MYHOMMY.ID – Parents, Kementerian Kesehatan RI telah melaporkan sebanyak 88 kasus monkeypox (Mpox) dalam kurun waktu 2022 hingga 2024. Berdasarkan hasil whole genome sequencing (WGS) pada 53 pasien Mpox, Indonesia hingga kini belum menemukan varian clade Ib yang lebih berbahaya. Varian Ib diketahui lebih mematikan dan telah menyebar ke luar Afrika, termasuk di Pakistan.
“Saat ini, varian clade Ib belum ditemukan di Indonesia. Kami sudah melakukan pemeriksaan WGS, dan dari 54 kasus yang dikonfirmasi, semuanya masih menunjukkan clade 2B,” ungkap Pelaksana Tugas Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kemenkes, dr. Yudhi Pramono, MARS, dalam sebuah konferensi pers.
Pada kesempatan yang sama, dr. Robert Sinto, SpPD, K-PTI, seorang spesialis penyakit dalam dan konsultan penyakit infeksi dari RSCM, menjelaskan bahwa ada tiga clade besar dari virus Mpox, yaitu clade I, clade IIa, dan clade IIb. Dari ketiga clade ini, clade Ib yang dianggap paling berbahaya karena memiliki tingkat kematian yang lebih tinggi.
Lalu, bagaimana perbedaan gejala antara clade Ib dan IIb?
“Pada 2022, gejala yang terlihat bukan lagi seperti gejala khas Mpox yang telah diketahui dalam kurun waktu puluhan tahun. Ada perbedaan antara gejala awal dengan gejala yang muncul pertama kali pada kulit,” jelas dr. Robert.
Perbedaan Gejala Mpox Clade Ib dan IIb
Clade Ib
Gejala Mpox yang disebabkan oleh clade Ib biasanya muncul secara sistematis. Gejalanya dimulai dengan demam, tanpa adanya ruam kulit. Baru setelah 2-3 hari kemudian, muncul ruam kulit pertama. “Jika clade Ib, perubahan pada kulit sangat sistematis dan teratur dalam waktu yang cukup lama,” lanjut dr. Robert.
Gejala kulit yang pertama kali muncul adalah kemerahan, diikuti dengan bintil-bintil yang berisi cairan. Kemudian, muncul cekungan pada bintil tersebut yang berkembang secara progresif dalam hitungan hari atau minggu.
“Pada satu tahapan, seluruh ruam yang muncul pada kulit akan memunculkan tampilan yang seragam. Jika yang terlihat adalah kemerahan, maka seluruh kulit akan tampak merah, dan jika muncul bintil, maka semua bagian yang terkena akan berbintil,” paparnya.
Selain itu, terdapat juga perbedaan dalam perubahan lesi. Ruam pada clade Ib umumnya menyebar ke lebih banyak area kulit, mulai dari wajah, tubuh, lengan, hingga menutupi seluruh kulit.
Clade IIb
dr. Robert menjelaskan bahwa sebagian besar pasien dengan clade IIb, seperti yang terdeteksi di Indonesia, tidak mengalami demam. Gejala yang muncul hanya berupa ruam, kemerahan pada kulit, dan bintil-bintil. “Gejala ini agak menyimpang dari gejala klasik Mpox yang dimiliki oleh clade Ib,” jelas dr. Robert.
Selain demam, jenis ruam atau bintil yang muncul pada clade IIb lebih bervariasi, dengan bintil-bintil yang berisi cairan hingga cekungan. Pada clade IIb, gejala yang muncul hanya berupa beberapa bintil di bagian tubuh tertentu, seperti tangan, mulut, atau area kemaluan.
“Pada clade IIb, bintil yang tampak bisa Cuma beberapa dan tidak meluas ke semua kulit. Itulah gambaran klinis dari clade IIb,” jelasnya.
Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, terjadi peningkatan kasus Mpox paling signifikan antara Oktober hingga November 2023. Penularan Mpox tidak hanya melalui kontak seksual, tetapi juga dapat terjadi melalui berbagai jenis kontak erat, termasuk kontak dengan ruam kulit pasien.
Hingga kini, Indonesia masih dinyatakan bebas dari varian Mpox yang lebih fatal. Dari 88 kasus yang dikonfirmasi sejak 2022 hingga saat ini, hampir semuanya dinyatakan sembuh. Berikut adalah wilayah-wilayah dengan temuan kasus Mpox terbanyak:
- Kepulauan Riau: 1 kasus
- DKI Jakarta: 59 kasus
- Banten: 9 kasus
- Jawa Barat: 13 kasus
- Daerah Istimewa Yogyakarta: 3 kasus
- Jawa Timur: 3 kasus
Ilustrasi: Pexels/RF Studio
0 Comments