Kolaborasi Mengasuh Anak, Siapa Paling Berperan?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents coba Anda tebak, siapa yang paling bertanggung jawab dalam pengasuhan anak? Mungkin ada yang menjawab: bunda. Jawaban yang benar adalah bahwa pendidikan dan pengasuhan anak itu merupakan tanggung jawab bersama, yaitu bunda dan ayah.

Ya, keduanya harus berkolaborasi memberikan yang terbaik, baik dalam hal pemberian makanan atau asupan bergizi seimbang, stimulasi, menerapkan pola asuh dan sebagainya, sehingga anak dapat bertumbuh dan berkembang dengan optimal. Nah, untuk mencapai tujuan itu tentunya ayah dan bunda perlu bahu-membahu.

Dalam bahasa lain, kerja sama antara bunda dan ayah dalam membesarkan si Kecil disebut dual parenting.

Dual parenting hanyalah salah satu dari poin penting dalam upaya mencapai pengasuhan ideal. Faktor lainnya yang juga perlu dipahami adalah kesiapan menjadi orang tua, adanya kesepakatan tujuan pengasuhan, komunikasi yang hangat, positif dan efektif, penanaman nilai-nilai agama, memahami karakter dan kebutuhan anak serta adanya aturan yang disepakati dalam keluarga.

BERBEDA PENDEKATAN

Meski ayah dan bunda memiliki tanggung jawab yang sama dalam mengasuh sang buah hati, akan tetapi memiliki peran yang masing-masing berbeda bagi anak. Ya, ayah dan bunda tentunya memiliki caranya tersendiri dalam mengasuh dan mendidik anak. Perbedaan peran ini justru akan memberikan pengalaman yang bervariasi bagi anak.

Yang jelas, pendekatan yang berbeda antara ayah dan ibu pada si Kecil tentunya akan membawa dampak positif. Setiap orangtua pastinya memiliki cara unik dan berbeda dalam berinteraksi dengan anaknya. Hal ini akan menumbuhkan pemahaman bahwa setiap orangtua merupakan individu yang terpisah dan berbeda.

BERBAGI PERAN

Sekali lagi, meski sama-sama bertanggung jawab terhadap tumbuh kembang anak, peran antara ayah dan bunda tidaklah sama.

Nah, berikut “pembagian” tugas dan peran masing-masing.

Peran bunda :

  1. Menumbuhkan perasaan mencintai dan mengasihi pada anak melalui interaksi yang melibatkan sentuhan fisik dan kasih sayang.
  2. Menumbuhkan kemampuan berbahasa pada anak melalui kegiatan bercerita dan mendongeng, serta melalui kegiatan yang lebih dekat dengan anak, yakni berbicara dari hati ke hati.
  3. Memberikan toilet training kepada anak perempuannya, yaitu bagaimana menggunakan toilet jongkok maupun duduk untuk BAK dan BAB serta cara membersihkan diri usai menggunakan toilet.
  4. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin kepada anak perempuan, tentang bagaimana harus bertindak sebagai perempuan dan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosial dari seorang perempuan.
  5. Bunda berperan penting dalam hal pelaksana harian pendidikan, penuh cinta dan ketulusan, menjaga keharmonisan dan sinergi, penegak moralitas dan nurani, femininitas, pembangun hati dan rasa.
  6. Bunda merupakan guru pertama bagi anak. Bunda mengajarkan pelajaran-pelajaran berharga untuk anaknya mulai dari anak lahir, sampai anak tumbuh dewasa.
  7. Bunda adalah pelindung bagi anak. Sejak lahir, anak sudah merasakan kehadiran bunda, sentuhan bunda, dan suara bunda yang semuanya membuat anak merasa aman. Saat anak menangis biasanya yang dicari anak adalah bunda, ini merupakan reaksi pertama dari segala sesuatu yang mengganggunya karena bunda merupakan tempat anak untuk merasa aman dan nyaman. Anak merasa terlindungi bila di dekat bundanya. Bunda melindungi anak dari bahaya lingkungan, dari orang asing, dan dari diri mereka sendiri.

Saat anak mulai tumbuh dewasa, bunda tetap menjadi pelindungnya, lebih dari pelindung dalam segi emosional. Bunda selalu mendengarkan keluhan anaknya dan selalu ada untuk memberikan kenyamanan saat anak membutuhkannya. Bunda selalu ingin anaknya merasa aman. Jika anak dapat mempercayai bunda, anak akan percaya diri dan memiliki keamanan emosional. Jika anak tidak dapat menemukan keamanan, biasanya dapat menyebabkan anak mempunyai banyak masalah emosional dan psikologis.

8. Bunda merangsang mental dan emosional

Bunda selalu berinteraksi dengan anaknya, melalui permainan atau percakapan, yang merangsang kemampuan kognitif anak. Bahkan permainan bentuk fisik dengan bunda tetap engikuti aturan yang dibutuhkan anak untuk mengkoordinasikan mental tindakan mereka. Bunda yang membuat  mental anak kuat untuk menghadapi dunia luar ketika ia pertama kali meninggalkan rumah untuk sekolah.

  • Sebagai seorang bunda dan pengasuh utama di awal-awal kehidupan anak, bunda menjadi orang pertama yang membuat ikatan emosional dan keterikatan dengan anak. Anak akan belajar emosi pertamanya kepada bunda. Hubungan bunda dan anak yang terbentuk selama tahun-tahun awal akan sangat mempengaruhi cara anak berperilaku dalam pengaturan sosial dan emosional di tahun-tahun berikutnya. Seorang ibu dapat dengan mudah memeluk anak dan berbicara tentang perasaan dengan anaknya sehingga ibu lebih bisa untuk mengajarkan anak bagaimana menangani emosi yang lebih baik.
  • Seorang bunda adalah orang yang mengerti kebutuhan dan suasana hati anaknya. Bunda tahu apa keinginan anaknya bahkan ketika anak belum berbicara kepadanya. Sebagai seorang bunda, seberapa cepat bunda bereaksi terhadap kebutuhan mengajarkan anak makan, mandi, dan mengajarkan kepadanya bagaimana mengekspresikan kebutuhannya. Bunda juga yang mengajarkan bagaimana mengelola dan berkomitmen dengan waktu, dengan cara mengajarkan anak melakukan rutinitas dalam kehidupan sehari-hari.

PERAN AYAH

Peran ayah tidak kalah penting dari peran bunda, namun sering terabaikan karena tugas ayah sebagai pencari nafkah utama banyak menguras waktu dan energi. Ayah sebagai pihak yang paling berwenang dalam hal menjalankan visi keluarga, penanggung jawab, konsultan pendidikan, pembangun sistem berpikir, penegak profesionalisme, maskulinitas, dan tegas dan tega.

Walaupun mungkin waktu yang dihabiskan ayah dengan anak lebih sedikit dibandingkan dengan waktu antara anak dan bunda, tetapi peran ayah sangat penting bagi anak. Berikut ini beberapa peran ayah dalam pengasuhan anak:

  1. Menumbuhkan rasa percaya diri dan kompetensi kepada anak melalui kegiatan bermain yang melibatkan fisik baik di dalam maupun di luar ruangan.
  2. Menumbuhkan kebutuhan akan hasrat berprestasi pada anak melalui kegiatan mengenalkan anak tentang berbagai kisah tentang cita-cita.
  3. Membangun kecerdasan emosional anak melalui peran sebagai kepala keluarga. Seorang anak yang dibimbing oleh ayah yang peduli, perhatian dan menjaga komunikasi akan berkembang menjadi anak yang lebih mandiri, kuat dan memiliki pengendalian emosi yang lebih baik.
  4. Memberikan toilet training kepada anak laki-lakinya, yaitu bagaimana menggunakan urinoir, toilet jongkok maupun duduk saat BAB dan cara membersihkan diri usai menggunakan toilet.
  5. Mengajarkan tentang peran jenis kelamin kepada anak laki-laki, tentang bagaimana harus bertindak sebagai laki-laki dan apa yang diharapkan oleh lingkungan sosial dari seorang laki-laki.
  6. Ayah cenderung mendorong anaknya untuk mengambil risiko. Hal ini biasanya dilakukan pada anak yang lebih tua saat anak perlu belajar untuk mandiri. Ayah akan memuji anak saat ayah percaya anak sukses melakukan sesuatu. Sedangkan bunda akan sering memuji anak dengan tujuan untuk menghibur atau membantu anak agar lebih bersemangat mengerjakan sesuatu. Hasilnya adalah anak akan lebih bekerja keras untuk mendapat pujian dari ayah mereka. Seorang ayah ingin melihat anaknya sukses, bahkan lebih sukses darinya, sehingga mendorong anak untuk bekerja lebih keras dan berani mengambil risiko.
  7. Merangsang aktivitas fisik

Berbeda dengan interaksi antara bunda dan anak, interaksi ayah dan anak lebih sering dilakukan dengan bercanda dan bermain fisik. Secara keseluruhan, interaksi antara anak dan ayah kurang terkoordinasi. Interaksi fisik antara anak dan ayah dapat menunjukkan kepada anak bagaimana menangani emosi, seperti kejutan, rasa takut, dan kegembiraan.

8. Panutan kesuksesan/prestasi

Penelitian menunjukkan bahwa jika ayah menunjukkan kasih sayang, mendukung, dan terlibat dalam kegiatan anaknya, ayah dapat berkontribusi besar terhadap perkembangan kognitif, bahasa, dan sosial anak, serta berkontribusi pada prestasi akademik, kepercayaan diri, dan jati diri anaknya. Anak yang dekat dengan ayahnya cenderung memiliki prestasi baik di sekolahnya dan memiliki lebih sedikit masalah dalam perilaku.

Terutama untuk anak laki-laki, mereka akan menjadikan ayah sebagai panutan untuk dirinya. Mereka akan meminta persetujuan ayah atas segala sesuatu yang mereka lakukan dan sebisa mungkin melakukan kesuksesan yang sama seperti ayah mereka, bahkan jika bisa lebih dari ayahnya.***

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *