Kekerasan Emosional pada Anak, Ini Dampak dan Cara Mencegahnya

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents, kekerasan emosional atau psikis adalah salah satu bentuk kekerasan yang sering kali kurang terlihat dibandingkan dengan kekerasan fisik. Meski tidak menimbulkan luka secara fisik, kekerasan emosional bisa meninggalkan bekas yang dalam pada perkembangan anak, baik secara psikologis, emosional, maupun sosial.

Apa dampak kekerasan emosional pada anak, mengapa hal ini berbahaya, serta bagaimana langkah-langkah pencegahan dan penanganan yang dapat diambil oleh orang tua? Yuk simak uraiannya.

Apa Itu Kekerasan Emosional pada Anak?

Kekerasan emosional pada anak terjadi ketika orang tua, pengasuh, atau individu lain yang berperan penting dalam hidup anak berulang kali memberikan perlakuan yang merendahkan, mengabaikan, atau meremehkan kebutuhan emosional dan psikologis anak. Contoh dari kekerasan emosional meliputi:

  • Menghina atau Merendahkan: Memanggil anak dengan julukan yang kasar, merendahkan kemampuan mereka, atau membuat mereka merasa tidak berharga.
  • Mengabaikan Secara Emosional: Tidak memberikan perhatian, cinta, atau dukungan yang dibutuhkan anak.
  • Mengancam atau Menakut-nakuti: Menggunakan ancaman verbal atau intimidasi untuk mengendalikan perilaku anak.
  • Manipulasi Emosional: Membuat anak merasa bersalah atau bertanggung jawab atas perasaan negatif orang tua atau pengasuh.

Kekerasan emosional bisa terjadi dalam berbagai bentuk, dan meskipun dampaknya tidak selalu terlihat langsung, efeknya bisa berlangsung dalam jangka waktu yang lama.

Dampak Kekerasan Emosional pada Perkembangan Anak

Kekerasan emosional memiliki dampak yang signifikan pada berbagai aspek kehidupan anak. Berikut adalah beberapa dampak utamanya:

1. Gangguan Kesehatan Mental

Anak yang mengalami kekerasan emosional berisiko tinggi mengalami masalah kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, dan gangguan stres pasca-trauma (PTSD). Rasa tidak aman yang terus-menerus, rasa rendah diri, dan ketakutan akan penolakan dari orang tua atau pengasuh dapat memicu perasaan depresi dan cemas.

Menurut studi yang diterbitkan di jurnal Child Abuse & Neglect, anak yang mengalami kekerasan emosional cenderung lebih rentan terhadap masalah kesehatan mental di masa dewasa, termasuk kesulitan mengatasi stres, perasaan cemas yang berlebihan, dan depresi yang berkepanjangan .

2. Rendahnya Harga Diri

Anak yang sering dilecehkan secara emosional dapat mengembangkan citra diri yang buruk. Mereka mungkin mulai percaya bahwa mereka tidak berharga, tidak dicintai, atau tidak pantas mendapatkan perhatian dan kasih sayang. Ini dapat mengakibatkan rendahnya harga diri, yang akan memengaruhi cara mereka berinteraksi dengan orang lain di masa depan.

Sebuah penelitian dari National Institute for Health menunjukkan bahwa anak-anak yang tumbuh dengan harga diri rendah cenderung mengalami kesulitan dalam mencapai tujuan hidup, membangun hubungan yang sehat, serta memiliki risiko tinggi untuk mengembangkan gangguan mental seperti depresi dan kecemasan .

3. Masalah Perilaku dan Sosial

Kekerasan emosional dapat mengakibatkan perilaku agresif, isolasi sosial, atau masalah dalam berinteraksi dengan teman sebaya. Anak yang mengalami kekerasan emosional mungkin akan merasa sulit untuk mempercayai orang lain atau mengembangkan hubungan yang sehat. Mereka bisa menjadi sangat tertutup atau, di sisi lain, menunjukkan perilaku agresif sebagai respons terhadap perlakuan yang mereka terima.

Studi menunjukkan bahwa anak yang mengalami kekerasan emosional berisiko tinggi terlibat dalam perilaku negatif, seperti perundungan (bullying), kenakalan, atau bahkan kekerasan fisik, sebagai akibat dari kemarahan dan frustrasi yang tidak diatasi dengan baik .

4. Dampak pada Prestasi Akademik

Kekerasan emosional juga berdampak pada kemampuan anak untuk fokus di sekolah dan mencapai prestasi akademik yang optimal. Anak yang terus-menerus merasa cemas, takut, atau tertekan mungkin akan kesulitan berkonsentrasi pada pelajaran. Mereka juga cenderung memiliki motivasi yang rendah untuk belajar atau merasa bahwa mereka tidak mampu meraih prestasi yang baik.

Anak yang berada di bawah tekanan emosional sering kali mengalami kesulitan dalam memproses informasi atau menyelesaikan tugas sekolah, yang berdampak pada penurunan nilai akademik dan kepercayaan diri dalam belajar .

5. Dampak Jangka Panjang pada Hubungan Dewasa

Kekerasan emosional yang dialami di masa kanak-kanak dapat memengaruhi cara seseorang menjalin hubungan di masa dewasa. Anak-anak yang tumbuh dengan kekerasan emosional mungkin memiliki masalah dalam membangun hubungan yang sehat dan saling mendukung. Mereka bisa menjadi terlalu bergantung pada pasangan mereka, atau, sebaliknya, merasa sulit untuk membuka diri dan mempercayai orang lain.

Masalah kepercayaan ini sering kali berlanjut hingga dewasa, memengaruhi hubungan pertemanan, percintaan, bahkan hubungan profesional di tempat kerja .

Bagaimana Mencegah Kekerasan Emosional pada Anak

Mencegah kekerasan emosional pada anak membutuhkan kesadaran dan perhatian dari orang tua, pengasuh, serta masyarakat. Berikut adalah beberapa langkah pencegahan yang bisa diambil:

1. Meningkatkan Kesadaran Orang Tua

Pendidikan mengenai pentingnya dukungan emosional bagi anak harus menjadi bagian dari program pendidikan orang tua. Orang tua perlu memahami bahwa kekerasan emosional, meskipun tidak terlihat, bisa merusak perkembangan psikologis anak. Workshop, seminar, dan konseling keluarga bisa menjadi cara efektif untuk meningkatkan pemahaman tentang pengasuhan yang positif.

2. Membangun Komunikasi yang Terbuka

Orang tua harus menciptakan lingkungan di mana anak merasa aman untuk berbicara tentang perasaan dan pengalaman mereka. Komunikasi yang terbuka antara orang tua dan anak memungkinkan anak untuk merasa didengar dan dipahami, serta meminimalkan risiko kekerasan emosional terjadi.

3. Mengajarkan Regulasi Emosi

Anak perlu belajar bagaimana mengelola emosi mereka sendiri, serta bagaimana berinteraksi dengan orang lain secara sehat. Orang tua dan guru dapat memberikan bimbingan tentang cara mengungkapkan perasaan dengan cara yang konstruktif, tanpa menimbulkan kerugian bagi diri sendiri atau orang lain.

4. Intervensi Dini

Jika tanda-tanda kekerasan emosional terdeteksi, intervensi dini sangat penting untuk mencegah dampak jangka panjang. Konselor sekolah, psikolog, atau terapis keluarga bisa membantu anak memproses pengalaman mereka dan mengembangkan keterampilan koping yang sehat.

Kekerasan emosional pada anak dapat meninggalkan luka yang mendalam pada perkembangan psikologis, sosial, dan emosional mereka. Dampaknya bisa berlanjut hingga masa dewasa, memengaruhi hubungan pribadi, kesehatan mental, dan kualitas hidup mereka. Untuk mencegah hal ini, orang tua dan pengasuh perlu meningkatkan kesadaran tentang pentingnya dukungan emosional, membangun komunikasi yang baik dengan anak, serta memberikan pendidikan tentang regulasi emosi. Dengan langkah-langkah ini, kita bisa memastikan anak tumbuh dalam lingkungan yang sehat dan penuh kasih sayang.

Ilustrasi: Pexels/Juan Pablo

Referensi:

  1. Child Abuse & Neglect Journal. “Impact of Emotional Abuse on Children’s Mental Health.”
  2. National Institute for Health. “Emotional Maltreatment and Its Consequences.”
  3. American Psychological Association. “Emotional Abuse: Understanding the Impact on Children.”
  4. Psychology Today. “Long-term Effects of Childhood Emotional Abuse.”
  5. UNICEF. “How Emotional Abuse Affects a Child’s Development.”

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *