MYHOMMY.ID – Parents, apakah si kecil menunjukkan tanda-tanda malas atau mogok sekolah? Apa yang menjadi penyebab anak mogok sekolah? Yuk, kita ketahui penyebab dan bagaimana menanganinya.
Apakah anak mengeluh sakit perut ketika hendak berangkat ke sekolah? Apakah keluhan itu hilang saat ia di rumah, tapi muncul kembali keesokan paginya? Lalu, apakah anak mengamuk ketika Anda memaksanya untuk bersekolah?
Jika ya, anak mungkin mengalami apa yang disebut mogok sekolah atau tak mau sekolah. Anak-anak yang tidak mau sekolah biasanya karena mengalami kecemasan.
Anak tak mau sekolah tidak sama dengan membolos. Anak-anak yang membolos biasanya lebih menantang dan suka menipu, dan orang tua mereka tidak sadar bahwa mereka tidak bersekolah. Sebaliknya, anak-anak yang menolak sekolah sering kali adalah anak-anak yang berkelakuan baik dan patuh, kecuali dalam keadaan mengalami kecemasan.
Berikut beberapa langkah yang harus dilakukan untuk mengatasi anak tak mau sekolah seperti dilansir dari psychologytoday.
- Periksa penyebab fisik.
Jika anak Anda mengeluhkan gejala fisik, periksakan dia ke dokter. Kecil kemungkinannya ada sesuatu yang salah secara fisik pada anak, namun Anda tentu tidak ingin membuat asumsi tersebut dan kemudian mengetahui bahwa Anda salah.
2. Bicaralah dengan anak.
Bicarakan tentang apa yang mengganggunya, sekaligus jelaskan bahwa akan dibuat rencana untuk kembali ke sekolah. Namun perlu diingat bahwa beberapa anak tidak dapat menjelaskan apa yang mengganggu mereka.
Jangan memaksakan percakapan jika sepertinya tidak akan menghasilkan apa-apa. Pesan terpenting yang ingin disampaikan adalah: Anda yakin anak dapat mengatasi masalah ini, dan Anda akan hadir untuk membantunya melewati masalah tersebut.
3. Jangan berdebat atau memarahi.
Hindari perdebatan panjang tentang pentingnya bersekolah. Ceramah tidak akan membawa manfaat apa pun, dan malah memperburuk keadaan. Perhatian apa pun, bahkan perhatian negatif, dapat memperkuat dan mempertahankan suatu masalah.
4. Cari tahu alasannya.
Carilah pola kapan anak Anda mengeluh sakit. Apakah dia bangun dengan sakit perut atau sakit kepala? Apakah dia mengeluh tentang hal-hal ini ketika dia sedang sibuk dan perhatiannya teralihkan? Apakah dia merasa sakit pada hari Sabtu?
Bersikaplah objektif dan bermainlah sebagai detektif. Lakukan ini dengan cara yang sederhana dan tidak menuduh; tidak ada gunanya membuat anak bersikap defensif. Carilah petunjuk tentang apa yang menyebabkan anak tidak masuk sekolah.
5. Siapkan waktu berjumpa dengan guru.
Kedua orang tua harus bertemu dengan guru dan/atau konselor sekolah. Ini menunjukkan bahwa Anda terlibat dan berkomitmen untuk mengatasi masalah tersebut.
6. Tetap berpikiran terbuka.
Jangan berasumsi guru atau sekolah telah melakukan kesalahan. (Demikian pula, guru tidak boleh berasumsi bahwa masalahnya ada pada orang tua.)
Ketika tingkat stres sedang tinggi, wajar jika kita ingin menyalahkan seseorang, namun hal ini tidak banyak membantu memecahkan masalah. Penting untuk memastikan bahwa segala ketakutan yang berdasarkan kenyataan, seperti bullying, ditangani dan diperbaiki.
7. Jangan memaksakan untuk tinggal di rumah.
Beri tahu anak bahwa jika ia benar-benar sakit, ia perlu diperiksa ke dokter, tetap di tempat tidur dan istirahat, mematikan TV, dan seterusnya. Terapkan aturan tentang tidak boleh menonton TV atau video game.
8. Mensimulasikan lingkungan belajar.
Jika anak akhirnya tinggal di rumah dan tidak sakit, mintalah dia membaca, belajar, duduk tegak di depan meja, dan sebagainya.
Beberapa saran ini mungkin sulit diikuti oleh orang tua yang bekerja, namun lakukanlah yang terbaik. Pertimbangkan untuk meminta bantuan dari teman, saudara, atau tetangga yang tidak bekerja untuk jangka waktu singkat.
9. Buatlah kebijakan atau peraturan.
Misalnya, Anda mungkin membuat peraturan bahwa kecuali anak demam, dia harus bersekolah. Jika dia benar-benar sakit, pihak sekolah dapat mengevaluasi situasinya dan memulangkannya jika perlu.
10. Mintalah dukungan.
Pertimbangkan untuk meminta orang lain mengantar anak ke sekolah sampai situasinya teratasi. Karena emosi begitu memuncak pada saat-saat seperti ini, akan sangat membantu jika Anda melepaskan diri dari tugas memaksa anak untuk pergi ke sekolah.
Jika ada kaitannya dengan kecemasan akan perpisahan dengan Bunda, misalnya, mintalah Ayah mengantar anak ke sekolah. Atau mintalah seorang teman atau anggota keluarga lain untuk bertanggung jawab atas masa transisi ini sampai anak masuk kembali ke sekolah.
Cobalah untuk tetap tenang dan suportif, namun tetap tegas. Ingat, anak perlu bersekolah – di sinilah anak menjadi dewasa, tidak hanya secara intelektual tetapi juga secara sosial dan emosional. Alhasil, tidak terjadi lagi peristiwa anak tak mau sekolah.
Dengan mengikuti saran-saran ini, ada banyak alasan untuk percaya bahwa anak akan mengatasi kecemasan sekolah dan dalam prosesnya, mendapatkan apresiasi baru atas kemampuannya untuk bertahan dan mengatasi situasi sulit.***
Ilustrasi: Pexels/Oleksandr P
0 Comments