MYHOMMY.ID – Parents, anak usia prasekolah memang mulai banyak bergaul, baik di lingkungan sekitar rumah maupun di sekolah. Problemnya adalah selain efek positif, lingkungan juga dapat memberikan efek negatif. Nah, salah satu efek negatifnya adalah anak jadi suka berkata kasar atau bermakna negatif lainnya.
Dilihat dari kacamata psikologi, sebenarnya ada beberapa yang melatarbelakangi kenapa anak-anak ini mudah dan ringan sekali mengucapkan kata-kata kasar/jorok seperti itu. Yang pertama adalah meniru. Yup. Pada anak usia prasekolah, salah satu ciri mereka adalah perilaku suka meniru apa yang didapatnya di lingkungan. Maka jangan heran begitu ada sesuatu yang baru di lingkungan, termasuk kata-kata kasar dan jorok ini didengar, ia akan begitu cepat mengadopsinya.
Faktor kedua, kemampuan untuk mempelajari hal baru berkembang dengan pesat. Anak begitu bersemangat mengeksplorasi berbagai hal di lingkungan. Bila dapat diistilahkan, kemampuan anak-anak untuk belajar bagaikan spons yang dimasukkan ke dalam air. Spons tersebut mampu menyerap air secara optimal. Sama seperti seorang anak, akan mampu dengan mudah untuk menyerap hal-hal baru yang ditemuinya.
BUKAN LELUCON
Pertanyaan berikutnya adalah apakah anak memahami makna dari kata-kata tersebut? Atau sekadar meniru mengucapkannya saja? Pada umumnya, anak usia prasekolah memang masih belum memahami benar arti kata-kata yang ia ucapkan. Dengan perkataan lain, ia masih belum memahami apakah kata-kata itu pantas atau tidak pantas untuk diucapkan. Jadi maksud anak mengatakan hal itu bukan bermaksud memaki. Ia belum paham arti kata itu, jadi pada umumnya anak sekadar meniru.
Begitu juga, kadangkala anak melontarkan kata-kata yang tidak pantas. Penyebab utama biasanya anak usia prasekolah sekadar meniru ucapan dari anak yang lebih besar. Ia akan meniru kata-kata yang memang menarik baginya. Salah satu hal yang dapat menyebabkannya mengulang kata-kata itu adalah reaksi lingkungan. Misalnya bila ada anak yang lebih besar mengatakan kata kasar atau negatif, biasanya akan diikuti dengan sorakan atau tertawa.
Nah, hal tersebut boleh jadi membuat anak tertarik untuk mengulanginya. Pertama karena kata-kata tersebut mungkin hal baru didengar baginya. Kedua, karena reaksi yang muncul diasosiasikan dengan kelucuan atau hal yang menyenangkan.
AMBIL SIKAP
Tentunya orangtua tidak bisa berdiam diri. Kita perlu meluruskan sikap atau perilaku anak agar tidak menimbulkan hal-hal negatif lain. Apalagi kalau sampai dianggap bahwa mengucapkan kata-kata tersebut biasa-biasa saja, bukan sesuatu yang ‘tabu’ untuk diucapkan. Berikut ini langkah-langkah bijak yang dapat diambil:
*Tak perlu marah.
Sebagai orangtua langkah utama adalah berusaha bersikap wajar/tidak memarahi. Jangan terlampau mendramatisir keadaan. Bila memarahi anak hanya karena kekhawatiran orangtua bahwa anak akan selamanya ‘memakai dan merekam’ kata-kata kasar, justru akan membingungkan anak dan tidak akan efektif untuk mencegahnya mengulang kata tersebut lagi. Dalam beberapa kasus, anak yang kurang mendapat perhatian dari orangtuanya justru akan mengulang-ulang hal yang tidak disukai orang tua agar mendapat perhatian.
*Jelaskan arti kata
Coba tanyakan pada anak apa maksudnya mengatakan kata tersebut. Mungkin ia hanya menggeleng. Artinya, ia memang belum paham apa maksud yang dikatakannya itu. Lantaran itu, sampaikan pada anak bahwa kata-kata itu tidak baik digunakan, apalagi bila untuk mengejek.
Misalnya, jelaskan pada anak,”Kalau kamu sayang temanmu, pasti enggak mau kan membuat dia sedih dan marah?” Jadi, bilamana kita mendapati anak mengucapkan kata kasar itu, galilah pemahaman anak tentang kata tersebut dan mengapa ia melontarkannya. Luruskan pengertian mengenai kata tersebut.
*Bimbing dan arahkan
Jangan putus asa bila anak masih mengulang kata-kata yang kurang pantas, sebab itulah tugas kita sebagai orangtua untuk membimbing dan mengarahkan secara terus-menerus.
BUAT KESEPAKATAN
Selanjutnya, ada beberapa upaya lain yang bisa kita lakukan agar kata-kata ini tidak mudah terlontar dari mulut si prasekolah, berikut di antaranya:
*Awasi dan dampingi anak saat bermain.
*Hindari lingkungan yang memang memiliki ‘budaya’ bahwa kata-kata tersebut wajar untuk diucapkan. Namun sekali lagi perlu diingat, kita tidak bisa terus menerus “mensterilkan” lingkungan anak, jadi lambat-laun ada pengaruh dari lingkungan di luar yang tidak sesuai dengan hal-hal positif yang telah kita tanamkan di rumah (keluarga). Dengan perkataan lain, amatlah sulit untuk mencegah hal ini terjadi.
*Bila anak kemudian semakin “menggila” menggunakan kata tersebut, buat kesepakatan dengannya. Misalnya, bila ia terdengar mengucapkan kata tersebut, maka ia akan diskorsing diminta duduk diam di kursi pojok selama 3 menit. Atau Ibu tidak mau berbicara denganmu selama 3 menit.
*Namun di samping memberikan sanksi, orang tua juga harus jeli untuk mencari sebab mengapa anak makin senang untuk menggunakan kata tersebut. Apakah tiap kali ia melontarkan kata tersebut, ia ditertawakan atau dianggap lucu oleh anggota keluarga di rumah? Bila hal ini terjadi maka, bisa dipastikan anak mengulang karena ia mendapat penguatan positif dari keluarga.
*Tak kalah penting, beri pula pengertian pada anggota keluarga lainnya untuk tidak memberikan respons positif bila anak melontarkan kata-kata yang kurang pantas.***
Ilustrasi: Pexels/ Tatiana Syrikova
0 Comments