Cegah Anak Stunting, Ini yang Perlu Diperhatikan Agar Tumbuh Kembang Optimal

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents, hingga sekarang, masalah kesehatan masih menjadi tantangan besar bagi Indonesia. Salah satu problem gizi yang dialami anak-anak adalah stunting atau gagal tumbuh sehingga berdampak pada kualitas kehidupannya di masa depan.

Terkait hal tersebut, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kementerian Kesehatan menyebutkan, sebesar 37,2 persen anak-anak Indonesia berusia di bawah 5 tahun atau sekitar 9 juta anak diketahui mengalami stunting, dengan populasi tertinggi stunting di Nusa Tenggara Timur dan Papua Barat. Padahal, World Health Organization (WHO) atau Badan Kesehatan Dunia menetapkan batas toleransi stunting harus di bawah 20%.

Menurut Dr. dr. Damayanti Rusli S, Sp.A(K), dari Divisi Nutrisi Pediatrik dan Penyakit Metabolik Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM, stunting adalah kondisi anak gagal tumbuh karena kekurangan gizi berulang dalam waktu lama, sejak masa janin hingga usia dua tahun pertama kehidupan. Dengan kata lain, kuantitas dan kualitas asupan makanan Si Kecil tidak terpenuhi dengan baik.

Adapun gejala stunting bisa diketahui dalam jangka pendek (masa anak-anak) dan jangka panjang (ketika dewasa). Gejala stunting pada masa anak-anak di antaranya hambatan perkembangan, penurunan fungsi kekebalan, penurunan fungsi kognitif, dan gangguan sistem pembakaran. Sedangkan, gejala stunting ketika dewasa di antaranya mengalami obesitas, penurunan toleransi glukosa, penyakit jantung koroner, hipertensi, dan osteoporosis.

Senada dengan itu, menurut Ketua Umum Pergizi Pangan Profesor Hardinsyah, anak yang stunting diketahui memiliki kecerdasan yang jauh di bawah rata-rata anak normal. Kondisi ini diakibatkan oleh buruknya kualitas asupan gizi saat janin dan di awal masa pertumbuhan.

“Penelitian yang dilakukan pada tahun 1991 mengungkapkan, umumnya anak normal memiliki skor kecerdasan sekitar 105. Berbeda dengan anak stunting yang hanya mencapai skor 90,” papar Prof. Hardinsyah.

Nah, efek dari problem kurang gizi pada seribu hari pertama anak ini tidak dapat diperbaiki. Dampak yang tampak, misalnya ketiKa anak berusia 14 tahun, tubuh anak pendek dan memiliki IQ yang lebih rendah dibandingkan anak yang mendapatkan asupan zat gizi yang mencukupi.

PROTEIN SEBAGAI SOLUSI

Karena itu, asupan gizi yang baik menjadi faktor penting dalam mengatasi problem ini. Terutama pada masa kehamilan dan dua tahun pertama kehidupan anak. Maka diharapkan di masa golden age, proses tumbuh kembang anak dapat optimal dan tidak mengalami stunting.

Nah, stunting dapat dicegah dengan memerhatikan kuantitas dan kualitas protein yang diberikan pada Si Kecil. “Penelitian menyebutkan, konsumsi protein berpengaruh pada pertambahan tinggi dan berat badan anak di atas 6 bulan. Pada anak-anak yang mendapatkan asupan protein sebesar 15 persen dari total kalori ternyata postur tubuhnya lebih tinggi dibandingkan anak-anak yang hanya mendapat protein sebesar 7,5 persen dari total asupan kalori,” jelas Dr. Damayanti.

Namun sayangnya, penelitian yang mengambil sampel sebanyak 5.703 rumah tangga di daerah perkotaan Jakarta, Bandung, Yogyakarta dan Surabaya menunjukkan, konsumsi protein hewani hanya 5,74 persen. “Jadi bisa disimpulkan, masyarakat kita masih sedikit yang memerhatikan kualitas dan kuantitas asupan protein,” papar Dr. Damayanti.

Adapun sumber protein pertama dengan porsi 15 persen adalah protein hewani seperti susu, telur dan ayam yang mengandung asam amino esensial. Memang sumber protein sendiri bisa diperoleh dari nabati (kacang-kacangan, umbi-umbian, biji-bijian, dan sayuran) dan hewani (daging sapi, ayam, ikan, telur, dan susu).

Karena itu, anak khususnya batita, dianjurkan mengonsumsi 1,1 gram protein per kilogram berat badan setiap hari. Sedangkan, anak usia 6 sampai 12 bulan dianjurkan mengonsumsi protein harian sebanyak 1,2 g/kg berat badan. Kemudian, anak usia 1 – 3 tahun membutuhkan protein harian sebesar 1,05 g/kg berat badan.

Pentingnya Konsumsi Susu

Nah, susu adalah bahan pangan yang kaya gizi yang diperlukan untuk melengkapi zat gizi yang didapat dari makanan. Ragam zat gizi yang terkandung dalam susu dapat memberikan manfaat, terutama pada masa 1000 hari pertama kehidupan. Dalam peiode penting ini, terjadi proses tumbuh kembang yang pesat termasuk juga masa pembentukan jaringan otak.

Untuk anak-anak, susu dapat memberikan kebutuhan tubuh akan protein dan lemak untuk aktivitas sehari-harinya. Susu selain menjadi sumber protein yang baik untuk tumbuh kembang anak, juga mengandung kalsium yang baik untuk pertumbuhan tulang. Penting juga kita tahu, susu mengandung asam amino esensial yang lengkap sehingga berperan juga dalam pertumbuhan dan kecerdasan otak anak.

KOMBINASI SUSU DAN STIMULASI

Prof Hardinsyah menjelaskan, untuk membantu meningkatkan kualitas kecerdasan anak stunting, maka perlu kombinasi antara konsumsi susu dengan stimulasi. “Upaya kombinasi ini berpengaruh besar terhadap peningkatan kecerdasan anak yang mengalami stunting.”

Dengan berbagai stimulasi dan diberi asupan susu, maka tingkat kecerdasan anak stunting dapat mendekati angka kecerdasan anak normal. Dengan kombinasi konsumsi susu dan stimulasi, setidaknya kecerdasan anak stunting akan meningkat hingga mencapai skor 100. Bila anak stunting hanya mendapat asupan susu, skor yang bisa dicapai hanya 95. Begitupun bila anak stunting hanya diberi stimulasi, skor kecerdasannya mencapai 97.

Bagaimana cara stimulasinya? Anak stunting dapat diajak bermain, berbicara dan sebagainya. Semakin banyak mendapatkan stimulasi, anak stunting ini akan semakin cerdas.

Meski begitu, stimulasi yang dilakukan ini adalah untuk mengoptimalkan potensi anak yang megnalami stunting. Justru yang lebih penting, menurut Guru Besar Departemen Gizi Masyarakat Fakultas Ekologi Manusia IPB ini, adalah bagaimana upaya mencegah anak menjadi stunting. Caranya adalah menjaga asupan gizi yang baik sejak masa kehamilan.

“Periode emas pertumbuhan dimulai sejak dalam kandungan. Jadi harus banyak yang paham dan menyadari akan pentingnya 1.000 hari pertama kehidupan, yaitu sekitar 270 hari kehamilan, hingga anak berusia sekitar dua tahun,” papar Hardinsyah.

Yang jelas, apapun jenis makanan yang dikonsumsi harus memiliki kandungan gizi lengkap sesuai kebutuhan. Apalagi bagi anak-anak yang sedang dalam masa pertumbuhan.***

Ilustrasi: Tatiana Syrikova/Pexels

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *