Parents, tak terasa bulan Ramadan terus bergulir. Masih tersisa beberapa hari lagi yang bisa kita manfaatkan secara optimal. Banyak manfaat yang bisa dipetik, salah satunya mengasah kecerdasan spiritual anak.
Seperti kita ketahui, kemerosotan moral dan krisis akhlak yang terjadi di negeri ini sebagai buah akibat lemahnya pemahaman dan penerapan nilai-nilai spiritual. Maraknya kasus korupsi, misalnya, menjadi salah satu contoh betapa jejak spiritualitas telah hilang tak berbekas.
Di sisi lain, tak sedikit orang yang masih menomorsatukan kecerdasan intelektual (IQ). Paradigma bahwa kecerdasan otak adalah segala-galanya muncul ke permukaan. Padahal, ukuran kesuksesan tidak semata-mata dilihat dari seberapa besar poin IQ seseorang. Justru banyak individu yang tak mencapai keberhasilan walaupun memiliki standard IQ yang tinggi.
Pencapaian prestasi tinggi dan paripurna hanya bisa diraih bila terdapat keseimbangan antara IQ, kecerdasan emosi (EQ) dan kecerdasan spiritual (SQ). Ketiga unsur ini harus dikembangkan bersama-sama bila ingin meraih kesuksesan di masa depan. Ya, Selain IQ dan EQ, cerdas spiritual sangat penting perannya. Bahkan, SQ dikatakan sebagai kecerdasan tertinggi pada manusia. SQ-lah justru yang dinilai berperan memfungsikan IQ dan EQ.
Masalahnya, seringkali SQ masih menjadi hal yang luput dari perhatian. Padahal ada yang bilang, SQ bagaikan permata yang tersimpan di dalam batu. Lalu, bagaimana caranya untuk ‘menggali’ dan memberdayakannya? Masih menjadi pertanyaan yang besar bagi banyak orang.
Penting kita ketahui, secara fitrah sebenarnya anak dilahirkan dengan potensi-potensi SQ. Karena itu, kita perlu berupaya mengasah kecerdasan ini sejak usia dini, bahkan sejak dalam kandungan ibu. Nah, momen bulan Ramadan ini menjadi waktu yang tepat untuk memulai kembali mengenalkan nilai-nilai spiritualitas, mengajak anak memahami lalu mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
SEMANGAT RELIGIUS
Kecerdasan spiritual terdiri dari dua kata yaitu kecerdasan dan spiritual. Kecerdasan artinya kemampuan memecahkan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir. Sedangkan, spiritual adalah dasar bagi tumbuhnya nilai-nilai, moral, dan lainnya. Spiritual ditilik dari kajian etimologi memiliki kata dasar spirit. Kata spirit berasal dari bahasa latin ‘spritus’ yang bermakna jiwa, roh, kesadaran diri, atau nafas/nyawa hidup.
Definisi SQ menurut Zohar dan Marshal adalah kecerdasan menghadapi dan memecahkan persoalan, berperilaku benar, mampu untuk menempatkan diri dan memaknai hidup dalam konteks yang lebih luas. Secara konkret, anak yang cerdas spiritual adalah yang mampu mengaktualisasikan nilai-nilai positif– yang bersumber dari ajaran agama—dalam kegiatan sehari-harinya. Ya, kecerdasan spiritual terkait dengan semangat dan jiwa religius. Dalam hal ini, sumber ajaran spiritual yang menjadi panduan hidup setiap individu adalah agama yang dianutnya.
DUA FAKTOR UTAMA
Secara prinsip, SQ dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu:
*Faktor Internal.
Bahwa potensi kecerdasan sudah ada dalam diri masing-masing. Artinya, cerdas spiritual sebenarnya sudah terberikan. Tinggal bagaimana menggali dan mengoptimalkan kecerdasan tersebut dengan dibantu oleh faktor eksternal.
*Faktor Eksternal.
Terbagi menjadi beberapa bagian, yaitu:
-Keluarga. Ada yang bilang, keluarga merupakan ‘madrasah’ pertama bagi anak. Ya, orangtua adalah pendidik pertama dan utama bagi anak. Lingkungan keluarga adalah faktor terpenting yang berperan dalam membentuk, mendukung dan mengasah kecerdasan anak, termasuk SQ. Agar kecerdasan anak bertumbuh-kembang dengan baik, orangtua perlu menerapkan pola asuh yang penuh kasih sayang, perhatian dan menanamkan nilai-nilai moral serta kebaikan. Penting juga orangtua memberikan stimulasi yang mencakup unsur fisik dan psikis/mental. Agar stimulasi ini optimal, perlu diciptakan suasana yang aman dan nyaman.
-Sekolah. Inilah rumah kedua bagi anak.Sebagai lembaga formal, sekolah turut berperan dalam upaya mengembangkan kecerdasan spiritual anak. Pihak sekolah yaitu guru bertugas mentransfer pengetahuan dan pendidikan tetang nilai-nilai kehidupan yang positif sehingga anak mampu memaknai hidup dengan baik.
-Masyarakat. Kita tinggal dan hidup di lingkungan di masyarakat yang notabene memiliki budaya atau kebiasaan. Bila masyarakat terbiasa melakuan kegiatan yang positif, anak pun akan terbawa melakukan hal yang sama. Misal, antartetangga terjalin hubungan yang baik atau masyarakat sekitar selalu melaksanakan kewajiban agama, seperti solat berjamaah di masjid.
PENUHI KEBUTUHAN ROHANI
Orangtua berkewajiban memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak secara seimbang. Kebutuhan jasmani misalnya memberikan makanan, pakaian, tempat tinggal dan lainnya. Kebutuhan rohani misalnya memberikan/menanamkan nilai-nilai agama, mengajarkan akhlak yang baik, dan membentuk pribadi anak sehingga ia tumbuh menjadi sosok dengan jiwa yang baik dan cerdas secara spiritual. Ya, anak merupakan amanah yang harus dijaga dan dibina.
Nah, berikut ini beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk mengasah SQ anak, yaitu:
· Menjadi sosok yang cerdas spiritual
Yang paling utama, orangtua sebaiknya sudah mampu mengembangkan kecerdasan spiritualnya sendiri. Bagaimana orangtua bisa menanamkan dan mendidik anak agar cerdas secara spiritual bila diri sendiri belum mampu memberdayakan SQ-nya.
· Merumuskan tujuan hidup
Orangtua perlu mendampingi dan membantu anak ’merumuskan’ tujuan hidup jangka pendek, jangka panjang dan tujuan akhir yang ingin dicapai. Menurut Danah Zohar, orangtua dapat membantu anak merancang tujuan hidup dengan mengajukan pertanyaan,”Bila sudah selesai sekolah, mau apa atau mau jadi apa?”. Anak pun menjawab,”Saya ingin jadi orang pintar dan bekerja.” Pertanyaan dilanjutkan,”Jika sudah bekerja, mau jadi apa?”. “Saya akan mempunyai uang.”.”Uang untuk apa?”. “Saya ingin membantu orang miskin.” Nah, dialog seperti ini contoh bahwa anak berusaha menemukan tujuan hidupnya, melakukan aktivitas sebagai perwujudan ibadah sehingag semuanya memiliki makna yang luas dan dalam.
· Mengkaji Al-Qur’an
Orangtua perlu mengajarkan membaca kitab suci Al-Qur’an serta menjelaskan maknanya. Lalu, mencoba mengajak anak untuk melaksanakan perintah dan menjauhi segala larangan yang tertuang di dalam kitab suci. Misalnya, melaksanakan salat lima waktu, menjauhi sifat atau perilaku tak baik seperti berbohong, bermusuhan, mencuri dan sebagainya.
· Menceritakan kisah teladan
Kisah-kisah seperti kisah para sahabat Rasul dan kisah Nabi penuh inspirasi dan motivasi. Cerita ini memberikan keteladanan yang patut dicontoh karena mengajarkan nilai-nilai kebaikan dan sesuai dengan ajaran yang disampaikan Rasul. Sikap dan perilaku pada kisah tersebut dapat diadaptasikan paad kehidupan sehari-hari oleh anak. Ceritakan kisah teladan ini secara berulang agar anak tetap mengingatnya. Ceritakan pula kisah teladan yang lainnya agar menambah kaya wawasan dan pengetahuan anak tentang ajaran agama yang sangat luhur.
· Ikut kegiatan ritual agama
Libatkan buah hati dalam kegiatan ritual agama, misalnya mengajak anak laki-laki untuk solat berjamaah di mesjid. Kemudian, mengajarkan anak bacaan-bacaan doa dalam setiap akan melakukan aktivitas.
· Menyanyi lagu rohani
Mendengar atau menyanyi lagu rohani juga turut melatih SQ anak. Lirik-lirik pada lagu rohani biasanya menggugah spiritualitas. Selain lagu, orangtua juga bisa membacakan puisi-puisi yang bernuansa keagamaan dan spiritual.
· Ajak menikmati alam
Keindahan alam raya ini sebagai bukti bahwa ada Sang Pencipta yang mengatur segalanya dengan sangat dahsyat. Misalnya, mengajak ke perbukitan atau pantai. Nikmati bagaimana alam ini didesain oleh Tuhan dengan sempurna untuk kehidupan manusia. Dengan begitu, kita juga belajar bersyukur atas apa yang diberikan Tuhan.
· Menengok orang sakit atau melayat orang meninggal
Ajak anak untuk mengunjungi saudara atau kerabat yang sedang sakit. Atau sesekali ajak berkeliling ke rumah sakit. Upaya ini akan mengasah kepekaan anak. Selain itu, bila ada kerabat yang meninggal dunia tak ada salahnya diajak untuk melayat. Anak akan melihat bahwa setelah kehidupan akan ada kematian.
· Ikut aktif dalam kegiatan sosial
Mengajarkan nilai-nilai spiritual tak cukup dengan ucapan. Perlu ada suatu aksi atau tindakan konkret. Misalnya, dalam lingkup yang kecil mengajak anak ikut kerja bakti di lingkungan rumah. Membantu orang yang terkena bencana, misalnya mengumpulkan dan menyumbangkan pakaian layak pakai, bahan makanan dan keperluan lainnya. Anak sekaligus belajar merasakan bagaimana penderitaan mereka. Anak jadi makin peduli. Walaupun kegiatan itu sederhana akan tetapi bisa membuat orang lain yang dibantu senang dan bahagia.
· Menjadi role model yang baik
Orangtua adalah sosok yang selalu dilihat dan dinilai oleh anak. Lantaran itu, orangtua sebaiknya menjadi cermin yang baik dan positif bagi buah hati. Jadilah pendengar yang baik apa yang menjadi buah pikir dan pendapat anak. Tunjukkan contoh teladan dan lakukan pendampingan dalam pembelajaran spiritual bagi anak.
10 CIRI ORANG BER-SQ TINGGI
Berdasarkan hasil riset, anak dengan kecerdasan spiritual tinggi ternyata memiliki rasa ingin tahu yang makin tinggi, selalu ingin belajar, dan kreatif. Dalam kerangka yang lebih luas, dengan memiliki SQ, jiwa seseorang akan cerdas dan dapat membangun dirinya secara utuh. Nah, seseorang yang memiliki SQ umumnya menunjukkan ciri-ciri di antaranya:
-Mampu membedakan mana yang baik dan buruk.
-Mampu menyesuaikan diri dan bersikap sesuai aturan, nilai dan norma.
-Memiliki simpati dan empati
-Memiliki tingkat kesadaran diri yang tinggi dan aktif.
-Tahan banting, mampu bertahan dalam kondisi sulit, atau tak mudah menyerah terhadap masalah.
-Mampu mengatasi kendala yang menghadang
-Memiliki hati dan jiwa yang tenang sehingga mampu berpikir dengan baik.
-Memiliki prinsip dan tujuan hidup bermakna dan bermanfaat.
-Memiliki tanggung jawab
-Memandang semua manusia itu sama meski beragam.***
0 Comments