Cara Mengenalkan Konsep Uang pada Anak

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents, kemampuan seseorang mengelola keuangan tentu tidak muncul tiba-tiba. Sebelumnya ada proses pembelajaran dan pembiasaan yang baik dalam memahami konsep dan bagaimana cara ‘memperlakukan’ uang.

Ya, kemampuan untuk mengelola merupakan life skill yang penting dimiliki setiap orang. Adalah sejak usia dini sebaiknya konsep uang dikenalkan dan diajarkan pada anak. Dengan begitu, kelak saat ia makin besar dan dewasa, ia dapat mengerti dan paham cara mengelola keuangan yang benar, tidak menjadi orang yang konsumtif, boros tapi juga tidak kikir. 

Lalu, sejak usia berapa anak dikenalkan dengan uang dan bagaimana caranya? Menurut Ligwina Hananto, founder dan CEO QM Financial, terlebih dahulu orangtua dapat mengenalkan konsep-konsep dan nilai uang. Caranya tentu disesuaikan dengan usia si buah hati. Berikut di antaranya:

*Usia Batita

Pada rentang usia ini, terutama pada usia dua tahun, anak sebenarnya sudah tahu tentang uang. Ingat, sekadar tahu ya, karena tingkat pemahamannya masih sangat terbatas. Ia belum mengerti tentang nilai uang dan bagaimana mengelolanya. Kelak, anak sudah bisa betul-betul paham dan mengerti arti uang, umumnya ketika ia sudah berusia sembilan tahun.

Nah, anak batita ini mulai dapat mengenal uang tentunya dari lingkungan terdekat, yaitu orangtuanya. Di usia ini, pemahamannya sebatas bahwa untuk membeli mainan, misalnya, dibutuhkan uang. Tingkat pengetahuannya belum sampai pada arti mahal atau murah.

Anak sebatas mengetahui bahwa bentuk uang itu ada berupa kertas atau logam. Ia belum bisa mengerti berapa nilai masing-masing uang tersebut. Jadi, pengenalannya sebatas bahwa ada benda yang bernama uang, bentuknya bisa kertas atau uang logam. Uang kertas ada bermacam nilainya, ditandai dengan warna uang tersebut. Begitu pun uang logam, perbedaan nilainya bisa diketahui dari angka yang tercantum pada uang tersebut.

*Usia Prasekolah

Nah, untuk anak usia selanjutnya, ia mulai bisa mengenal konsep uang yang berfungsi sebagai alat pembayaran. Ia bisa belajar dengan hitungan sederhana. Misalnya diawali dengan cerita bahwa ayah bekerja di kantor terus nanti dapat gaji berupa uang. Nanti uangnya bisa digunakan untuk membeli sesuatu yang dibutuhkan, misalnya buku, tas, atau sepatu untuk sekolah. Anak bisa belajar menghitung uang karena sudah diajarkan di sekolah menghitung jumlah sederhana. 

Pada suatu kesempatan, ajak anak berbelanja atau membeli sesuatu di warung dekat rumah. Konsep berbelanja ini mengajarkan anak bahwa barang yang ada di warung/toko harus dibeli dulu sebelum boleh kita bawa pulang. Secara konkret, ini juga sekaligus mengajarkan anak tentang proses transaksi belanja.

Kemudian, secara bertahap kita bisa mengenalkan anak tentang konsep anggaran. Tentunya penjelasan yang masih sederhana dan sesuai dengan tingkat pemahamannya, bahwa anak perlu tahu ada batasan uang yang bisa mereka gunakan. Misal, saat kita mengajak sang buah hati berjalan-jalan ke toko buku, kita beri uang sebanyak Rp50 ribu. Uang ini untuk membeli buku atau perlengkapan sekolah yang ia butuhkan.

Selanjutnya, ia akan memerhatikan harga buku atau perlengkapan tersebut, apakah di bawah nilai uang yang diberikan atau justru sebaliknya. Kemudian, dia akan mempertimbangkan apakah membeli buku/perlengkapan itu atau mencari lagi yang harganya lebih murah/rendah. Ia pun jadi belajar membandingkan harga bahwa buku yang satu dengan buku yang lain ternyata berbeda nilainya.

Dengan mengajarkan konsep anggaran seperti ini, anak pun perlahan belajar mengatur uangnya. Ia akan belajar untuk memikirkan berapa banyak buku atau peralatan sekolah yang bisa ia beli dari uang sebesar Rp50 ribu tersebut.

*Usia Sekolah

Pada rentang usia Sekolah Dasar, anak makin lebih paham lagi tentang fungsi atau penggunaan uang. Ya, si usia sekolah bisa diajarkan konsep uang dengan memberikan uang saku.

Anak usia ini dapat dikenalkan dengan konsep atau teknik BBM yaitu Berbelanja, Beramal dan Menabung. Ketiga hal ini penting dipahami anak secara bersamaan. Soalnya, bila ia hanya tahu belanja, tapi tak tahu menabung, tentu akan tidak seimbang dan tujuan yang ingin dicapai yaitu mampu mengelola keuangan tidak akan tercapai.

Nah, karena ia sudah paham lebih jauh tentang uang maka anak perlu belajar untuk berbelanja. Misalnya, ketika akhir bulan tiba, kita ajak anak untuk berbelanja kebutuhan bulanan di pasar atau supermarket. Atau ketika di sekolah, ia belajar mengelola uang saku yang diberikan dengan cara berbelanja makanan di kantin.

Selanjutnya, setelah konsep berbelanja, anak diajarkan untuk menyisihkan uang untuk diamalkan. Misalnya, beramal ketika salat Jumat di sekolah.

Setelah berbelanja dan beramal, anak penting juga diajarkan mengenai menabung. Makna menabung tentu tidak hanya menyimpan uang secara terus-menerus. Akan tetapi, proses menabung juga memiliki makna penting yaitu mengajarkan anak menunggu dan menahan diri.

AJARKAN NILAI KEHIDUPAN

Mengajarkan konsep uang bukan berarti hanya tentang menghitung jumlah uang, berbelanja dan menabung. Akan tetapi, ada banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa dipetik. Misalnya, ketika anak diajak berbelanja, ia sekaligus belajar mengambil keputusan yang tepat untuk memilih barang.

Begitupun ketika belajar berbagi atau beramal, anak akan memahami bahwa uang adalah titipan Tuhan yang juga perlu diberikan kepada yang kurang mampu.

Contoh lain, ketika menjalani proses belajar menabung di bank, anak belajar mengantre. Ia belajar untuk tertib dan sabar menunggu giliran. Tak kalah penting adalah anak perlu mengetahui kegiatan atau aktivitas bekerja orangtuanya hingga mendapatkan uang dari kantor. Anak perlu tahu bahwa uang tidak tiba-tiba ada, jatuh dari langit, akan tetapi perlu upaya dan kerja keras untuk mendapatkan uang.

EMPAT POIN PENTING

Ada beberapa hal lain yang perlu diajarkan pada anak sejak dini terkait dengan uang dan pengelolaannya, yaitu:

*Paham Mengenai Kebutuhannya 

Siapapun pasti memiliki kebutuhan sebagai penunjang aktivitas sehari-hari. Misalnya, pada anak-anak, ia butuh berbagai perlengkapan sekolah seperti buku, tas, kaos kaki, sepatu dan sebagainya. Untuk mengajarkan anak tentang kebutuhannya, ajak ia untuk duduk bersama dan membicarakannya. Anak perlu tahu kebutuhannya dan perlu tahu juga berapa uang untuk membeli kebutuhannya itu.

*Tujuan Finansial.

Ajarkan pula pada anak bahwa mereka menginginkan sesuatu tentu harus ada upaya tersendiri, misalnya dengan cara menabung. Katakanlah misalnya anak ingin memiliki sepeda. Tentu jangan mengharapkan ayah atau ibu akan mengabulkan segala permintaan anak.

*Prioritas. 

Nah, setelah anak tahu apa yang mereka inginkan untuk dibeli, kita harus bertanya atau mengarahkan ia untuk memikirkan mana yang lebih penting didahulukan. Misalnya, apakah membeli sepeda atau perangkat games? Hal ini penting dilakukan agar ia tahu mana yang benar-benar dibutuhkan.

*Menabung.

Yang terakhir, tak kalah penting adalah menabung. Memang kita tak bisa memaksa anak untuk menyimpan atau menabung semua uang yang didapat. Tugas kita adalah mengajarkan untuk membelanjakan uangnya dengan cermat dan juga menghindari sifat boros dengan cara menabung. Ajak ia ke bank dan membuka rekening pribadinya.***

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *