Kiat Mengasah Selera Humor Anak, Apa Manfaatnya?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents, pada beberapa kesempatan, terkadang anak balita menunjukkan polah yang spontan namun lucu sehingga membuat kita tak sanggup menahan tawa. Atau, terkadang ia mengucapkan kata-kata yang lucu sehingga kita tergelak. Di usia SD, sebagian anak bahkan terampil melontarkan tebak-tebakan yang jawabannya ternyata di luar dugaan dan lucu. 

Ya, ketika kita mendengar atau melihat anak melucu, seringkali secara spontan kita tersenyum bahkan tertawa sampai terbahak. Hal-hal yang lucu atau humor ternyata memberi dampak positif yang demikian besar.

Ada beberapa teori yang menjelaskan peran dari humor terhadap diri kita. Salah satunya, Allan Reiss, MD., seorang professor psychiatry and behavioral sciences di Stanford University School of Medicine, yang mengatakan bahwa humor merupakan komponen penting dalam kesehatan secara medis maupun secara emosional, memeliharan hubungan, mengembangkan fungsi kognitif.

Jadi humor sebagai komponen emosi positif, bagi anak-anak selera humor yang kuat dapat membantu mereka untuk lebih tangguh (resilient).

BERDAMPAK POSITIF

Kalau kita bahas lebih lanjut, ada beragam dampak positif dari humor yang bisa dipetik oleh anak-anak. Di antaranya adalah humor dapat memberikan pengaruh positif dalam perkembangan emosi, sosial dan kesehatan.

Berkembangnya selera humor pada anak akan membantu mereka untuk melihat dari berbagai perspektif, berperilaku spontan, menerima perbedaan pemikiran dan mempunyai cara berfikir yang berbeda, mampu menjalani berbagai aspek kehidupan, serta tidak membawa diri mereka ke hal yang terlalu serius.

Anak-anak dengan selera humor yang berkembang dengan baik akan lebih bahagia dan optimis, mempunyai self-esteem yang tinggi dan mampu menerima perbedaan dengan baik.

Selain itu mereka yang menghargai dan mampu berbagi humor, akan lebih disenangi oleh teman-teman sebayanya dan akan mampu menghadapi tantangan, misalnya bila pindah ke kota lain atau ketika diganggu atau di bully oleh teman di tempat bermain.

Dalam beberapa penelitian, seseorang yang lebih banyak tertawa akan lebih sehat. Mereka lebih sedikit mengalami depresi dan bahkan lebih mampu bertahan dalam menghadapi suatu penyakit maupun masalah fisik. Tertawa juga membantu seseorang untuk meningkatkan fungsi imunitas tubuh.

ASAH SEJAK DINI

Nah, selera humor sebenarnya dapat diasah sejak usia dini. Humor pada anak-anak akan mengalami perbedaan dalam setiap tahapan usianya. Humor yang diberikan pada anak bayi belum tentu menyenangkan bagi anak balita.

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan:

  1. Pada usia bayi, pada awalnya mereka akan bereaksi terhadap humor yang berhubungan dengan permainan fisik, seperti digelitik (tickling). Selanjutnya, mereka akan mulai memberi respons terhadap perilaku “lucu” yang dilakukan orangtuanya. Misalnya, membuat raut wajah lucu dan sejenisnya.
  2. Pada usia batita, mereka masih menyenangi permainan fisik seperti digelitik atau permainan cilukba. Tetapi saat ini mereka sudah mengerti bahasa sehingga mulai menirukan suara-suara atau senandung dan kata-kata yang lucu. Terkadang melakukannya untuk membuat kita atau orang dewasa di sekitarnya tertawa.
  3. Pada anak usia sekolah, mereka mulai menanggapi humor dengan cara yang sama dengan orang dewasa. Mereka menyukai teka-teki/ tebak-tebakan kata, dan slapstick comedy. Mereka akan mengulang-ulangnya kepada kita dan mengharapkan kita untuk bereaksi yang sama pada saat pertama kali mereka melakukannya.

Lalu, bagaimana peran orangtua dalam menumbuhkan selera humor pada anak? Hmm, pada dasarnya humor adalah bagaimana membuat sesuatu itu menjadi lucu atau menyenangkan. Selera humor adalah bagaimana kita dapat mengetahui bahwa sesuatu itu dianggap lucu atau menyenangkan.

Nah, peran kita sebagai orangtua adalah berusaha menjadi role model yang baik bagi anak. Orangtua juga harus menumbuhkan selera humor dalam diri masing-masing. Hal ini dapat dilakukan dengan terlibat pada aktivitas yang dapat menumbuhkan selera humor melalui menonton film atau membaca buku berbagai jenis komedi, dan sebagainya.  

Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menumbuhkan dan meningkatkan selera humor anak-anak. Pertama tertawalah bersama saat anak menceritakan leluconnya. Kedua, pastikan bahwa kita mempunyai waktu untuk menceritakan lelucon-lelucon kepada mereka. Hal ini menjadi panutan bagi mereka untuk melakukan hal yang sama.

Kemudian, ketiga, fasilitasi kebutuhan humor mereka dengan menyediakan buku-buku humor, buku bergambar yang lucu, serta film-film jenaka yang mampu mengembangkan rasa humor mereka. Keempat, ajari anak untuk mengenali dan mengetahui lelucon yang mengandung unsur tidak baik adalah tidak lucu.

Kelima, tak kalah penting, ciptakan suasana rumah menjadi tempat yang nyaman bagi anak untuk membangun rasa percaya diri. Biarkan mereka menertawakan perilaku kita. Memberi toleransi kepada anak untuk melakukan lelucon yang dianggap tabu, seperti buang angin dan sejenisnya.

Keenam, bila anak mengulang-ulang lelucon yang sama dalam beberapa waktu, usahakan untuk tetap memberikan respons yang diharapkannya. Hindari untuk menolak lelucon yang diceritakannya. Hal ini membantunya untuk merasa nyaman dan percaya diri menceritakan lelucon yang dimilkinya.

Ketujuh, bila kita mendengar lelucon anak yang sebenarnya tidak tepat/mengandung kata-kata kasar, sebagai orang tua, sebaiknya kita tidak menghentikan lelucon tersebut. Kita tunggu beberapa saat setelah ia mengatakan leluconnya dan mulai menjelaskan ketidak tepatan lelucon yang diutarakannya dan memberikan contoh/memintanya untuk mencari lelucon lain yang lebih baik.

RAMBU-RAMBU MELUCU

Tentunya kita perlu memberi rambu-rambunya/syarat dan ketentuannya ketika anak  melucu, misalnya tak boleh melucu yang justru dapat membuat orang sakit hati/terejek dan sebagainya.

Jadi, selain mengasah rasa/selera humor pada anak, kita sebagai oran tua tetap harus memberikan rambu-rambu agar selera humor mereka tidak menyalahi norma yang dapat menyinggung temannya atau orang di sekitarnya.

Berikut hal yang penting diperhatikan:

  1. Jelaskan mengapa hal ini lucu. Sebelum anak mampu berjalan dan berbicara, mereka hanya mampu menilai bahwa “sesuatu” itu lucu untuk mereka dan orang lain. Tetapi  ketika mereka mulai berjalan dan bisa berbicara, mereka akan menanyakan dan kita harus menjelaskan mengapa hal tersebut lucu. Hal ini akan menjadi dasar pengertian humor bagi mereka.
  2. Sesuaikan dengan usia dan budaya/kebiasaan. Humor akan berbeda pada tahapan usia. Apa yang dianggap lucu pada anak usia tertentu bisa saja dianggap tidak lucu oleh anak usia lainnya. Humor juga bergantung pada kebiasaan/budaya seseorang. Kita harus mengenalkan mereka pada lelucon yang sesuai dengan usia mereka.
  3. Waktu yang tepat. Kita harus mengajarkan kepada anak mana waktu dan tempat yang sesuai untuk menceritakan lelucon. Pada situasi yang khidmat seperti acara keagamaan, ajarkan kepada mereka untuk tidak melakukan lelucon. Jika ingin mencairkan suasana dibolehkan tetapi tidak berlebihan. Cukup satu lelucon sebagai pembuka pembicaraan.
  4. Rasa humor yang sopan. Humor yang baik adalah humor yang sopan. Bila humor yang dilontarkan berupa ejekan dan kata-kata kasar, hal ini tidak lagi termasuk humor. Terlebih lagi bila menyakiti perasaan orang lain. kemukakan humor sebagaimana kita ingin orang lain lakukan kepada kita.

AKTIVITAS DAN PERMAINAN JENAKA

Nah, Permainan yang dapat orang tua lakukan bersama anak dalam mengasah selera humor anak cukup beragam dan dapat berbeda-beda disetiap tahap perkembangan atau usia anak.

Ada beberapa cara sederhana yang dapat kita lakukan bersama anak untuk menumbuhkan selera humornya. Di antaranya adalah:  

  1. Merayakan hari yang berhubungan dengan keriaan, seperti memanfaatkan tanggal 1 April sebagai hari untuk bercanda dengan anak dan seluruh anggota keluarga. Tidak menutup kemungkinan untuk melakukannya di hari lain yang direncanakan sebelumnya sebagai hari bercanda. Kita juga dapat membuat ritual dengan memberikan/bertukar hadiah yang kita anggap lucu kepada anggota keluarga.
  2. Menyanyikan bersama lagu-lagu dengan mengubah  kata atau kalimat/liriknya atau menyuarakan dengan suara yang lucu sehingga memancing anak untuk tertawa.
  3. Menceritakan cerita yang lucu yang kita alami. Hal ini dapat dilakukan pada saat makan malam bersama atau pada saat berkumpul bersama. Ceritakan tentang kejadian lucu yang kita alami atau situasi yang kita rasa lucu yang terjadi pada hari itu. Bisa kejadian yang terjadi pada kita sendiri atau kejadian lucu yang kita lihat sewaktu di luar rumah saat menjemput anak dari sekolah, misalnya.
  4. Bersama memilih dan menonton film komedi. Kita sebagia orangtua dapat membantu anak untuk mengenali dan mengajarkan perkataan-perkataan lucu yang bisa/tidak diterima oleh masyarakat. Serta bentuk kata/tindakan kasar yang harus dihindari.
  5. Bersama membaca buku-buku yang lucu. Tertawa bersama ketika membaca bagian yang lucu. Hal ini akan membantu anak mengidentifikasi humor dan mengajak mereka untuk tertawa lepas.***

Ilustrasi: Pexels/Alexander Grey

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *