MYHOMMY.ID – Sejak zaman dulu hingga sekarang, sekolah tak pernah sepi dari pedagang jajanan. Ya, sejak Anda kecil, hingga sekarang buah hati Anda bersekolah, jajanan tetap menjamur.
Umumnya para pedagang menjajakan beraneka jenis jajanan di depan/seberang sekolah. Jajanan ini tampak menggugah selera anak-anak. Warnanya menarik, rasanya enak dan harganya murah. Tak heran, jajan di waktu jam istirahat atau pulang sekolah menjadi rutinitas para siswa. Akan tetapi, tahu dan sadarkah anak-anak bahwa berbagai jajanan baik berupa makanan atau minuman tersebut mengundang bahaya?
JAJANAN MINUMAN
Anak usia TK dan SD berada pada masa eksplorasi. Mereka banyak menggunakan kemampuan motoriknya untuk beraktivitas atau bermain. Di jam istirahat, mereka berlari, bermain tali, bola, dan sebagainya sehingga berkeringat dan kehausan. Dahaga melanda apalagi di tengah cuaca yang terik. Tentu saja, jajanan minuman sungguh menarik minat mereka.
Warnanya yang nge-jreng plus es batu nan dingin tampak menyegarkan. Rasanya yang manis makin memikat saja. Tak heran, minuman seperti itu jadi pilihan anak-anak untuk memupus dahaga. Harganya? Sangat terjangkau. Pas dengan uang saku yang diberikan orangtua.
Nah, sekarang mari kita kupas jajanan minuman ini. Pertama, air yang digunakan tak diketahui persis darimana sumbernya, apakah air bersih dan bebas terkontaminasi, serta apakah air itu matang atau tidak. Kedua, rasa yang manis umumnya berasal dari pemanis buatan. Ketiga, dari sisi warna yang cerah. Jarang sekali jajanan minuman berwarna kuning/oranye, misalnya, bersumber dari jeruk asli. Kebanyakan pedagang menggunakan pewarna tekstil atau kertas. Dampak buruknya, anak bisa mengeluh sakit kepala, mual, muntah atau diare.
Tak kalah penting, penambahan es pada minuman itu. Umumnya yang digunakan adalah es balok. Kita tahu bagaimana proses pembuatan es balok yang cenderung tidak higienis. Air untuk dijadikan es balok itu pun kemungkinan sudah terkontaminasi.
Efek negatif dari semua itu mungkin tidak terjadi dalam waktu seketika setelah anak tuntas menghabiskan jajanan minuman. Selain kemungkinan muncul beragam keluhan yang sudah disebutkan, masalah lain yang bisa terjadi dan perlu diwaspadai seperti infeksi saluran cerna, disentri, tipes bahkan hepatitis A.
JAJANAN MAKANAN
Bagaimana dengan jajanan berbentuk makanan? Wah, banyak sekali dan begitu bervariatif. Jajanan itu agar awet dan tak mudah basi dicampur borax. Kandungan borax pada makanan bisa diduga bila dikonsumsi terasa kenyal.
Ada juga jajanan yang diberi formalin. Dengan zat ini, makanan jadi tak mudah hancur. Makanan mengandung formalin cenderung berbau menyengat dan rasanya asam. Beberapa jenis jajanan disertai saus sehingga sensasi rasa pedas makin menggugah selera.
Saus yang asli sebenarnya berbahan tomat. Namun, faktanya tidak demikian. Mungkin hanya sedikit tomat tapi dicampur borax, bahan pewarna serta pengawet buatan. Yang cukup ramai dibincangkan juga adalah jajanan gorengan yang terasa garing renyah karena pedagang memasaknya dengan plastik.
Tak pelak, berbagai risiko kesehatan bisa terjadi. Kandungan formalin, misalnya dapat mengiritasi saluran pernapasan karena baunya yang menyengat. Hidung dan tenggorokan akan terasa sakit. Mulut terasa tak enak, mual bahkan memicu muntah. Seperti kita tahu, formalin digunakan untuk mengawetkan jenazah supaya tak rusak atau membusuk. Nah, bisa dibayangkan, bagaimana bila zat yang sama masuk ke dalam tubuh kita.
Yang jelas, risiko zat formalin dapat merusak atau mengganggu fungsi ginjal dan hati. Bahkan, dampak buruknya bisa mengakibatkan kanker hati.
Belum lagi bila jajanan yang dibeli tak dibungkus. Otomatis mudah terkontaminasi debu, kuman, bahkan hewan seperti kecoa. Kalaupun dibungkus, ternyata menggunakan kertas koran, kertas bekas buku atau plastik kresek. Makin terbayangkan bagaimana higienis dan risiko kesehatan mengerikan yang bisa terjadi.
Sempat terungkap jajanan snack yang sudah kedaluwarsa dan didaur ulang. Jajanan yang dibeli anak dalam bentuk kemasan pun tidak menjamin keamanan dan kesehatan. Jajanan yang sudah kedaluwarsa biasanya berbau tengik karena unsur lemak sudah teroksidasis.
Selain itu, zat-zat lain seperti protein, karbohidrat dan lainnya sudah terkontaminasi bakteri, jamur dan virus. Kalaupun tanggal kadaluarsa jajanan dalam kemasan itu masih panjang, kita juga kadang kurang memerhatikan kandungan di dalamnya. Apakah ada penyedap rasa, seperti MSG yang juga berisiko negatif bagi kesehatan.
EDUKASI TENTANG JAJANAN
Umumnya pedagang hanya memikirkan keuntungan. Tak disadari bahwa yang dijualnya bisa berdampak buruk bagi keehatan pembelinya yang notabene anak-anak. Maka tak ad acara lain selain kita harus mengedukasi anak tentang jajanan. berikut poin-poin yang bisa dijelaskan pada anak:
-Warna. Perhatikan warna jajanan. makanan yang mengandung zat pewarna umumnya tampak cerah. Sedangkan pewarna alami biasanya tampak kusam.
Pewarna buatan/tekstil juga umumnya menampilkan warna yang tak merata.
-Rasa. Makanan atau minuman yang mengandung pemanis buatan akan terasa getir dan cenderung pahit. begitupun penganan yang mengandung borax biasanya pahit.
-Bau. Jajanan yang dicampur formalin biasanya berbau menyengat seperti asam.
-Tekstur . makanan yang mengandung formalin juga biasanya kenyal.
-Kemasan. Pilih makanan yang dikemas/terbungkus. Mkkanan yang tak dibungkus berisiko terkontaminasi. Hindari pula makanan yang beralas kertas koran atau kertas bekas, termasuk dibungkus menggunakan plastik.
Untuk makanan dalam kemasan, perhatikan tanggal kadaluarsanya.
Jadi intinya perhatikan keamanan ,kebersihan dan kandungan dalam makanan.
JAJAN DI KANTIN AMAN?
Sebnarnya jajan di kantin relatif lebih aman ketimbang jajan di depan/luar sekolah. Sekolah biasanya membina penjual kantin agar menyajikan jajanan yang baik, aman dan menyehatkan. Meski begitu, tak ada jaminan 100 persen jajanan di kantin sesuai yang kita harapkan. boleh jadi di jam istirahat anak jajan di kantin. Akan tetapi, setelah pulang sekolah, anak jajan di depan sekolah.
Beberapa sekolah juga bekerja sama dengan pihak catering untuk menyediakan makanan untuk anak di sekolah akan tetapi, adakalanya makanan yang disajikan juga kebanyakan goreng-goreng. Jadi edukasi tak hanya perlu untuk anak-anak tapi juga pihak-pihak terkait, orangtua, sekolah, pedagang kantin (termasuk pedagang jajanan) dan pengelola jatering sekolah.
YUK, BAWA BEKAL
Selain memberikan pengetahuan agar anak bisa memilih jajanan yang aman dan sehat, kita sebetulnya bisa melakukan cara lain yaitu membawakan anak bekal. Ya, kita sebagai orangtua perlu peduli agar risiko yang tak diinginkan tidak terjadi pada buah hati. Memang bisa dimaklumi bila orangtua sibuk sejak pagi untuk bersiap pergi bekerja. Akan tetapi, boleh kiranya meluangkan waktu sejenak untuk menyiapkan bekal anak di sekolah. Selain menjamin kebersihan, keamanan dan kesehatan bagi anak, bekal juga akan membuat anak merasa dipedulikan dan disayangi.
Berikut panduan menyajikan bekal untuk anak:
-Sesuaikan dengan tingkat usia anak karena kebutuhan setiap anak berbeda-beda.
-Perhatikan menu yang disajikan. Bagi anak TK bentuk sedemikian sehingga menarik. Bagi anak usia SD dan seterusnya, perhatikan rasa makanan yang enak, variasi menu dan jumlahnya.
-Perhatikan kandungan gizi. Komposisi harus seimbang antara karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan serat. Perhatikan juga asupan cairan/minum.
Contohnya,
-Sesuaikan dengan jam sekolahnya. Misalnya, apakah hanya 2 jam, 5 jam atau sampai sore. Perhatikan jam istirahatnya. Bila hanya satu kali istirahat, bawakan satu bekal. Misalnya, snack/makanan selingan. Akan tetapi, bila jam istirahatnya dua kali, bawakan dua bekal. Pertama, makanan selingan. Kedua, makanan lengkap.
Untuk makanan selingan contohnya, pastel terbuat dari tepung, sayur, telur, soun. Ada unsur karbohidrat, protein, lemak dan sayuran. Contoh lain, sandwich. Ada roti, telur dan sayur. Begitu juga lemper. Ada nasi ketan, daging ayam, wortel.
Bila anak pulang sekolah di atas pukul 14.00 berarti harus ada makan siang. Buatkan makanan lengkap yang mudah dibawa. Bila menyajikan nasi, ayam, tahu, tempe, sayur tentu “merepotkan” bagi anak. jadi, harus praktis tapi komposisinya lengkap. Contoh, nasi goreng special. Ada nasi, ayam, telur, wortel dan daging. Atau, bakmi goreng special lengkap.
Bisa juga kita membuatkan pizza dengan toping daging cincang, bawang bombai, jamur. Selain itu macaroni schotel. Ada kentang daging, sayur, jamur, telur, susu dan keju. Begitu juga spaggeti. Ada bola-bola daging, tomat, saus tomat bawang bombai dan keju.
Artinya, orangtua dituntut kreatif menghidangkan bekal untuk si kecil. Toh, untuk mencari resep menu dan langkah-langkah membuatnya itu tak sesulit mencari jarum dalam jemari. Tinggal klik di internet. Nah, selamat mencoba dan memberikan yang terbaik buat buah hati Anda!
Ilustrasi: Katerina Holmes/Pexels
0 Comments