MYHOMMY.ID – Parents, tiap orang tua pasti ingin anaknya memiliki fitur fisik yang baik, termasuk memiliki tinggi badan yang cukup atau bahkan lebih. Memang ada beberapa keuntungan jika menjadi orang tinggi. Beberapa profesi, misalnya, mengharuskan orang untuk tinggi, seperti model, atlit basket, atau pramugari. Tidak hanya itu, beberapa pekerjaan lain juga mensyaratkan tinggi badan minimal bagi para pegawainya.
Karir anak mungkin belum ada di benak Anda, karena usianya masih kecil. Tapi tinggi badan anak akan berhenti tumbuh setelah pubertas selesai atau sekitar usia 18 tahun. Setelah itu, tidak ada lagi cara untuk menambah tinggi badan anak. Untuk memaksimalkan tinggi badan anak, baiknya dilakukan saat anak masih menjalani proses tumbuh kembang.
Peran Faktor Genetis Terhadap Tinggi Badan
Sudah banyak yang mengetahui bahwa tinggi badan orang tua memengaruhi tinggi badan anak, karena faktor genetis. Hal itu memang benar, namun hubungan itu tidak terlihat ketika masih bayi. Saat anak berumur mulai memasuki usia 2 tahun, bukti-bukti bahwa tinggi orang tua menurun pada anak, akan makin terlihat. Sebuah penelitian juga menunjukkan bahwa faktor keturunan berpengaruh 90 persen atau lebih terhadap tinggi badan anak. Jadi, tinggi badan Anda memang sangat berpengaruh pada tinggi badan anak. Namun, faktor eksternal tetap memiliki sedikit peranan.
Peran Faktor Eksternal Terhadap Tinggi Badan
Tanpa mempertimbangkan faktor eksternal, tinggi badan anak dapat diperkirakan dengan menghitung tinggi badan ayah dan ibunya. Dikutip dari Healthychildren.org, cara menghitung potensi tinggi maksimal anak adalah tambahkan tinggi badan ayah dan ibu dalam ukuran inchi, lalu dibagi 2.
- Untuk anak laki-laki, hasilnya ditambah 2,5 inchi.
- Untuk anak perempuan, hasilnya dikurangi 2,5 inchi.
Itu adalah potensi tinggi maksimal yang dapat dicapai oleh anak. Artinya, bisa saja anak tidak mencapai tinggi badan tersebut jika faktor eksternal tidak cukup baik. Peran orang tua menjadi penting di sini, yaitu untuk memastikan anak mencapai tinggi badan maksimalnya.
Tips untuk Memaksimalkan Tinggi Badan Anak
Ada beberapa hal yang dapat dilakukan oleh orang tua untuk memaksimalkan tinggi badan anak, bahkan sejak dalam kandungan, berikut di antaranya:
Pertumbuhan dalam Kandungan/Prenatal Growth
Zat-zat gizi dan kondisi lingkungan ibu hamil akan sangat memengaruhi proses perkembangan janin, termasuk panjang bayi ketika ia lahir nanti. Peran lingkungan luar ini terhadap panjang bayi cukup besar atau sekitar 60 persen. Sisa 40 persen adalah faktor genetis. Berikut beberapa hal yang dapat ibu hamil lakukan,
- Tidak merokok, minum alkohol, atau menggunakan narkotika. Zat-zat berbahaya ini membuat ibu berisiko melahirkan bayi yang kecil dan/atau mengalami gangguan pertumbuhan.
- Asupan gizi yang cukup. Ibu hamil yang mengalami malnutrisi atau kekurangan gizi berisiko melahirkan bayi yang perkembangannya terhambat.
- Program hamil di usia produktif. Ibu hamil di atas 38 tahun atau di bawah 20 tahun memiliki risiko lebih tinggi melahirkan bayi yang kecil. Selain itu, risiko bayi mengalami kelainan bertambah tinggi jika usia ibu hamil di atas 35 tahun.
Pada beberapa kasus, bayi dengan panjang kurang bisa tumbuh pesat dan tetap mencapai potensi tinggi maksimalnya. Namun, hal tersebut bisa saja tidak sempurna sehingga tinggi badan anak tidak maksimal.
- Pertumbuhan setelah Lahir/Postnatal Growth
Setelah anak lahir, faktor eksternal akan memengaruhi pertumbuhan tinggi badan anak, seperti gizi, aktivitas fisik, status sosial ekonomi, penyakit/kondisi medis, urbanisasi, dan iklim. Beberapa faktor memang di luar kendali orang tua, seperti kondisi medis, urbanisasi, dan iklim. Tapi faktor-faktor lainnya masih dapat Anda bantu agak anak mencapai potensi tinggi maksimal.
- Pastikan Nutrisi Anak Tercukupi
Kekurangan gizi atau malnutrisi pada anak akan berdampak buruk baik pada tinggi atau berat badannya. Hormon pertumbuhan akan berkurang karena kurangnya kalori. Kondisi ini dapat disembuhkan dan ketika gizi anak sudah tepat, tinggi dan berat badan anak akan mencapai angka maksimal sebelum anak masuk masa pubertas.
Agar anak mendapatkan asupan gizi yang maksimal, selalu ikuti panduan Piring Makanku dari Kementerian Kesehatan, dimana 1 piring diisi ½ porsi sayuran, ¼ karbohidrat, dan ¼ protein.
- Memantau Aktivitas Fisik Anak
Banyak yang mengira jika anak rutin berlatih olahraga tertentu seperti, renang atau basket, maka tinggi badannya akan bertambah. Kenyataanya, banyak laporan penelitian yang kontradiksi mengenai efek dari aktivitas fisik terhadap tinggi badan. Olahraga dipercaya akan berpengaruh pada pertumbuhan anak jika dilakukan secara intensif.
- Menaikkan Status Sosial Ekonomi
Mungkin menaikkan status sosial ekonomi ini akan lebih sulit bagi orang tua, dibanding dengan tips-tips sebelumnya. Tapi tetap bisa diusahakan kan, Mam? Penelitian menunjukkan bahwa status sosial dan ekonomi seseorang berpengaruh pada pertumbuhan, termasuk tinggi badan anak. Hal ini karena semakin baik status ekonomi seseorang, maka kualitas gizi dan pendidikan makin baik. Sebuah penelitian di Inggris menunjukkan perbedaan tinggi 3,3 cm pada anak laki-laki usia 7 tahun, dimana anak yang lebih tinggi berasal dari keluarga yang lebih mapan.
Pada akhirnya tinggi badan anak dipengaruhi oleh 3 hal yaitu faktor genetik, pertumbuhan dalam kandungan (prenatal growth), dan pertumbuhan setelah lahir (postnatal growth). Tinggi badan akhir anak ditentukan saat pubertas, dengan kombinasi antara usia dan tingkat pertumbuhan. Namun, anak dapat diberikan stimulasi agar laju pertumbuhannya meningkat dan tinggi anak dapat dimaksimalkan.
Ilustrasi: Pexels/ Karolina Kaboompics
Referensi: healthychildren.org
0 Comments