MYHOMMY.ID – Parents, perilaku anak adakalanya di luar prediksi kita. Termasuk misalnya ketika ada tamu datang ke rumah. Ada anak yang tanpa basa-basi langsung mengambil menu yang dihidangkan untuk tamu. Ada juga yang lewat di depan tamu mondar-mandir tanpa bilang ‘permisi’. Ada juga anak yang loncat-loncat di sofa di hadapan tamu. Bahkan, ada yang ikut nimbrung ingin ngobrol atau memotong pembicaraan serius antara tamu dan orangtuanya.
Ya, polah anak-anak memang beragam dan ‘unik’. Kadang, kita berusaha maklum dengan sikap dan perilaku seperti itu dengan mengatakan,”Namanya juga anak-anak!”. Akan tetapi, sebenarnya anak juga perlu mulai diajarkan tentang etika dan sopan santun ketika ada tamu berkunjung ke rumah.
Menurut Ellen Susila, M. Psi., Psikolog., polah anak seperti itu terkadang memang terjadi pada anak batita (di bawah tiga tahun) dimana pada tahapan usia itu, ia cenderung bersifat egosentris. Alhasil, anak cenderung asyik terhadap dirinya sendiri dan menjadi kurang peka dengan sekelilingnya.
“Selain itu, anak pada tahapan usia ini memiliki rasa ingin tahu yang besar, ditambah adanya kebutuhan anak untuk diperhatikan oleh lingkungan sekitar. Khususnya, orang-orang yang baru ditemui sehingga anak berperilaku demikian tanpa tahu benar atau salah. Karena itu anak penting diajarkan etika dan sopan santun.”
Tanamkan Sejak Dini
Lalu, apa apa yang dimaksud etika dan sopan santun? Etika berasal dari bahasa Yunani yang berarti sebuah nilai atau kualitas yang menjadi standar dan penilaian moral. Maka, etika merupakan sebuah ilmu yang menjelaskan baik dan buruk serta tentang hak dan kewajiban moral.
Sedangkan sopan santun mengacu pada tata krama, kesusilaan dalam pergaulan dan didasarkan atas kebiasaan, kepantasan atau kepatutan yang berlaku dalam masyarakst. Sopan santun ini sifatnya relatif, tergantung pada tempat dan lingkungan serta waktu.
Kembali lagi ke ilustrasi di atas, jadi perilaku seperti itu pada anak usia batita tentu wajar dan sering kita temui. Tapi, umumnya pada anak usia lebih besar yaitu sekitar 4 tahun ke atas tidak berperilaku demikian, tentu bila penanaman etika dan sopan santun ini diajarkan sedini mungkin.
Sebenarnya, penanaman etika sopan santun ini, bisa dimulai ketika anak berusia 1-1,5 tahun ketika ia sudah mulai mengerti akan ucapan orangtua. Si kecil bisa mulai diajarkan untuk melakukan sopan santun dari hal yang paling sederhana. Misalnya, mengucapkan terima kasih ketika mendapatkan sesuatu.
Kemudian, mengajarkan sopan santun pada anak khususnya anak usia 1-3 tahun, bisa dimulai dari hal yang sederhana. Misalnya, memberi salam, meminta izin “permisi”, mengucapkan “terima kasih” bila mendapatkan sesuatu, mengucapkan kata “tolong” bila hendak meminta bantuan.
Salah satu contohnya, “De, kalau mau lewat coba bilang permisi, ya!” Lalu minta anak mengulangi kata “permisi”. Bila anak belum bisa bicara dengan jelas atau hanya mengucapkan huruf belakangnya saja, tentu tidak masalah. Yang penting, anak mengikuti apa yang kita bicarakan. Perlu diperhatikan juga agar anak menatap mata kita ketika bicara. Lakukan ini secara konsisten, sehingga perilaku tersebut akan terbentuk pada anak.
Selanjutnya, untuk anak usia prasekolah, umumnya empati sudah mulai terbentuk. Karena itu, dengan metode mendongeng atau membacakan buku cerita mengenai tata krama dapat membantu anak dalam memahami sopan santun. Begitupula dengan bermain peran. Misalnya, anak menjadi tamu dan ibu menjadi anak. Ibu dapat bermain peran sebagai anak yang berperilaku positif ketika tamu datang, sehingga anak dapat meniru di kemudian hari.
Dengan seiring bertambahnya usia, misalnya ketika anak berusia 7 tahun, ia sudah cukup mampu berpikir logis. Maka memberikan pemahaman lebih detil mengenai apa itu sopan santun dan pentingnya sopan santun dalam kehidupan sehari-hari bisa dijelaskan kepada anak.
Tak kalah penting, perlu diperhatikan juga adalah “role model” atau “panutan” dari figur orangtua. Bila ayah dan ibu berperilaku sopan terhadap orang sekitar maka anak melihat dan akan menginternalisasi nilai-nilai tersebut ke dalam diri.
Selain itu, “Proses” juga salah satu kunci dalam mengajarkan anak untuk berperilaku sopan. Terkadang tidak semua anak bisa langsung melakukan setelah orangtua memberikan contoh atau nasihat. “Intinya, jangan pernah bosan untuk terus selalu mengajarkan tata krama pada anak. Pasalnya, seiring dengan bertambahnya usia, anak akan paham tentang pentingnya sopan santun.”
Sederet Dampak Positif
Tentunya mengajarkan etika dan sopan santun mengandung dampak positif yang bisa dipetik. Adapun dampak positif mengajarkan etika, anak jadi mampu menghargai orang lain di sekitarnya. Anak juga belajar kontrol diri terhadap perilaku mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Anak juga menjadi lebih percaya diri karena hal ini terkait dengan berkembangnya kecerdasan emosional anak.
Oleh karena itu, bila anak tidak diajarkan etika dari usia dini, ia cenderung tidak menghargai orang lain, kurangnya kontrol diri, dan kesuksesan seorang anak kelak di dunia kerja, kehidupan sosial dan pribadinya juga dapat terhambat.
BILA DIAJAK BERTAMU
Terkadang kita juga mengajak anak untuk bertamu atau berkunjung ke rumah tetangga, kerabat atau saudara. Nah, ketika kita mengajak anak bertamu ini, ada hal-hal yang perlu diperhatikan, di antaranya adalah:
- Ajarkan untuk mengetuk pintu atau menekan bel terlebih dahulu untuk memberitahukan bahwa kita sebagai tamu telah tiba.
- Ajarkan mengucapkan permisi atau mengucapkan selamat siang, sore atau malam, assalamualaikum dan sebagainya.
- Setelah bertegur sapa, ajak anak untuk duduk di tempat yang disediakan. Beritahu anak bahwa bila sedang berkunjung ke rumah orangtua lain tidak boleh berlari-lari dan mengambil barang-barang tanpa izin. Ajarkan anak untuk mengatakan kepada tuan rumah jika ingin memegang atau meminjam barang-barang di rumah tersebut.
- Setelah itu, untuk anak yang lebih besar, bisa kita tanamakan empati. Misalnya, bila kita ingin diperlakukan baik oleh orang lain kita juga harus berlaku demikian.
Terkadang saat kita bertamu, anak merasa bosan. Bila ini yang terjadi, orangtua dapat melakukan negosiasi dengan anak. Misalnya, memberitahukan kepada anak bahwa waktu berkunjung tidak lama. Bila anak sudah mengerti waktu, orangtua dapat menjelaskan waktu yang diinginkan untuk berkunjung. Misalnya, sampai jarum jam panjang angka 10 atau 12 . Orangtua harus menepati perjanjian yang telah ditetapkan tersebut.
MANFAAT BERTAMU
Anak juga dapat diberikan penjelasan bahwa dengan bertamu, ia bisa memeroleh banyak teman. Dengan anak bertamu ke rumah orang lain, teman orangtua maupun saudara, anak akan belajar mengenai pentingnya menjalin relasi dengan orang sekitar yang nantinya akan terbawa hingga ia dewasa.
Selain itu, anak juga akan belajar beradaptasi atau menyesuaikan dengan lingkungan baru dan orang baru yang ditemui. Di samping itu, dengan bertamu, anak belajar mengenai berbagai aturan dari rumah orang yang bersangkutan, sehingga memperkaya wawasan anak dan kepekaan anak terhadap lingkungan sekitar juga lebih terasah.**
Ilustrasi: Pexels
0 Comments