MYHOMMY.ID – Parents, selfie, atau swafoto, telah menjadi bagian dari gaya hidup modern, terutama di kalangan anak-anak dan remaja. Mereka dengan mudah menggunakan ponsel pintar untuk mengambil gambar diri sendiri dan membagikannya di media sosial.
Meskipun selfie pada dasarnya adalah bentuk ekspresi diri yang normal, kebiasaan ini bisa menimbulkan beberapa masalah jika tidak diawasi dengan bijak oleh orangtua. Nah, kali ini kita akan membahas apa saja yang perlu diwaspadai jika anak terlalu sering melakukan selfie, serta panduan penting bagi orangtua untuk mengelola kebiasaan ini secara sehat dan bertanggung jawab.
Mengapa Anak Suka Selfie?
Selfie memberikan anak kesempatan untuk berekspresi, membangun citra diri, dan bahkan berinteraksi dengan teman-temannya di media sosial. Beberapa alasan umum mengapa anak-anak suka selfie antara lain:
- Keinginan untuk Eksistensi Diri: Banyak anak menggunakan selfie sebagai cara untuk mendapatkan pengakuan dari lingkungan sosial mereka. Dengan like, komentar, atau share di media sosial, anak-anak merasa lebih diterima dan populer.
- Mengeksplorasi Identitas: Masa anak-anak dan remaja adalah periode eksplorasi identitas. Mereka ingin mencoba berbagai gaya dan melihat bagaimana mereka “tampil” di dunia maya. Selfie membantu mereka bereksperimen dengan penampilan, gaya, dan citra diri.
- Teknologi yang Mudah Diakses: Dengan kemajuan teknologi, hampir setiap anak memiliki akses ke kamera ponsel. Hal ini membuat selfie sangat mudah dilakukan kapan saja dan di mana saja.
Namun, meskipun tampak tidak berbahaya, ada sejumlah hal yang harus diperhatikan terkait kebiasaan anak dalam berswafoto.
Risiko Selfie Berlebihan pada Anak
- Citra Diri dan Harga Diri yang Terganggu
Anak-anak yang terlalu sering selfie dan membagikannya di media sosial bisa menjadi terlalu bergantung pada feedback dari orang lain, seperti jumlah like dan komentar positif. Ketika mereka tidak mendapatkan cukup perhatian, hal ini bisa menurunkan rasa percaya diri dan harga diri mereka. Dalam jangka panjang, hal ini bisa berdampak pada kesehatan mental anak.
- Perbandingan Sosial yang Tidak Sehat
Melalui media sosial, anak-anak sering kali membandingkan diri mereka dengan orang lain, baik dalam hal penampilan maupun gaya hidup. Selfie yang diunggah oleh teman atau influencer mungkin tampak sempurna, namun kenyataannya sering kali gambar tersebut telah melalui berbagai filter dan editan. Anak-anak bisa merasa kurang percaya diri atau bahkan depresi jika mereka merasa tidak dapat memenuhi standar kecantikan yang ideal di media sosial.
- Privasi dan Keamanan Online
Mengunggah selfie di internet dapat membuka risiko keamanan. Anak-anak mungkin tidak memahami sepenuhnya risiko berbagi terlalu banyak informasi pribadi, seperti lokasi atau keadaan rumah. Selain itu, selfie yang diunggah di media sosial bisa disalahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab, seperti pelaku cyberbullying atau bahkan predator online.
- Fokus pada Penampilan Fisik
Terlalu sering selfie bisa membuat anak-anak menjadi terlalu fokus pada penampilan fisik. Mereka mungkin terlalu memikirkan bagaimana mereka terlihat di setiap foto, yang bisa mengarah pada perilaku tidak sehat, seperti gangguan makan atau obsesi pada penampilan. Hal ini juga bisa memicu perasaan tidak aman mengenai penampilan fisik mereka, terutama jika mereka merasa tidak bisa mencapai standar “kecantikan” yang ideal di media sosial.
- Ketergantungan pada Media Sosial
Anak yang terlalu sering selfie dan membagikannya di media sosial dapat menjadi kecanduan untuk mendapatkan perhatian. Mereka mungkin terus-menerus memeriksa ponsel mereka untuk melihat berapa banyak like atau komentar yang mereka terima. Ketergantungan ini bisa memengaruhi waktu belajar, kegiatan fisik, dan interaksi langsung dengan keluarga atau teman.
Tips untuk Orangtua dalam Mengelola Kebiasaan Selfie Anak
Sebagai orangtua, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk memastikan kebiasaan anak dalam berselfie tetap sehat dan tidak berlebihan.
- Beri Pemahaman tentang Citra Diri yang Sehat
Ajak anak berdiskusi tentang citra diri yang sehat. Jelaskan bahwa penampilan di media sosial sering kali tidak mencerminkan kenyataan, dan penting bagi mereka untuk menerima dan mencintai diri mereka sendiri sebagaimana adanya, tanpa harus bergantung pada validasi eksternal. Membantu anak memahami bahwa setiap orang unik dan berharga akan memperkuat rasa percaya diri mereka.
- Batasi Waktu Penggunaan Media Sosial
Batasi penggunaan ponsel dan media sosial untuk mengurangi kebiasaan selfie yang berlebihan. Tetapkan waktu-waktu tertentu di mana anak harus bebas dari ponsel, misalnya saat makan bersama keluarga atau menjelang tidur. Orangtua juga bisa mempertimbangkan untuk menggunakan aplikasi parental control untuk membatasi akses anak ke media sosial.
- Diskusikan Tentang Keamanan Online
Penting bagi anak-anak untuk memahami risiko privasi dan keamanan ketika mereka mengunggah foto ke internet. Ajarkan anak untuk tidak mengungkapkan informasi pribadi seperti alamat, lokasi, atau aktivitas sehari-hari dalam postingan mereka. Berikan juga pemahaman tentang bahaya predator online dan cyberbullying.
- Dorong Kegiatan Non-Digital
Agar anak tidak terlalu bergantung pada selfie dan media sosial, dorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan yang lebih produktif di dunia nyata. Ini bisa berupa kegiatan olahraga, seni, atau hobi yang membuat mereka merasa bahagia tanpa perlu validasi dari media sosial.
- Jadilah Contoh yang Baik
Anak-anak cenderung meniru perilaku orangtua. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk menunjukkan penggunaan teknologi yang bijaksana. Hindari terlalu sering mengambil selfie atau terlalu fokus pada penampilan fisik di depan anak. Sebaliknya, tunjukkan bahwa kebahagiaan dan kepercayaan diri berasal dari kualitas diri yang lebih dalam daripada sekadar penampilan luar.
Selfie dapat menjadi cara yang menyenangkan bagi anak-anak untuk mengekspresikan diri, namun jika tidak diawasi dengan baik, kebiasaan ini dapat membawa dampak negatif bagi citra diri, kesehatan mental, dan keamanan online.
Orangtua memiliki peran penting dalam membantu anak-anak mengelola kebiasaan selfie mereka secara sehat. Dengan memberikan pemahaman yang tepat, membatasi penggunaan media sosial, dan mendorong kegiatan yang lebih produktif, orangtua dapat membantu anak membangun rasa percaya diri yang kuat dan sehat, tanpa bergantung pada validasi dari selfie atau media sosial.
Ilustrasi: Pexels/RDNE stock project
Referensi:
- Psychology Today. (2020). “The Psychology of Selfies.”
- Common Sense Media. (2021). “How Social Media Affects Teenagers.”
- American Academy of Pediatrics. (2022). “Media and Children’s Mental Health.”
0 Comments