Diagnostic Observation Schedule (ADOS).
- Pengobatan dini dapat menimbulkan perbedaan besar dalam perkembangan anak autis. Jika Moms merasa anak menunjukkan gejala ASD, beri tahu dokter sesegera mungkin.
Penanganan Autisme
Apa yang berhasil untuk satu orang mungkin tidak berhasil untuk orang lain. Dokter harus menyesuaikan perawatan untuk anak. Jenis perawatan utama adalah:
- Perilaku: Membantu memahami penyebab dan akibat dari suatu perilaku sehingga dapat mengubah perilaku yang tidak diinginkan.
- Perkembangan: Terapi wicara meningkatkan keterampilan komunikasi, terapi fisik meningkatkan kemampuan motorik, terapi okupasi bekerja pada keterampilan hidup seperti berpakaian dan makan.
- Psikologis: Perawatan seperti terapi perilaku kognitif (CBT) dapat membantu orang mengatasi kecemasan, depresi, atau masalah kesehatan mental lainnya selain autisme.
- Pendidikan: Menyesuaikan proses pembelajaran dengan kebutuhan penyandang autisme.
- Sosial-relasional: Berfokus pada peningkatan keterampilan sosial dan membangun ikatan emosional.
- Pengobatan: Berusaha meringankan gejala ASD, seperti masalah perhatian, hiperaktif, atau kecemasan.
- Perawatan komplementer dapat membantu meningkatkan keterampilan belajar dan komunikasi pada beberapa penderita autisme. Terapi komplementer meliputi musik, seni, atau terapi dengan bantuan hewan, seperti menunggang kuda.
- Analisis perilaku terapan (ABA) adalah jenis pengobatan yang bertujuan untuk mendorong perilaku positif dan mencegah perilaku negatif atau berbahaya. Beberapa ahli percaya bahwa ABA adalah salah satu bentuk pengendalian perilaku. Mereka mengklaim bahwa ini adalah cara terbaik bagi penderita autisme untuk beradaptasi sedemikian rupa sehingga mereka dapat hidup bermasyarakat dengan lebih mudah.***
Referensi: https://www.webmd.com/brain/autism/understanding-autism-basics#1
Ilustrasi: Pexels/Polina Kovaleva
0 Comments