Masalah Pencernaan Pada Anak, Pahami 5 Penyakit Ini dan Solusinya

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents, setiap tanggal 29 Mei ini kita memeringati Hari Kesehatan Pencernaan Sedunia atau World Digestive Health Day. Yuk, mengenal lebih jauh apa saja masalah pada pencernaan anak dan bagaimana penanganannya.

Terkadang sakit perut atau masalah pencernaan lainnya pada anak terjadi lebih dari satu kali dan dapat mengindikasikan masalah yang lebih parah.

Masalah kesehatan pencernaan dapat menyebabkan berbagai gejala. Berikut lima tanda anak mengalami masalah dalam mencerna makanan dan apa yang dapat dilakukan untuk mengatasinya.

1. Sakit Perut yang Tak kunjung Reda

Sakit perut yang berkepanjangan bisa jadi merupakan tanda adanya masalah pada sistem pencernaan. Ini bisa jadi merupakan gejala penyakit radang usus (IBD), istilah umum untuk penyakit Crohn atau kolitis ulserativa.

Namun, penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gastroenterologi anak untuk mengetahui apa yang menyebabkan rasa sakit pada anak. Jika anak didiagnosis mengidap IBD, deteksi dini akan membantu mengelola gejala dan mungkin mengurangi kebutuhan akan pembedahan.

Salah satu jenis IBD adalah penyakit Crohn – penyakit kronis berkelanjutan yang menyebabkan peradangan pada saluran pencernaan. Penyakit ini juga dapat muncul dengan gejala lain seperti diare, penurunan berat badan, dan demam.

Jenis IBD lain yang menyebabkan sakit perut adalah kolitis ulserativa. Sistem kekebalan tubuh menyebabkan peradangan dan bisul di usus besar. Siapa pun dapat didiagnosis menderita kolitis ulserativa, tetapi paling sering didiagnosis antara usia 15 dan 30 tahun. Selain sakit perut, penyakit ini juga dapat menyebabkan diare dan darah pada tinja.

2. Sakit Maag dan Regurgitasi

Sakit maag tidak hanya terjadi pada orang dewasa. Anak juga bisa mengalami sakit maag, rasa terbakar dan nyeri tepat di belakang tulang dada di tengah dada. Anak mungkin mengalami sensasi tidak nyaman ini seperti bergerak ke arah tenggorokannya.

Sakit maag adalah gejala umum dari gastroesophageal reflux (GER) dan penyakit gastroesophageal reflux (GERD). GER adalah ketika isi lambung naik kembali ke kerongkongan. Meskipun GER dapat terjadi sesekali, GERD terjadi ketika gejala seperti mulas terus berlanjut seiring berjalannya waktu.

Anak penderita GER atau GERD, terutama bayi, juga bisa mengalami regurgitasi, yaitu ketika isi lambung melewati kerongkongan dan masuk ke tenggorokan atau mulut. Hal ini dapat menyebabkan anak merasakan makanan atau asam lambung tersebut, sehingga menyebabkan muntah. Gejala GER dan GERD lainnya pada anak-anak termasuk mual, nyeri perut atau dada, dan kesulitan menelan.

3. Diare Persisten

Diare sesekali (atau tinja encer dan encer) adalah hal yang normal dan akan hilang dengan sendirinya. Diare yang sering terjadi bisa menjadi pertanda adanya masalah yang lebih serius. Hal ini juga dapat menyebabkan masalah lain, seperti dehidrasi, penurunan berat badan, dan malnutrisi (tidak memiliki cukup nutrisi).

Diare yang terus-menerus bisa menjadi indikator dari banyak kondisi. Penting untuk berkonsultasi dengan dokter anak atau ahli gastroenterologi anak sehingga mereka dapat menentukan penyebabnya pada anak.

Diare persisten merupakan gejala sindrom usus pendek, yaitu sekelompok kondisi yang berhubungan dengan ketidakmampuan menyerap nutrisi dengan baik. Hal ini dapat terjadi akibat pembedahan, kerusakan pada usus kecil, atau kurangnya pergerakan usus. Sindrom usus pendek juga dapat terjadi ketika anak dilahirkan dengan usus kecil yang pendek atau sebagian ususnya hilang.

Selain diare, anak dengan sindrom usus pendek mungkin mengalami kembung, kram, gas berlebih, dan muntah.

4. Ruam Kulit dan Masalah Pernapasan

Sistem kekebalan anak selalu bekerja keras – dan terkadang, bekerja terlalu keras. Jika mereka mengalami ruam kulit atau masalah pernapasan segera setelah makan, mungkin mereka menderita alergi makanan.

Alergi makanan – ketika tubuh bereaksi berlebihan terhadap protein dalam makanan – terjadi pada sekitar satu dari 13 anak. Meskipun makanan apa pun dapat memicu reaksi, alergen makanan yang umum termasuk susu sapi, kacang tanah, telur, gandum, kedelai, dan kacang pohon (seperti kacang mete).

Ruam kulit akibat alergi makanan dapat berupa bintik-bintik gatal, bengkak, dan gatal-gatal (bintik merah kecil yang menyerupai gigitan nyamuk). Masalah pernapasan antara lain mengi, bersin, dan sesak di tenggorokan. Gejala-gejala ini dapat terjadi bersamaan dengan masalah gastrointestinal sekunder, seperti mual, diare, dan muntah.

Jika anak menunjukkan tanda-tanda alergi makanan, mereka mungkin akan dirujuk ke spesialis alergi anak dan, terkadang, ke ahli gastroenterologi anak. Untuk gejala yang serius, segera dapatkan bantuan medis.

5. Darah di Tinja

Darah akan memberikan alasan bagi setiap orang tua untuk khawatir. Ini bisa menjadi indikator masalah serius jika terdapat pada tinja.

Darah pada tinja (yang terlihat seperti garis-garis merah pada tinja atau tinja tampak hitam) dapat disebabkan oleh polip usus besar, yaitu pertumbuhan pada usus besar atau rektum. Meskipun polip usus besar belum tentu merupakan masalah pencernaan, namun dapat menyebabkan masalah pencernaan, termasuk sembelit dan diare.

Tanda-tanda lain dari polip usus besar meliputi:

Pendarahan rektal, yang dapat terlihat sebagai darah di pakaian dalam atau di tisu toilet setelah buang air besar

Anemia, yaitu kekurangan zat besi yang menyebabkan kelelahan

Polip usus besar terjadi pada 1-2% anak-anak dan umumnya berkembang pada anak di bawah 10 tahun. Polip usus besar biasanya tidak bersifat kanker, tetapi bisa berubah menjadi kanker jika tidak diangkat.

Darah pada tinja juga bisa menjadi tanda kolitis ulserativa, terutama jika disertai sakit perut.

Mengetahui Tanda-Tanda Masalah Pencernaan Sejak Dini

Sebagai orang tua, kita selalu memantau kesehatan dan kesejahteraan anak. Hal ini penting untuk semua aspek kesehatan anak, termasuk masalah pencernaan. Jika Anda mengkhawatirkan kesehatan pencernaan anak, bicarakan dengan dokter anak atau buatlah janji temu dengan ahli gastroenterologi, yang dapat mendiagnosis dan menangani masalah pencernaan anak.

Mengetahui masalah ini sejak dini dapat mencegah terjadinya masalah serupa di masa depan, dan juga membantu anak merasa lebih nyaman selama dan setelah makan.

Sebagai informasi, Hari Kesehatan Pencernaan Sedunia atau World Digestive Health Day yang dirayakan setiap tanggal 29 Mei ini, bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dunia akan kesehatan pencernaan, karena dengan semakin bertambahnya masyarakat yang waspada, maka diagnosis dan perawatan tentang gangguan pencernaan pun akan segera teratasi pula.

Pada Hari Kesehatan Pencernaan Sedunia ini pun kita dapat menyebarkan informasi tentang pentingnya masalah ini, membuat masyarakat dunia menjadi semakin waspada. Dikutip dari laman National Today, hari ini didirikan pada 2004 sebagai peringatan atas hari jadi World Gastroenterology Organization ke-45. Anggota dari organisasi tersebut pun sudah mencapai 100 komunitas masyarakat serta 50.000 anggota individual yang tersebar di seluruh dunia.***

Ilustrasi: Pixabay/Pexels

Referensi: childrensnebraska.org

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *