Lebaran menjadi hari istimewa bagi umat muslim. Tentunya ada banyak kebutuhan anggaran yang harus disiapkan, terlebih bagi yang merencanakan mudik. Karena itu, disarankan membuat perencanaan pengeluaran Lebaran dengan baik, sehingga pengeluaran tidak lebih besar dari pendapatan.
Jangan sampai seperti pepatah ‘besar pasar daripada tiang’. “Karena itu, suami-istri perlu duduk bersama. Bicarakan hal ini dengan kepala dingin sehingga momen Lebaran dapat dijalani dengan baik,” papar Sari Insaniwati, CFP, Financial Planner dari PT. Mitra Rencana Edukasi.
Memang Lebaran selalu dikaitkan dengan THR sebagai dana tambahan yang bisa digunakan untuk pengeluaran ekstra. Biasanya THR diberikan 2 minggu sebelum hari Lebaran atau berdekatan dengan pembayaran gaji bulanan.
Kedengarannya menyenangkan ya, dapat dana dua kali lipat dari biasanya, sehingga cenderung mendorong kita untuk berbelanja tanpa perhitungan. Jika tidak berhati-hati, bisa jadi pengeluaran bahkan melebihi jumlah THR yang diterima. Selesai Lebaran bukannya senang, malah dipusingkan dengan kocek yang menipis padahal waktu gajian bulan berikutnya masih lama.
Jadi memang sebaiknya kebutuhan Lebaran dibiayai oleh dana uang THR yang diterima. Bukan dari alokasi kebutuhan rutin bulanan atau bahkan dari utang. Tentunya suami-istri sendiri yang tahu mengenai kemampuan keuangan.
Agar THR tidak habis sebelum waktunya, hindari membeli keperluan untuk Lebaran secara berlebihan. Lebaran kan juga tidak harus selalu memakai pakaian baru, sehingga biaya untuk baju baru bisa dikurangi.
Lebaran adalah momen untuk bersilaturahmi dengan keluarga. Jika memang keuangan kita tidak memungkinkan untuk mudik, kita bisa memanfaatkan teknologi misalnya video call untuk tetap bersilaturahmi dengan keluarga.
Lebaran merupakan momen rutin tahunan yang semestinya sudah bisa disiapkan oleh pasangan jauh-jauh hari. Karena itu, suami-istri sebenarnya punya waktu untuk persiapan selama 12 bulan. Untuk menentukan berapa biaya yang dibutuhkan, bisa mengacu pada perayaan sebelumnya dengan memperhitungkan kenaikan harga/inflasi baik untuk barang konsumsi maupun transportasi. Biasanya menjelang bulan Ramadan harga-harga sudah melonjak naik, terutama sector transportasi yang kenaikannya paling tinggi.
Anda dan pasangan buat kesepakatan bagaimana akan merayakannya, apakah akan mudik ke kota asal salah satu pihak atau cukup merayakannya di rumah? Yang penting suami-istri harus saling berkomunikasi mengenai perencanaan Lebaran ini serta dana yang tersedia. Jangan sampai salah satu mengedepankan egonya untuk merayakan Lebaran sesuai keinginannya padahal dana yang tersedia tidak mencukupi.
KELOLA BERSAMA ANGGARAN HARI RAYA
Nah, untuk membuat rincian anggaran keperluan Lebaran, suami-istri perlu bersepaham dan bersepakat untuk menggunakan dana sesuai dengan peruntukkannya, yaitu:
1.Gaji
Uang gaji digunakan untuk kebutuhan rutin harian. Jika ada satu pos rutin yang terlanjur bengkak, Anda dan pasangan bisa menghemat di pos lain yang kurang penting. Misalnya, pos belanja bulanan naik 20% karena harga-harga bahan makanan naik.
Maka Anda dan pasangan bisa memangkas biaya di pos lain seperti pos hobi, entertainmen, kosmetik, biaya jajan di luar rumah, dan sejenisnya. Ini agar arus kas bulanan tetap proporsional dan ketahanan keuangan keluarga terjaga hingga acara Lebaran dan mudik berakhir.
2. THR
Dana THR digunakan untuk kebutuhan yang berkaitan dengan Lebaran. Alokasikan dahulu untuk kewajiban Anda dan keluarga seperti membayar zakat dan berbagi rezeki dengan karyawan di rumah yaitu asisten rumah tangga, sopir, tukang kebun, babysitter. Barulah sisanya digunakan untuk keperluan Lebaran seperti untuk membeli baju baru.
Jika akan merayakan di rumah saja, siapkan dana untuk menjamu tamu-tamu yang akan berkunjung ke rumah. Jika berencana untuk mudik, persiapan dan dana yang dibutuhkan akan lebih banyak, yaiu biaya transport pulang pergi untuk seluruh anggota keluarga yang ikut, biaya selama di tempat mudik (akomodasi, jajan, ke tempat rekreasi, dan lain-lain), angpau untuk sanak keluarga, oleh-oleh, dan sebagainya.
Jika masih bisa menyisihkan dana dari THR, tidak ada salahnya jika Anda menggunakannya untuk menambah tabungan/investasi atau membayar kewajiban tahunan seperti premi Asuransi, Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), cicilan kartu kredit, dan lain-lain.
- Dana Cadangan
Kadang suami-istri sudah merencanakan dengan rapi kebutuhan selama mudik, akan tetapi bisa saja terjadi hal-hal yang tidak terduga sehingga memerlukan dana tambahan. Misalnya, AC mobil bermasalah, ada anggota keluarga yang sakit, dan lain-lain. Alokasikan dana sebesar 5-10 % dari THR untuk kebutuhan ini.
Dana cadangan berbeda dengan dana darurat. Dana darurat fungsinya digunakan dalam keadaan darurat, seperti jika ada keluarga yang sakit keras, atau jika menghadapi PHK/bisnis bangkrut sehingga dapat digunakan untuk membiayai kebutuhan rutin selama beberapa bulan ke depan.
Untuk keluarga yang sudah mempunyai anak, idealnya mempunyai dana darurat sebesar minimal 6 x pengeluaran per bulan. Lebaran bukanlah keadaan darurat, sehingga kebutuhan dana tidak boleh diambil dari dana darurat ini.
- Dana Khusus
Jika THR yang diterima tidak cukup untuk membiayai kebutuhan Lebaran, pasangan harus menyiapkan dana khusus yang dianggarkan sebagai pengeluaran tahunan. “Karena sudah pasti setiap tahun akan ada pengeluaran ekstra untuk hal ini maka ada waktu 12 bulan untuk menyiapkannya. Sisihkan sebagian pendapatan bulanan ke dalam pos dana Lebaran, tidak perlu besar misalnya 5% saja dari penghasilan bulanan. Hal ini akan mengurangi beban Anda dan pasangan bila dibandingkan jika hanya mengandalkan THR.”
BIAYA HIDUP PASCA LEBARAN
Lalu, bagaimana anggaran biaya hidup pasca Lebaran? Menurut Sari, sebaiknya suami-istri tidak menggunakan gaji untuk membiayai biaya hidup bulanan. Akan tetapi jika sudah terlanjur karena THR tidak mencukupi, pasangan harus menghitung dana yang tersisa sampai ke tanggal gajian berikutnya. Sisihkan dulu dana tersebut dengan kewajiban yang harus dibayar, misal : listrik, sekolah anak, transport, dan lain-lain
“Mengapa transport menjadi wajib? Anda dan keluarga toh tetap harus berangkat menjalankan aktivitas rutin seperti ke tempat kerja dan bersekolah, maka biaya transport menjadi kebutuhan yang harus diprioritaskan. Lalu sisa dana dibagi atas jumlah hari sampai
tanggal gajian. Misalnya hanya tersisa dana Rp 100.000 per hari, jumlah itulah yang bisa digunakan untuk makan dan lain-lain. Gunakan kreativitas Anda untuk memanfaatkan sisa makanan Lebaran yang biasanya berlimpah.Memang berat, tetapi itu konsekuensinya jika kita ingin tetap survive.”
RISIKO MEMINJAM UANG
Ada kalanya untuk menambah dana Lebaran, orang kemudian berbondong-bondong ke tempat pegadaian atau mencari pinjaman ke lembaga atau perorangan. Tentunya cara ini tak luput dari risiko.
Membiayai Lebaran dari dana pinjaman seharusnya bisa dihindari. Anda dan pasangan sendiri yang bisa menilai kemampuan finansial, jangan hanya karena sekadar gengsi atau malu pada keluarga besar jika tidak membawa uang banyak saat mudik. Alhasil, Anda terlilit hutang pasca Lebaran.
Jika sudah terlanjur pastikan bahwa Anda bisa membayar cicilan dari gaji nanti. Besar seluruh cicilan hutang tidak boleh melebihi 30% dari pendapatan rutin setiap bulannya. Segera bayar cicilannya jangan ditunda-tunda. Jika perlu, pasca Idul Fitri Anda dan keluarga harus bisa hidup dari sisa uang di kantong sampai dengan waktu gajian tiba. Yang terpenting, jangan ulangi hal yang sama di tahun depan.***
Ilustrasi: Pexels/Nataliya Vaitkevich
0 Comments