Kiat Memahami Cita-Cita Anak Usia Prasekolah

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – “Aku mau jadi arsitek mobil,” papar Aqil (5) mengutarakan keinginannya. “Kalau aku ingin membuat robot kayak di film,” celoteh Risa. Ya, lucu-lucu celetukan anak usia prasekolah ini akan harapannya di masa depan.

“Itulah cita-cita. Itulah harapan seseorang untuk masa yang akan datang. Cita-cita umumnya diucapkan untuk mendeskripsikan keinginannya kelak jika sudah besar,” papar Nana Gerhana, M.Psi, Psikolog.

Persepsi dan pendapat anak soal cita-cita sangat sederhana. Akan tetapi terkadang lucu juga kita mendengar keinginannya. Di sisi lain, anak mudah sekali berubah-ubah cita-citanya. “Sesuatu yang dilihat didengar pada saat itu maka itu bisa menjadi cita-citanya. Lalu, dapat berubah juga seketika.”

PERSEPSI MASIH TERBATAS

Anak-anak adalah figur imajinatif yang memiliki banyak minat dan keinginan. Mereka tentu tidak berpikir prosesnya, kendala atau rintangan, serta bagaimana agar bisa mencapai cita-cita tersebut.

Lain lagi dengan orangtua. Kita tentu memiliki persepsi yang lebih luas, yang selalu melihat cita-cita dari dua sisi yaitu positif dan negatif. Kadangkala orangtua mengkritik cita-cita anak jika dipandang sebagai hal yang mustahil.

Orangtua selalu mempertimbangkan prosesnya, apa saja perjuangan dan pengorbanan untuk mencapai cita-cita, kendala yang harus dihadapi sehingga cita-cita dianggap sebagai hal mustahil atau hanya bisa diwujudkan dalam mimpi.

Cita-cita tidak terbatas pada profesi idaman di masa depan.  cita-cita adalah hal yang lebih luas. Mungkin saja ada anak yang bercita-cita menyenangkan orang di sekitarnya, menyejahterakan keluarga atau orang kesusahan, atau hanya ingin hidupnya bahagia. Intinya, cita-cita adalah harapan dari diri setiap individu pada masa depan.

PERKEMBANGAN KOGNITIF

Nah, pada usia batita, perkembangan kognitif anak mulai berkembang lebih kompleks. Anak batita sudah mengenali jenis kelaminnya lalu mulai memosisikan perannya dalam kehidupan sosial sebagai anak laki-laki atau anak perempuan. Anak mulai mencari kesamaan dirinya dengan figur ibu atau ayah, figur maskulin atau feminim.

“Pada usia inilah anak mulai memahami bahwa jika jadi orang dewasa ia ingin seperti apa, seperti siapa. Pada usia batita anak mulai kaya akan imajinasi, mereka berfantasi dan tertarik bermain pura-pura,” papar Nana.

Tentu saja, pada usia ini cita-cita awal terbentuk atau baru terucap adalah yang sederhana. Misalnya, ngin seperti papa kerja di kantor, atau ingin seperti ibu pandai memasak, seperti nenek pandai main piano, dll.

Selanjutnya, anak mengenali macam-macam profesi biasanya dimulai ketika usia balita atau usia taman kanak-kanak. Anak mulai lebih banyak mengenal profesi disekitar mereka, seperti dokter, pemadam kebakaran, pekerja salon dan lain sebagainya. Anak juga mulai tertarik bermain peran sesuai dengan profesi idamannya. Mengoleksi peralatan, pakaian dan bergaya seolah-olah berprofesi sesuai keinginannya.

GALI DAN KEMBANGKAN

Sekali lagi, cita-cita pada anak tentu saja berubah setiap saat. Begitu pula dengan minatnya. Hal ini sangat normal dan tentu saja cita-cita, minat dan bakat seorang anak harus digali dan berkembang lebih kompleks.

Lalu, bagaimana sikap orangtua dengan cita-cita anak yang terus berubah? Yang pasti, dengarkan, amati dan pahami apa yang ada dalam diri anak Anda. Sebagai orangtua kita sebaiknya memfasilitasi pengetahuan mengenai cita-citanya, mencari informasi lalu mengajak anak bertukar pikiran dengan mendengarkan pemahamanannya dan memberikan masukan untuk anak.

Orangtua jangan jenuh mendengarkan cita-cita anak yang terus berubah. Ketika pemahaman sang buah hati sudah lengkap dan ia tampak mantap dan bersemangat maka langkah berikutnya adalah memfasilitasi anak mencapai cita-citanya.

Perlu kita tahu, cita-cita mulai mantap adalah ketika menginjak usia remaja akhir atau ketika ia duduk di bangku SMA. Pada usia ini sangat ideal untuk menentukan bakat minat dan penjurusan ke jenjang kuliah. Sehingga peran orangtua, sekolah, lingkungan dan anak sendiri menjadi faktor penentu apakah ia memilih jurusan yang tepat agar tercapai cita-citanya. Agar ketika ia sudah berkuliah atau ketika ia berusia dewasa ia tidak menyesal akan apa yang dipilihnya.

FONDASI PENTING

Cita-cita sangat penting karena merupakan sebuah harapan dan motivasi anak untuk mencapai keinginannya pada masa depan. Cita-cita merupakan dasar dan fondasi penting semua individu untuk mencapai hidup dan menjadi lebih baik. Manfaat lain bila anak memiliki cita-cita adalah hidupnya akan lebih terarah dan mengurangi dampak negative yang dapat merusak hidupnya.

Cara menilai bahwa cita-citanya selaras dengan bakat dan kompetensinya adalah melalui komunikasi dan kualitas hubungan orangtua dengan anak. Jadilah supervisor anak dengan mengamati setiap perkembangannya.

Jadilah sahabat anak untuk mendengarkan celoteh-celotehnya, dan jangan pernah membatasi imajinasinya. Biarkan anak memiliki dan mengembangkan cita-cita yang luhur yang sangat mustahil sekalipun.

Seiring bertambahnya usia, pola pemikiran anak akan lebih kompleks. Jadi biarkan anak yang melihat dan mempertimbangkan segala sesuatu dari sudut pandangnya sendiri. Apakah cita-citanya selaras dengan kemampuan dirinya, apakah sesuai dengan harapan orangtua, apakah sesuai dengan norma-norma lingkungan, apakah mustahil dicapai, dan lain sebagainya.

Kesimpulannya bahwa pada akhirnya ketika anak beranjak dewasa ia akan mempertimbangkan seluruh aspek untuk meraih cita-citanya. Jadi biarkan anak bercita-cita setinggi langit!

BILA TAK SELARAS

Jika cita-cita anak tidak sejalan dengan orangtua, sebaiknya didiskusikan dengan anak, apa saja yang menjadi kekhawatiran kita. Lakukan bicara dari hati kehati dengan kondisi emosi yang baik sangat bermanfaat untuk kedua pihak. Teliti lagi sisi positif dan negatif atas apa yang anak inginkan. Lalu cari solusi yang terbaik dan win win solution.

Sebenarnya cita-cita anak zaman dahulu dan sekarang tidak jauh berbeda. Pada intinya cita-cita anak sangat sederhana. Mereka ingin menjadi seseorang yang dianggapnya memiliki banyak nilai positif.

Namun yang berbeda adalah bahwa pada masa sekarang profesi lebih kompleks dengan penjurusan yang lebih beragam. Alhasil, Anda akan terheran-heran mendengarkan cita-cita anak dan membandingkan dengan cita-cita Anda di masa kecil.

Tips untuk orangtua:

-Jangan pernah mengeluarkan statement negatif seperti menyangkal, merendahkan, menjatuhkan, apapun itu cita-cita sang anak.

-Dengarkan dengan baik. Tanyakan mengapa dan kenapa bercita-cita demikian, apa saja yang ia ketahui, dll.

-Cita-cita anak mudah berubah sesuai dengan pemahamannya yang makin luas akan kehidupan. Jangan pernah lelah atau meremehkan cita-cita anak. Cita-cita menandakan anak Anda memiliki motivasi dan harapan.

-Berusaha sebaik-baiknya untuk mewujudkan cita-cita anak. Berikan stimulasi yang tepat dari usia yang sangat dini.

-Yakinlah bahwa anak Anda memiliki bakat istimewa yang dapat mewujudkan cita-citanya.

“Ketika saya masih kecil, guru bertanya pada saya apa cita-citamu? Saya menjawab ingin bahagia. Seisi kelas tertawa, karena jawaban saya berbeda dengan mereka. Saya berkata lagi , menjadi apapun kita kelak, bahagia harus ada di dalamnya,” papar Nana.***

Ilustrasi: Pexels/Amina Filkins

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *