MYHOMMY.ID – Parents, perkembangan yang paling pesat pada anak usia 1-3 tahun adalah perkembangan kognitif dan motorik, disamping perkembangan bahasa, moral, dan sosial emosionalnya.
Meskipun demikian, perkembangan pada bidang lainnya juga ikut berkembang pesat. Oleh karena itu, diharapkan orangtua sebagai pendidik yang pertama dan utama mampu memberikan stimulasi yang sesuai pada anak.
Terkait dengan perkembangan kognitifnya, anak usia batita ini berada pada tahap preoperasional (2-7 tahun) menurut Piaget. Usia ini ditandai dengan kemampuan anak untuk menggunakan simbol untuk mewakili apa yang ada dalam pikiran mereka. Pada usia ini, pemikiran anak masih tidak logis.
Contohnya, pada percobaan mengenai konservasi, dimana anak diperlihatkan tujuh buah gelas berisi air yang jumlahnya sama. Ketika diminta untuk menunjukkan gelas mana yang isinya paling banyak, anak akan memilih gelas yang paling tinggi. Menurut Piaget, pemikiran anak lebih berdasarkan kepada persepsi mereka daripada logika.
Ditinjau dari perkembangan motoriknya, anak usia 1 – 3 tahun terlihat mulai aktif bergerak, sulit duduk tenang, suka berlari-larian, dan membutuhkan banyak aktifitas untuk menyalurkan energi mereka.
Anak yang berkembang motoriknya terlihat menonjol dalam setiap aktifitas motoriknya, baik motorik kasar berupa aktivitas fisik, maupun motorik halusnya, yaitu kegiatan yang membutuhkan koordinasi tangan dan mata, seperti menggambar, menggunting, merobek, menempel, dan mewarnai.
Di sisi lain, apabila kita mendengar kata “matematika”, kata berikutnya yang langsung muncul pada pikiran kita adalah “angka”. Seringkali matematika dianggap “momok” atau beban berat bagi anak, karena matematika dianggap suatu pelajaran yang susah untuk dipahami.
Namun bagaimana cara menjadikan matematika sebagai suatu hal yang menyenangkan, khususnya anak usia batita? Perlukah anak usia tersebut diperkenalkan dengan angka? Perlu atau tidaknya anak diperkenalkan dengan angka, sebaiknya merujuk kepada kecerdasan logika-matematika yang berkembang pada usia ini.
Kecerdasan logika-matematika pada usia 1-3 tahun ditandai dengan ketertarikan anak pada angka, bentuk-bentuk geometri, serta permainan yang membutuhkan logika sederhana. Anak usia batita (usia 1-3 tahun) sudah mulai mampu diperkenalkan dengan angka, yaitu dengan cara mengajak anak untuk menghitung apa saja yang mereka temui.
Tujuan memperkenalkan anak dengan angka adalah untuk meningkatkan kemampuan anak memahami kegunaan dan hubungan angka dalam kehidupan sehari-hari, melatih kemampuan menjumlahkan, mengurangi, dan membagi, sehingga anak dapat menggunakannya di masa yang akan datang.
Cara memperkenalkan angka pada anak sebaiknya melalui permainan, misalnya berhitung bersama ketika mereka mulai belajar berjalan dan melangkahkan kakinya. Selain itu, ketika memberikan kue dan mainan pada anak, biasakan untuk menghitung kue atau mainan tersebut. Misalnya, “Ibu punya dua buah kue. Satu kue untuk ibu, satu kue untuk kamu” atau “mobil-mobilan kamu kan ada dua, pinjamkan ke temanmu satu yaa”.
Selain itu, orang tua dapat mengajak anak untuk berhitung sebanyak-banyaknya. Hitunglah benda-benda nyata yang ada di sekitar anak, misalnya jumlah kursi makan, jumlah buku yang ada di atas meja, jumlah kaos kaki, jumlah sepatu yang ia punya. Tunjuk benda yang dihitung, sambil menyebutkan nama bendanya.
Gunakan jari ketika berhitung, karena jari merupakan salah satu alat hitung yang selalu kita bawa. Bantulah anak berhitung tanpa melewatkan angka, misalnya setelah 1, langsung 3. Bicarakan dengan anak kegunaan angka, misalnya untuk mencari alamat rumah, menentukan jumlah skor pada permainan, dan lainnya.
Untuk mengenalkan angka pada anak usia 1-3 tahun, kita tidak perlu membeli barang yang mahal dan dapat dibuat sendiri. Kita dapat menggunakan bahan yang sudah ada, misalnya karton, bahan/kain yang tidak berbulu, kapas, gunting, lem/jarum dan benang.
Pertama, buat pola angka 1, 2, 3 pada karton, kemudian jiplak ke atas bahan/kain. Gunting mengikuti pola, isi dengan kapas, kemudian jahit ujung-ujungnya, sehingga membentuk boneka angka 1, 2, dan 3. Kita dapat menghias boneka tersebut dengan bahan lain, sehingga lebih menarik. Selain itu, kita juga dapat mempergunakan fasilitas yang sudah ada, misalnya papan maze angka, balok geometri.
Manfaat yang bisa dipetik dengan memberi stimulasi bermain angka pada usia ini adalah anak lebih “siap” untuk belajar matematika di masa yang akan datang. Hal ini terjadi karena anak sudah mengenal angka sederhana dan anak merasa senang dalam memecahkan masalah yang berhubungan dengan angka.
Apabila anak tidak berminat dengan angka, orang tua tidak perlu panik. Hal tersebut mungkin saja dikarenakan perkembangan anak tidak menonjol di bidang tersebut, tetapi di bidang lainnya seperti musik, tari, dan lainnya.
Selain itu, mungkin saja cara pendekatan yang diberikan oleh orang tua tidak tepat, misalnya orang tua terlalu memaksakan anak untuk mencintai matematika. Anak dimasukkan ke kursus-kursus matematika, tanpa memperhatikan minat anak. Tindakan seperti ini dapat membuat anak tertekan dan semakin tidak berminat terhadap matematika.
Hal penting yang perlu diperhatikan dalam memberikan stimulasi bermain angka adalah perhatikan minat anak, jangan memaksa anak apabila mereka tidak menunjukkan minat pada angka, sesuaikan stimulasi dengan usia anak.
Untuk anak yang berusia lebih kecil, tingkatan kesukaran juga harus diperhatikan. Intinya, perkenalkan angka pada anak dengan cara yang menyenangkan. Apabila anak merasa senang, kita dapat lebih mudah membekali mereka dengan pengetahuan.***
0 Comments