Kiat Mengajarkan Anak tentang Kebersihan Diri

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents, mengajarkan anak mandiri terkait kebersihan diri dan lingkungan penting sekali. Tentu dimulai dari hal sederhana yang dilakukan sehari-hari, misalnya cara mandi yang bersih. Begitupun mengajarkan kebersihan lingkungan perlu dilatih sejak dini, misalnya membersihkan kamar sendiri.

Nah, mengajarkan kemandirian pada anak dalam menjaga kebersihan diri bertujuan agar ia memiliki kesadaran akan kesehatan diri dan lingkungan. Kesadaran ini akan terbawa hingga ia dewasa. Dalam hal ini, orangtua adalah figur yang efektif dalam mengajar anak melalui praktek sehari-hari sehingga menjadi suatu pembiasaan. Adapun manfaat dari menjaga kebersihan diri dan lingkungan, yaitu:

1.Anak yang mandiri dalam menjaga kebersihan pastinya memiliki kesehatan fisik yang lebih baik. Tubuh dan lingkungan yang bersih berarti bebas dari bakteri yang menyebabkan penyakit dan terbebas dari bau tidak sedap.

2.Anak memiliki kepercayaan diri yang berkembang dengan baik. Sebaliknya, anak cenderung minder di lingkungan sosial ketika tampil kotor. Misal, anak yang tidak menjaga kebersihan diri dapat memiliki penyakit kulit dan menimbulkan bau tidak sedap sehingga orang-orang di sekitarnya cenderung menjaga jarak, menutup hidung dan berkomentar negatif.

3. Membiasakan anak menjaga kebersihan lingkungan akan membuat ia terbiasa peduli akan orang lain dan lingkungannya (rasa tanggungjawab sosial). Misal, anak turut berperan dalam mencegah banjir akibat selokan yang tersumbat sampah.

4. Lingkungan yang bersih juga menunjang proses belajar secara akademik. Udara yang bersih dan segar memperlancar peredaran darah ke otak. Anak menjadi lebih mudah berkonsentrasi dan fokus pada pelajaran.

KENALKAN SEJAK LAHIR

Konsep kebersihan sebenarnya sudah dapat dikenalkan orangtua sejak bayi baru lahir. Orangtua yang terbiasa menjaga kebersihan tubuh dan pakaian si bayi, lambat laun membuat ia akrab dengan konsep bersih dan merasa risih jika lingkungannya kotor.

Selanjutnya, di usia balita, di mana anak sudah dapat berkomunikasi dengan lebih baik maka konsep kebersihan tadi bisa diajarkan melalui permainan, film, membaca buku cerita dengan topik kebersihan, dan praktek langsung yang dipandu oleh orangtua/pengasuh.

Jelaskan pada anak hal apa saja yang termasuk menjaga kebersihan dan mengapa ia harus menjaga kebersihan. Hal ini perlu dilakukan secara rutin dan pengulangan. Yang terpenting adalah orang-orang yang berada di sekitar anak sendiri juga menjadi contoh pelaku yang menjaga kebersihan.

Nah, berikut yang dapat dilakukan orangtua untuk mengajarkan kebersihan pada anak: 

1.Mandi

Mandi dapat diajarkan ketika anak sudah cukup mampu berkomunikasi dengan baik dan sejak ia sudah bisa berdiri, yaitu sekitar usia 1 tahun. Lalu, pada usia TK, ia sudah mahir mandi sendiri. Di usia ini, kita sudah bisa mengajari anak tentang cara mandi yang bersih, bukan sekadar menyiram tubuh dengan air dan memakai sabun semaunya. Inilah urutan cara mandi yang benar :

  1. Sebelum proses mandi dimulai, dekatkan semua alat yang akan anak perlukan selama proses mandi. Alat-alat itu mencakup: sikat gigi, pasta gigi, sabun, sampo dan handuk.
    1. Setelah alat-alat mandi disiapkan, selanjutnya anak difokuskan pada latihan melepas pakaian. Untuk usia prasekolah, pakaian yang sebaiknya digunakan saat berlatih adalah jenis kaos dan celana rumahan. Hal ini akan memudahkan anak melewati proses melepas pakaian dan meningkatkan rasa kepercayaan dirinya atas keberhasilan yang ia capai.Biasakan air yang digunakan bukanlah selalu air hangat, kecuali anak dalam kondisi fisik kurang sehat. Bila menggunakan gayung dan ember, gunakan ember ukuran sedang yang tingginya tidak lebih tinggi dari badan anak, lalu diisi air secukupnya. Biarkan anak mengambil gayung dan menyiram-nyiram sendiri badannya. Orangtua perlu membantu anak membasahi bagian punggungnya. Apabila menggunakan shower, orangtua dapat menyetel kekencangan air secukupnya. Berikan kepercayaan pada anak untuk mengarahkan shower ke tubuhnya sambil orangtua terkadang mengarahkan tangannya ke bagian tubuh yang masih perlu dibasahi. Menyiram mulai dari ujung jari kaki ke arah atas sampai lutut. Lalu dari lutut ke arah atas sampai perut. Lalu ke arah atas sampai pundak. Kemudian menyiram mulai dari ujung jari tangan sampai ke pundak. Terakhir menyiram mulai dari bagian leher ke arah atas sampai kepala. Menyiram dari bawah mempunyai maksud agar panas tubuh terangkat ke bagian atas tubuh dan akhirnya terbuang keluar melalui lubang atau rongga tubuh bagian atas seperti hidung, mulut, mata dan telinga.
  2. Matikan air shower ketika memberi sabun. Bersampo dan bersabun merupakan dua aktivitas yang sebaiknya tidak dilakukan anak secara mandiri tanpa pengawasan orangtua hingga anak setidaknya berusia 6 tahun. Walaupun ada batasan usia, tidak berarti anak-anak yang berada di usia prasekolah tidak dapat berlatih bersampo dan bersabun sendiri. Ajarkan ia cara menekan botol untuk mengeluarkan sampo / sabun dari tube, jelaskan serta pantau cara anak mengoleskan dan menggosok rambut/badannya. Bantu anak membilas busa yang melekat ditubuhnya hingga bersih/tidak licin, tterutama di bagian yang sulit seperti punggung.

2.Menggosok Gigi

Pada usia di bawah 2 tahun, anak belum mampu berkumur dan meludah dengan baik sehingga anak belum perlu dibiasakan menggunakan pasta gigi. Meski diklaim aman bagi anak, pasta gigi terbuat dari campuran bahan kimia yang dapat menimbulkan efek samping jika tertelan. Untuk anak usia ini, cukup gunakan sikat gigi dan air hangat 2 kali sehari, yaitu pagi dan malam hari sebelum tidur. Anak juga perlu dihindari untuk tidak terlalu banyak mengonsumsi makanan yang mudah merusak gigi.

Pada usia 3 tahun ketika anak sudah memiliki kemampuan yang lebih baik dalam berkumur dan meludah, ia dapat menggunakan pasta gigi. Ketika mengajarkan menggosok gigi, orangtua harus membuat situasi menyenangkan. Misal, dengan nyanyian untuk menggosok gigi, menggosok gigi dilakukan bersama-sama, membolehkan anak memilih bentuk sikat gigi dan pasta giginya sendiri, dll. Kegiatan menggosok gigi sebaiknya dilakukan setelah anak makan pagi, makan siang, dan makan malam (3x sehari, minimal 2x sehari).

Berikut adalah cara yang dapat dilakukan:

  • Gunakan pasta gigi secukupnya, biasanya sebesar kacang polong untuk sekali sikat gigi. Jika terlalu banyak, akan membuat anak cepat meludahkannya.
  • Ketika hendak menyikat gigi, pastikan posisi dari kepala sikat gigi membentuk sudut 45 derajat di antara area perbatasan gigi dan gusi.
  • Saat menggosok gigi bagian luar permukaan atas dan bawah pastikan posisi bulu sikat 45 derajat berlawanan dengan garis gusi. Gerakan ini membuat makanan di sela-sela gigi bisa dibersihkan. Gerakan ini juga dilakukan untuk gigi bagian dalam. Untuk gerakan menggosok selalu searah dari arah gusi ke gigi.
  • Ajarkan anak menyikat lidahnya dengan lembut.
  • Bagian permukaan gigi yang digunakan untuk mengunyah makanan, disikat dengan bulu sikat gigi dengan tekanan yang ringan sehingga bulu sikat tidak membengkok saat menyikat.
  • Akhiri dengan berkumur air untuk membuang sisa-sisa makanan yang berhasil dikeluarkan dari sela-sela gigi.
  • Bulu sikat yang sudah membengkok (biasanya 4 bulan) menandakan ia harus mengganti sikat giginya. Pilihlah sikat gigi dengan bulu yang lembut. Simpanlah sikat gigi di tempat yang kering dan ajarkan anak bahwa tidak boleh saling meminjam sikat gigi.

3.Keramas

Keramas dapat dilakukan 1-2 kali seminggu untuk anak yang memiliki rambut tidak terlalu tebal dan kulit kepala tidak berminyak. Biasanya rambut ikal dan keriting. Pada anak berambut lurus dan cenderung berminyak, dapat keramas setiap 2 hari. Namun semakin bertambahnya usia dan kegiatan anak yang berkeringat, ia dapat keramas setiap hari.

Orangtua perlu memilihkan sampo untuk anak yang tidak perih ketika terkena mata. Keramas dapat diajarkan ketika anak berusia 3 tahun dengan pendampingan yang lebih intens. Pada anak usia 5 dan seterusnya yang sudah dilatih keramas sendiri sebelumnya, orangtua hanya mengawasi bahwa sampo sudah mengenai seluruh bagian kepala dan membilasnya dengan bersih. Pada anak yang baru diajari dan membiasakan diri keramas sendiri, berikut beberapa cara yang dapat dilakukan orangtua:

a.Basahi rambut anak dari arah belakang kepala menggunakan tangan. Tangan satunya mengusap aliran air di wajah anak. Usahakan air tidak terlalu lama menutupi wajah anak sehingga ia bisa bernapas. Jika anak kesulitan bernapas akibat air yang mengalir di wajahnya, mintalah ia menundukkan kepala.

b.Usapkan sampo dari arah belakang kepala. Tuang sampo ke telapak tangan anak dahulu dan jangan langsung dari botolnya ke kepala. Arahkan tangan anak untuk mengusap seluruh bagian kepala. Orangtua membantu mengusapkan untuk bagian yang tidak terjangkau tangannya. Minta ia untuk menutup mata ketika sampo akan mengenai mata. Ibu bantu mengusap busa sampo.

c.Bilas rambut anak juga dari arah belakang kepala dengan siraman lembut dari tangan. Bila anak ingin mengambil air dan menyiram sendiri juga boleh, Anda hanya memastikan sampo sudah bersih dari rambutnya.

4.Membersihkan alat kelamin usai pipis

Secara umum, anak dapat diajarkan untuk membersihkan alat kelamin usai pipis ketika ia sudah belajar pergi ke toilet sendiri. Anak usia 2-3 tahun masih harus dibantu orangtuanya, selanjutnya secara bertahap serta perlahan kurangi bantuannya. Orangtua mulai beralih mengawasi/mengontrol apakah sudah bersih atau sudah tepat cara yang dilakukan anak.

Adapun cara mengajarkan anak membersihkan alat kelamin sehabis pipis adalah:

  • Belajar dengan anak mempraktekkannya.

Siapkan ember/gayung atau shower yang berisi air bersih yang mudah dijangkau anak. Siapkan juga tisu/handuk kering dan sabun yang mudah dijangkau anak. Kemudian, minta anak mengambil air bersih tersebut dan mengarahkan untuk membasuh kelaminnya atau bagian yang kotor terkena air seni. Selanjutnya sambil dibersihkan dengan air, anak juga dapat mengusap bagian kotor. Lalu, minta anak menggunakan sabun untuk membersihkan tangan dan basuh dengan air bersih. Anda dapat membantu anak bila kondisi fisik belum memungkinkan, seperti memegang gayung bersama. Jadi disesuasikan dengan kondisi perkembangan fisik anak.

  • Cara membersihkan vagina. 1. ajarkan arahnya dari depan ke belakang agar tidak ada penyebaran bakteri dari anus ke vagina. 2. ingat adakalanya anak ingin membersihkan vagina terlalu dalam. Karena itu penting menekankan kepada anak bahwa membersihkan hanya bagian luar dan tidak terlalu dalam. 3. Keringkan vagina menggunakan tisu atau handuk kering. 4. Cuci tangan sesudahnya.
  • Membersihkan penis: 1. Ajarkan anak untuk tidak menarik ujung penis, khususnya yang belum disunat. 2. Basuh penis dengan air dan sabun hingga tidak ada sisa air seni. 3. Usap penis dengan tisu atau handuk kering agar tidak lembap. 4. Cuci tangan dengan air bersih dan sabun.
  • Ajarkan anak untuk memakai pakaian dalam setelah vagina atau penis kering. Minta ia untuk meraba untuk memastikan apakah sudah kering.
  • Ajarkan juga anak untuk segera mengganti pakaian dalam bila basah terkena air seni.

5.Membersihkan anus usai buang air besar

Membersihkan anus saat BAB adalah bagian dari toilet training. Secara umum, anak dapat diajarkan mulai usia 2-3 tahun, namun masih harus dibantu orangtua. Lalu, secara bertahap serta perlahan orangtua mengurangi bantuannya. Orangtua mulai jadi pengawas/pengontrol apakah yang dilakukan anak sudah bersih atau tepat. Bagaimana caranya?

  • Awalnya, bantu anak mengarahkan air untuk membasuh anus dan bantu ia untuk cebok dengan tangannya sendiri. Bila sudah dapat sendiri, kurangi bantuan secara perlahan. Kemudian, orangtua dapat mengajari anak untuk membasuh duburnya dan mengeringkannya dengan tisu atau handuk. Kemudian ajarakan anak untuk mencuci tangan dengan sabun.
  • Orangtua juga dapat mengajarkan menggunakan shower toilet, bagaimana mengarahkan ke anus. Anak usia 2-3 tahun sebaiknya tetap mendapatkan bantuan dari orangtua, khususnya agar ia tidak memainkan air. Pada usia 4-5 tahun orangtua mulai mengurangi bantuan namun lebih memastikan apakah anak telah bersih. Orangtua dapat meminta anak untuk mengulanginya apabila tidak bersih.

6.Cuci tangan yang baik dan benar.

Mencuci tangan secara mandiri dapat diajarkan sejak anak sekitar usia 1,5 tahun. Meski pembiasaan memiliki tangan yang bersih sudah sejak bayi ketika ia sering memasukkan tangannya ke dalam mulut.

Berikut beberapa langkah mencuci tangan yang benar:

  1. Basahi tangan dengan air yang mengalir dari telapak tangan sampai pergelangan tangan.
  2. Gunakan sabun cair (lebih baik daripada sabun batang) secukupnya di telapak tangan anak. Ajarkan untuk menggosok telapak tangan, sela-sela jari, jari-jari satu persatu, punggung tangan, kuku-kuku (sekitar 15 detik).
  3. Bilas dengan air yang mengalir dan keringkan tangan dengan tisu. Hindari menggunakan lap pengering yang digunakan oleh banyak orang.

7.Mengganti pakaian

Anak perlu diajarkan mengganti baju ketika basah, baik karena terkena air maupun keringat. Awalnya, Anda bisa jelaskan melalui buku cerita. Lalu, untuk langkah-langkah mengganti baju dapat dijelaskan melalui kartu bergambar yang memperlihatkan proses melepas dan memasang baju satu persatu. Kemudian, anak berpraktek bersama orangtua.

Pada usia 2-3 tahun sudah bisa kita ajarkan untuk mengganti baju sendiri meski masih diberi bantuan. Biarkan anak bereksplorasi dan jika hasilnya belum rapi benar, orangtua dapat memberikan apresiasi atas usaha anak.

Ajarkan mengganti baju, dimulai dengan melepas kaus. Minta anak untuk memegang bagian bawah bajunya, tarik ke atas dengan perlahan, buka melewati kepala sampai kaus terlepas. Apabila anak masih kesulitan menarik kausnya melewati kepala,  orangtua dapat membantunya. Yang lebih sulit adalah memakai baju dengan kancing.

Keterampilan motorik halus anak di usia 2-3 tahun belum sebaik anak usia SD. Anak perlu belajar memasukkan 2 kancing terlebih dahulu, dan sisanya dimasukkan orangtua. Kemudian meningkat menjadi memasukkan 5 kancing sampai ia berhasil memasukkan semua sendiri. Untuk anak usia 6 tahun dan seterusnya, sudah tidak butuh bantuan lagi.

8.Membuang sampah pada tempatnya.

Sejak usia 2-3 tahun, anak sudah dapat diajarkan konsep kebersihan membuang sampah pada tempatnya. Hal ini dapat dilakukan melalui cerita-cerita, gambar, film, dll. Sediakan tempat sampah berbentuk lucu di beberapa tempat dalam rumah. Ajarkan anak melalui nyanyian misalnya lagu “keranjang sampah” karangan Ibu Sud.

Ketika anak berusia 5 tahun dapat mulai diajarkan pembedaan jenis tempat sampah kering dan basah, misal tempat sampah warna merah untuk sampah kering dan tempat sampah berwarna hijau untuk sampah basah. Ajarkan dulu sampah apa saja yang termasuk sampah kering dan basah.

Yang terpenting, jangan lupa berikan pujian setiap anak membuang sampah pada tempatnya. Konsistensi sikap dan teladan dari orangtua akan mudah membentuk kebiasaan anak membuang sampah pada tempatnya. Orangtua konsisten mempraktekkan perilaku membuang sampah pada tempatnya pun ketika berada di luar rumah. Anak juga dibiasakan membuang sampah pada tempatnya ketika berada di luar rumah.

9.Membereskan dan membersihkan kamar sendiri.

Anak dapat diajarkan membereskan mainan dan barang-barang di kamarnya sendiri sejak usia 3 tahun. Ajak anak untuk membereskan barang bersama-sama. Ketika anak sudah berusia minimal 6 tahun, peran orangtua dalam membantu membereskan sudah berkurang dan hanya mengingatkan saja. Berikut cara mengajarkan anak membereskan sendiri kamarnya:

  1. Tetapkan aturan, infokan kepada anak,jelaskan alasan pentingnya menjaga kebersihan dan kerapihan kamar, dan jalankan aturan dengan konsisten. Misal, orangtua memberitahu bahwa setiap selesai bermain, anak harus mengembalikan mainan ke tempatnya. Jika pada peringatan ketiga anak tetap tidak mempedulikan maka ada konsekuensi yang dikenakan seperti menyimpan mainan di gudang sampai keesokan harinya, mainan baru tidak akan dikeluarkan jika membereskan mainan tidak dilakukan, dll.
  2. Ciptakan situasi yang menyenangkan ketika membereskan. Jika situasi membereskan selalu dibarengi dengan omelan dan sikap marah orangtua maka kebiasaan membereskan akan menjadi momok. Salah satu cara yang menyenangkan adalah dengan membuat permainan mengumpulkan ke dalam boks dan yang tercepat mendapatkan bintang/stiker, membereskan mainan sebelum satu lagu selesai, dll.
  3. Buat lingkungan yang ramah anak. Gunakan keranjang baju kotor, boks mainan, maupun rak yang tingginya tergapai anak. Berikan label pada boks sehingga anak mengetahui perbedaan boks untuk jenis mainan tertentu. Label dapat menggunakan tulisan yang disertai gambar.
  4. Berikan contoh dan bantuan. Orangtua seringkali menganggap anak sudah mengetahui kebersihan dan kerapian yang dimaksudkan orangtua.  Padahal anak sebenarnya bingung. Orangtua dapat meminta anak memasukkan bersama mainan ke boks, angkat bersama baju kotor dan menaruhnya di tempat yang dimaksud, merapikan kasur dengan melipat selimut bersama, dll. Namun ini tidak dilakukan lagi untuk anak-anak usia 8 tahun ke atas.
  5. Ketika kamar sudah terlalu berantakan, orangtua perlu membantu anak untuk membagi pekerjaan membereskan ke langkah konkret yang lebih kecil. Misal, simpan pakaian kotor ke keranjang kotor terlebih dahulu, setelah selesai baru membereskan mainan, dan seterusnya.
  6. Buatlah kegiatan membersihkan kamar sebagai kegiatan yang rutin dilakukan sejak kecil, misal setiap sore hari anak membantu orangtua melap meja, melipat baju, atau kegiatan lainnya.***

Ilustrasi: Pexels/ Alexander Grey

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *