Sore itu, Bunda Nuniek sibuk menyiapkan berbagai makanan ringan dan minuman di sebuah meja di lapangan Kompleks Pepelegi Waru, Sidoarjo. Bukan dalam rangka piknik atau acara kumpul keluarga. Rupanya, pengajar dan pendamping anak-anak dari Myhommy Daycare dan Myhommy Plus ini ini sedang membantu menyiapkan beragam hidangan yang akan dijual oleh anak-anak didiknya.
“Kami membuka stand bazar kecil-kecilan untuk mengajarkan anak-anak berjualan. Temanya adalah Entrepreneur Week yang diselenggarakan di lapangan Balai RW Kompleks Pepelegi Waru Sidoarjo,” paparnya.
Bunda Nuniek juga menjelaskan, kegiatan ini juga meneladai kehidupan Nabi Muhammad yang merupakan seorang pedagang. “Jadi anak-anak diajarkan untuk berdagang, berani berinteraksi dengan orang-orang baru yang notabene pembeli dagangannya,” jelasnya.
TAK SEBATAS JUALAN
Ya, di masa kekinian, sejak dini anak-anak mulai dikenalkan dengan dunia bisnis. Kegiatan belajar mengajar di lembaga pendidikan tidak melulu monoton, salah satunya momen entrepreneur week ini yang mengasah jiwa entrepreneur pada anak sejak belia.
Menurut pakar marketing Yuswohadi, sebenarnya pembelajaran entrepreneurship pada anak usia balita masih pada konteks yang ringan dan sederhana. Misalnya, belajar menjual produk. “Pada anak usia ini, pemahaman, kemampuan berpikir dan tingkat kognitifnya masih terbatas.”
Jadi, pengetahuan berbisnis untuk anak-anak masih pada tahap awal dan pengenalan praktek berbisnis. Meski begitu, anak-anak sudah dapat berperan aktif untuk mengasah kemandirian, percaya diri, kerja sama dengan teman. Aktivitas berbisnis yang dilakukan pun diupayakan agar menyenangkan dan membuat anak tertarik bahkan tertantang.
“Yang jelas, pembelajaran yang dipetik dari pengenalan entepreneurship di usia prasekolah lebih menekan pada penanaman atau pembentukkan karakter dan nilai-nilai dasar entrepreneur. Di antaranya, kemandirian, kerja sama tim, dan sebagainya.
Penting juga diketahui, belajar entrepreneurship bukan semata-mata artinya belajar berdagang atau berjualan. Akan tetapi, goal yang ingin dicapai lebih luas. “Justru entrepreunership bertujuan mendidik anak untuk memiliki karakter yang tangguh, punya daya kreatif, inovatif, problem solver, dan lain-lain yang dibutuhkan kelak ia dewasa.”
GUNAKAN TEKNOLOGI
Selain konsep Entrepreneur Week seperti ini, orangtua juga sebetulnya dapat mengajarkan anak tentang entepreneur. Apalagi lagi tren ibu-ibu rumah tangga yang berbisnis secara online. Bahkan, juga terdapat fenomena amfibi, yaitu para pekerja kantoran yang menjalankan bisnis sampingan berbasis online. Nah, untuk orangtua yang sudah berbisnis online, tentu akan lebih memudahkan mengajarkan anak. Pasalnya, anak bisa belajar praktek langsung didampingi ibu atau ayahnya. “Orangtua dalam hal ini berperan sebagai couching dan mentoring sekaligus.”
Banyak orangtua yang memiliki blog, personal website, akun sosial media serta akun di berbagai platform jual beli. Jadi, memulai bisnis tak lagi harus mencari sewa tempat strategis, belum keluar modal dan biaya yang lain. Cukup akses internet di rumah atau memanfaatkan paket data smartphone, bisnis bisa dijalankan. Mari manfaatkan teknologi yang kian canggih. “Hard Selling tidak lagi disukai konsumen, melainkan harus soft selling karena pola pikir konsumen juga sudah berubah.”
Dengan orangtua yang berbisnis, maka akan menularkan hal baik ini kepada anak-anaknya. “Jika sekarang banyak yang menjadi pengusaha maka generasi selanjutnya akan lebih banyak lagi pengusaha, sehingga kemakmuran suatu negara pun akan meningkat.”***
0 Comments