MYHOMMY.ID – Clara (3) tampak asyik duduk di atas karpet ruang keluarga. Ia mengumpulkan mainan dan benda-benda di sekitarnya. Ada boneka berukuran kecil, gelas plastik mainan, penghapus pensil kakaknya, bahkan ada sepatu bunda.
Lalu, dia mengambil koran dari rak di pojok ruangan. Kertas kado yang tergeletak di dekat teve pun diambil pula. Hmm..apa yang akan dilakukannya ya? Coba tebak! Olala, rupanya ia membungkus benda-benda tersebut dengan koran dan kertas kado. Meski tidak benar-benar seperti membungkus sebuah kado karena masih terlihat acak-acakan dan tidak rapi. Maklum, namanya juga usia batita.
Tahap Perkembangan Motorik
Buah hati Anda di rumah juga doyan bereksperimen dengan membungkus-bungkus seperti itu? Kesenangan anak dalam membungkus benda-benda bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan ya. Karena aktivitas tersebut merupakan bagian dari ungkapan rasa ingin tahu dan eksplorasinya. Bahkan, ini merupakan bagian tahapan perkembangan motorik anak.
Perlu kita tahu, perkembangan motorik merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam perkembangan individu secara keseluruhan. Tahapan perkembangan motorik anak terbagi menjadi dua, yaitu motorik halus dan kasar. Nah, aktivitas bermain ‘bungkus membungkus’ ini adalah salah satu dimensi perkembangan motorik halus yang melibatkan kemampuan memegang benda.
Sang Peniru Ulung
Pertanyaannya, mengapa anak menyukai aktivitas bermain ‘bungkus’? Coba ingat-ingat. Pernah, kan, bunda membungkus sesuatu benda atau membuat bingkisan hadiah atau kado. Tanpa kita sadari, si Kecil ini memerhatikan dan mempelajarinya secara tidak langsung. Wow, cerdas ya!
Nah, dari kajian psikologi, anak-anak terutama usia balita berada pada masa golden age, dimana pada masa ini ia menjadi ‘peniru paling ulung’. Anak akan mengikuti apa yang dilihat dan didengarnya dari lingkungan sekitar melalui proses imitation (peniruan) yang dilakukan secara berulang sehingga menjadi suatu kebiasaan.
Meniru untuk sesuatu bernilai pembelajaran tentu patut kita aparesiasi ya. Nah, di sisi lain, anak juga sedang mengembangkan kemampuan motorik halusnya. Maka kloplah, kegiatan meniru sebagai ungkapan penasarasn dan rasa ingin tahu akan kemampuannya sekaligus mengasah keterampilan motorik halus.
Jangan heran kalau kita lihat anak senang dan bangga mempertunjukkan kemampuan barunya, yaitu membungkus sesuatu. Kegiatan yang memperlihatkan sebuah benda yang tadinya ada, kini tidak tampak di balik pembungkusnya.
Jangan heran pula, karena merasa berhasil dengan bungkusan pertama, anak akan makin penasaran untuk membungkus beragam bentuk benda lainnya. Orangtua tentu tak perlu melarang kegiatan ini apalagi sampai memarahinya. Asalkan kita menyiapkan kertas pembungkus bekas atau tidak terpakai lagi. Jangan sampai kertas pekerjaan atau materi presentasi Anda jadi pembungkus saja. Simpan dengan rapi ya kertas-kertas penting Anda.
Dengan menyediakan sarana prasarana–pastinya murah meriah karena kertas bekas/tak terpakai—dan dukungan serta respons positif dari orangtua, anak akan berusaha mengulang-ulang kebiasan tersebut. Seiring proses latihan membungkus yang sering dan bertambah usianya, kemampuannya dalam membungkus tentu makin lebih rapi. Mama juga pasti ikut senang, bukan?
Bebaskan Berkegiatan Positif
Jadi sekali lagi, aktivitas ‘bungkus-membungkus’ adalah kegiatan yang dapat melatih perkembangan motorik halus anak. Orangtua tidak perlu merasa bingung dan melarang karena hal itu adalah wajar dan umum dilakukan si batita. Yang perlu diperhatikan Mama adalah memastikan benda yang dibungkusnya tidak tajam atau berbahaya bagi dirinya dan lingkungan.
Perlu juga dipahami, pada masa usia dini, seluruh aktivitas anak sebaiknya didampingi dan diberikan penjelasan tentang apa yang sedang dilakukannya. Bunda perlu membedakan pendampingan bukan dalam arti membatasi ruang gerak anak dalam beraktivitas. Akan tetapi, justru membebaskan anak melakukan hal-hal yang ia senangi dengan tetap mengarahkan menjadi kegiatan yang positif. Ini bertujuan agar anak merasa didukung dan paham atas apa yang sedang ia lakukan.
Mungkin aktivitas bermain ‘bungkus-bungkus’ ini bisa membuat ruangan berantakan bahkan kotor. Rumah akan dipenuhi serakan tisu dan robekan koran. Namun, bunda sebaiknya tidak melarang atau memaksa anak untuk membersihkannya. Justaru bukannya menurut, anak malah akan menolak dan memberontak bila dipaksa.
Yang dapat dilakukan orangtua adalah meminimalkan “kekacauan” yang terjadi di rumah dengan memfasilitasi dan mengarahkan. Seperti tadi, dengan menyediakan koran bekas untuk kegiatan bungkus-membungkus. Sediakan benda-benda apa saja yang boleh dibungkus. Benda yang sekiranya milik orangtua atau berbahaya, harus disimpan rapi dan diletakkan di tempat yang tak terjangkau anak. Batasi juga mainan yang hendak dibungkus dengan memberikan beberapa mainan.
Dengan begitu, orangtua membatasi tanpa perlu mengekang kreativitas anak. Akan lebih baik, jika kebiasaan itu dibuat lebih kreatif agar kecerdasan imajinasi anak makin berkembang. Misal, libatkan anak untuk membuat bingkisan hadiah yang akan diberikan sebagai kado untuk ayah. Bila hasil bungkusannya belum rapi, biarkan dan jangan dicela. Akan tetai, terus dilatih dan memberikan contoh. Hargai setiap usaha anak dengan apresiasi tepuk tangan dan pelukan.
Jelaskan juga langkah-langkah dalam membungkus dengan bahasa yang mudah. Mungkin saja anak tidak melakukan dialog, tetapi ia bisa menangkap dan memahami perkataan orangtuanya, sehingga kemampuan komunikasinya dapat berkembang.
Agar kemampuan sosialisasi anak ikut bertambah, cobalah ajak beberapa temannya untuk melakukan kegiatan bungkus-membungkus. Biasanya anak lebih senang dan menikmati kegiatannya. Dengan begitu acara bungkus membungkus akan lebih menarik dan bermanfaat.
Usai main bungkus-membungkus, minta ia membuka bungkusan itu. Dengan membungkus dan membuka, niscaya kemampuan motorik halus anak makin terasah.
Tak kalah penting, ajar anak untuk membereskan mainannya kembali. Tentu bukan dengan menyuruh anak membereskan mainan sendiri, namun melalui ajakan. “Yuk, kita bereskan mainan bersama, bunda masukkan ini ke wadah, Adek masukkan mainan yang itu ya.” Dengan begitu, anak tak merasa dipaksa dan mau menuruti apa yang bunda minta.
Efek Stimulasi Motorik Halus
Memperkenalkan dan melatih gerakan motorik halus anak akan meningkatkan kemampuan mengelola, mengontrol gerakan tubuh dan koordinasi, serta meningkatkan keterampilan tubuh sehingga dapat menunjang pertumbuhan jasmani yang kuat, sehat dan terampil. Adapun kegunaan dari berkembangnya motorik halus pada anak, adalah:
- Mengembangkan kemandirian. Misal, mampu memakai baju sendiri, mengancingkan baju, atau mengikat tali sepatu.
- Sosialisasi. Misal, anak dapat terlibat saat menggambar bersama teman-temannya.
- Pengembangkan konsep diri. Misal, anak menjadi mandiri dalam melakukan aktivitas tertentu.
- Kebanggaan diri. Misal, anak bangga terhadap kemandirian yang dilakukannya dan akan mengulanginya lagi.
- Berguna bagi keterampilan dalam aktivitas sekolah. Misal,
terampil dalam memegang pensil atau pulpen.
- Kreativitas anak lebih berkembang. Anak tidak kaku dalam memandang sesuatu dan pandai mencari celah sehingga bisa mengubah benda biasa menjadi berguna dan sebagainya.
Adapun tip agar perkembangan motorik halus anak optimal, antara lain:
1. Anak memiliki kesiapan mental dan fisik untuk melakukan kegiatan motorik halus.
2. Anak diberikan kesempatan untuk belajar.
3. Anak diberikan bimbingan dan model yang baik untuk ditiru.
a. Pendampingan saat bermain, sehingga ada contoh menggunakan motorik halusnya.
b. Diberi dukungan bila mengalami kesulitan.
4. Ciptakan suasana yang menyenangkan dalam bermain yang menstimulasi perkembangan motorik halusnya.
5. Orangtua tidak menuntut di luar batas kemampuan anak.
Penting kita tahu, pencapaian keterampilan motorik halus lebih lama daripada keterampilan motorik kasar. Keterampilan motorik halus butuh kemampuan yang lebih sulit seperti konsentrasi, kontrol, kehati-hatian dan koordinasi otot tubuh yang satu dengan yang lain dan akan berbeda pada setiap anak.
Seiring dengan pertambahan usia anak, kepandaiannya akan kemampuan motorik halus semakin berkembang dan maju pesat. Maka sangat dibutuhkan rangsangan, respons, kehadiran, dukungan yang positif dari lingkungan terutama orangtua agar kemampuan anak berkembang optimal. ***
Ilustrasi: Pexels/Ivan Samkov
0 Comments