MYHOMMY.ID – Parents, topik belajar membaca untuk usia dini selalu menimbulkan pro dan kontra. Sistem pendidikan untuk prasekolah atau Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dengan Sekolah Dasar kelihatan agak tak beriringan. Di satu pihak, Kementerian Pendidikan tidak membolehkan murid-murid prasekolah diajarkan calistung (belajar membaca menulis dan berhitung), tetapi di sisi lain, pihak SD menetapkan salah satu seleksinya adalah bisa membaca.
Hal demikian tentu harus disikapi dengan bijaksana. Memilih dan memilah yang baik untuk anak-anak kita. Lebih jauh, ada beberapa bidang yg tertarik dengan dunia pengajaran bahasa untuk anak usia dini, yaitu bidang pengajaran, psikologi dan linguistik. Sayangnya sejauh ini tak banyak keterpaduan dari kesemua bidang dalam menyusun dan menyikapi permasalahan ini. Masing-masing memiliki pemahamannya sendiri. Bidang psikologi melihat dari sisinya sendiri, linguistik juga begitu, dan pengajaran juga begitu. Akhirnya pro dan kontra berjalan terus. Padahal kalau dipadukan tentu akan dapat membuat program pengajaran yang sesuai dan efektif.
Beberapa lembaga dan tempat kursus mengajarkan membaca sejak usia dini dan memang terbukti efektif. Anak dapat membaca pada masa prasekolah. Ketika membaca sebenarnya yang dibaca adalah simbol dari bunyi yang disebut dengan huruf. Sejak masih kecil sekali anak-anak sudah terekspos dengan simbol. Misalnya, simbol restoran makanan cepat saji, merek mobil tertentu, dan lain-lain. Mereka bisa mengingat dengan fasih. Yang kita lakukan hanya ”meluaskan” kemampuan anak dalam mengenal simbol tersebut, kepada ”simbol bunyi” atau huruf.
Bagaimana caranya agar mereka bisa mengingat huruf-huruf dengan menyenangkan, tentu dengan teknik mengajar yang menyenangkan. Huruf bukan dihafal, bukan dijadikan sesuatu yg abstrak, tapi bisa diingat dengan cara bermain dan mendongeng.
TUMBUHKAN MINAT BACA
Anak bukanlah orang dewasa dalam bentuk mini. Anak berbeda dari orang dewasa. Muatan apapun yang diperkenalkan atau diajarkan kepada anak, jika disampaikan sesuai dengan dunia anak, tentu akan menjadi sesuatu yang efektif dan menyenangkan. Karena itu teknik mengajar menjadi sangat penting sekali.
Nah, untuk dapat membuat seorang anak usia dini bisa membaca, tidaklah sukar. Banyak lembaga-lembaga yang sudah membuktikannya. Yang penting di sini, dalam kegiatan pengenalan huruf atau pengajaran membaca di usia dini ini, bukanlah untuk membaca itu sendiri, tetapi lebih sebagai dasar sebagai ”menumbuhkan minat baca”.
Jadi, anak diperkenalkan pada huruf dengan tujuan agar anak tahu bahwa huruf yg dirangkai menjadi kata ternyata memiliki arti. Selain itu, arti-arti yang didapat dari kata-kata itu ternyata membawa ke dunia baru. Dunia dongeng yang asyik, misalnya. Atau membawa kepada terbukanya pada informasi baru. Misalnya dengan membaca tulisan di belakang kursi pesawat, ”Dilarang menghidupkan telepon genggam. Dapat dikenakan denda Rp200 juta!” Itu adalah pengetahuan yang akan membuatnya tercengang dan takjub dengan kata-kata yg dibaca. Karena itu antara tujuan ”membaca dan menumbuhkan minat baca” dengan ”teknik pengajaran membaca yang menyenangkan dan efektif” sangat erat berkaitan. Sekali lagi, yang paling penting dalam pengajaran membaca pada usia dini adalah untuk ”menumbuhkan minat baca pada anak”, dan bukan penekanan pada ”bisa membaca”.
PROSES ”BELAJAR” BACA
Huruf tidaklah abstrak melainkan adalah simbol bunyi. Nah, simbol bunyi ini ada di sekeliling kita. Huruf a, misalnya, bisa serupa dengan orang kesakitan karena tersandung batu (aaaaa…), atau serupa dengan bunyi awal perkataan ”air”, ”api”, ”ayah”, ”ayam”, dan lain-lain. Selanjutnya menyambungkan huruf dengan huruf menjadi suku kata membaca kata, frasa, kalimat, paragraf, cerita pendek, dan akhirnya buku.
Saat ini banyak lembaga kursus membaca untuk anak usia prasekolah. Salah satu metode yang diterapkan adalah dengan sistem fonik (bunyi). Dengan sistem ini, justru memudahkan anak membaca karena huruf yang dibaca sama dengan bunyinya. Dengan metode fonik ini juga, maka bunyi alfabet dasar baik dalam Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris menjadi 3 saja yg berbeda yaitu a, c, u. Dengan begitu, tidak menyukarkan anak jika diperlukan membaca dalam kedua bahasa tersebut.
Selain itu ciri lainnya:
-”Dibungkus” dengan permainan sesuai usia anak.
-Guru harus kreatif dengan teknik mengajar.
-Jangan terlalu banyak memberikan beban untuk anak, seperti bentuk
huruf yang berbeda (besar- kecil), nama dan bunyi huruf yang berbeda jika mengajar membaca bahasa Inggris.
-Huruf tak selalu harus berurutan, tetapi diperkenalkan yang mudah diucapkan anak dulu, seperti bunyi bilabial.
-Membaca kata yan g mengandung arti sehingga memotivasi anak untuk membaca.
-Mengajarkan secara dasar. Sehingga kombinasi huruf apapun bisa dibaca.
Berikut contoh cara mengajar atau langkah mengajar huruf:
-Tunjukan gambar atau barang-barang yang dimulai dengan huruf/bunyi tersebut.
-Atau perkenalkan huruf dengan teknik asosiasi, gesture,dan sebagainya.
-Setelah anak paham bunyinya, baru tunjukan hurufnya
-Pengukuhan huruf yang baru diajarkan dengan berbagai aktivitas permainan, pasel dan sebagainya.
Kemudian, langkah mengajar kata:
-Pengulangan huruf
-Penggabungan huruf menjadi suku kata
-Penggabungan kata menjadi suku kata
-Berikan konsep / arti kata
-Silangkan dengan suku kata yg sudah diajarkan
Berikut langkah mengajar kalimat:
-Berikan gambar dengan beberapa benda
-Berikan tulisan benda-benda tersebut
-Gabung kata-kata menjadi kalimat.
Hal yang tak kalah penting yang perlu diperhatikan adalah tipsdalam mengajar membaca untuk anak:
-Ingat bahwa mereka adalah anak-anak yg berbeda dari kita, jadi pengajaran disesuaikan dengan kapasitas mereka.
-Gunakan teknik yang menarik anak.
-Hindari hal-hal yang dapat menganggu konsentrasi, seperti suara teve.
-Berikan pujian untuk usahanya sehingga memberinya semangat dalam belajar.
-Gunakan tokoh kartun yang sedang tren atau yang digemari anak untuk alat bantu mengajar.
-Berhenti sebelum anak bosan
-Jadilah teman belajar anak; menyanyi bersama, menari bersama dan lain-lain. Bukan hanya jadi ”guru” yang hanya memerintah ini dan itu.
-Catat setiap sesi belajar dan kemajuan yang ada untuk dianalisa sebagai bahan mengajar lebih jauh.
0 Comments