7 Tanda Anak Perfeksionis dan Cara Menghadapinya

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Setiap orang tua pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya. Namun, ada kalanya sifat atau perilaku anak yang terlalu mengutamakan kesempurnaan dapat menjadi tantangan tersendiri. Anak yang memiliki sifat perfeksionis bisa terlihat sangat terorganisir, cerdas, dan berusaha keras mencapai tujuannya, tetapi sifat ini juga dapat menimbulkan stres dan kecemasan yang berlebihan.

Lalu, seperti apa tanda-tanda anak perfeksionis, serta cara yang tepat untuk menghadapinya agar anak tetap bisa berkembang dengan sehat tanpa merasa tertekan? Yuk simak uraiannya.

Tanda-Tanda Anak Perfeksionis

Perfeksionisme adalah sikap atau pola pikir di mana seseorang berusaha untuk melakukan sesuatu dengan cara yang sempurna, tanpa toleransi terhadap kesalahan. Bagi anak-anak, tanda-tanda perfeksionisme sering kali muncul sejak usia dini. Berikut adalah beberapa tanda umum anak yang memiliki kecenderungan perfeksionis:

1. Memiliki Standar yang Sangat Tinggi untuk Diri Sendiri

Anak perfeksionis biasanya menetapkan ekspektasi yang sangat tinggi untuk dirinya sendiri. Mereka menginginkan hasil yang sempurna dalam segala hal, mulai dari pekerjaan rumah, kegiatan ekstrakurikuler, hingga hubungan sosial. Jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan, mereka bisa merasa sangat kecewa dan marah pada diri sendiri.

2. Takut Gagal atau Membuat Kesalahan

Anak perfeksionis sering kali sangat takut gagal atau membuat kesalahan. Mereka mungkin menghindari tantangan baru atau situasi di mana mereka bisa gagal karena khawatir tidak bisa mencapai hasil yang sempurna. Ini bisa membuat mereka cemas, stres, dan bahkan menghindari kegiatan yang menurut mereka terlalu sulit atau berisiko gagal.

3. Sangat Kritis Terhadap Diri Sendiri

Anak dengan sifat perfeksionis cenderung sangat kritis terhadap diri sendiri. Mereka bisa merasa sangat buruk jika tidak mencapai hasil yang maksimal dan sering menganggap diri mereka gagal meskipun sebenarnya hasil yang dicapai sudah sangat baik. Mereka lebih fokus pada kekurangan daripada prestasi yang telah dicapai.

4. Kesulitan Menerima Kritik atau Masukan

Anak perfeksionis mungkin kesulitan menerima kritik atau masukan dari orang lain. Bagi mereka, setiap kritik dianggap sebagai penilaian negatif terhadap kemampuannya. Akibatnya, mereka bisa merasa tertekan atau bahkan marah jika ada yang mengoreksi pekerjaan atau perilaku mereka.

5. Perfeksionisme dalam Aspek Sosial

Tidak hanya dalam hal akademik atau pekerjaan, anak perfeksionis juga bisa menunjukkan perfeksionisme dalam aspek sosial. Mereka bisa merasa cemas jika hubungan dengan teman-teman atau anggota keluarga tidak berjalan dengan sempurna. Mereka bisa merasa terisolasi atau kesulitan untuk beradaptasi dengan perbedaan dan ketidaksempurnaan yang ada dalam hubungan sosial.

6. Cemas dan Stres Berlebihan

Karena berusaha untuk mencapai standar yang sangat tinggi, anak perfeksionis sering kali mengalami kecemasan dan stres yang berlebihan. Mereka mungkin merasa tertekan untuk selalu berprestasi tinggi dan takut akan kegagalan. Kecemasan ini bisa memengaruhi kesejahteraan mental dan fisik mereka, bahkan hingga menyebabkan masalah tidur atau gangguan fisik lainnya.

7. Sulit Mendelegasikan Tugas

Anak yang perfeksionis mungkin merasa bahwa mereka satu-satunya orang yang bisa melakukan sesuatu dengan benar. Karena itu, mereka enggan meminta bantuan atau mendelegasikan tugas kepada orang lain. Mereka akan berusaha menyelesaikan segalanya sendiri meskipun itu mempengaruhi kualitas hidup dan waktu luang mereka.

Dampak Perfeksionisme pada Anak

Perfeksionisme yang tidak ditangani dengan baik bisa berdampak negatif pada kesehatan mental dan emosional anak. Beberapa dampak yang mungkin terjadi antara lain:

  • Kecemasan dan Depresi. Tekanan untuk selalu sempurna dapat menyebabkan kecemasan yang berlebihan. Anak-anak yang merasa tidak mampu memenuhi standar tinggi yang mereka tetapkan dapat mengembangkan perasaan depresi atau merasa putus asa.
  • Menurunnya Rasa Percaya Diri. Perfeksionisme sering kali dikaitkan dengan rasa percaya diri yang rendah. Anak yang merasa bahwa dirinya tidak cukup baik jika tidak sempurna, bisa mengalami penurunan rasa percaya diri.
  • Kesulitan dalam Beradaptasi. Anak perfeksionis mungkin kesulitan beradaptasi dengan perubahan dan ketidaksempurnaan yang ada di sekitar mereka. Mereka mungkin merasa tertekan atau cemas ketika sesuatu tidak berjalan sesuai rencana.

Cara Menghadapi Anak Perfeksionis

Sebagai orang tua, kita perlu mendukung anak perfeksionis dengan cara yang sehat agar mereka bisa mengatasi kecenderungan tersebut. Berikut adalah beberapa cara yang bisa dilakukan:

1. Ajarkan Anak untuk Menerima Ketidaksempurnaan

Salah satu langkah pertama adalah mengajarkan anak untuk menerima bahwa tidak ada yang sempurna. Setiap orang membuat kesalahan, dan itu adalah bagian dari proses belajar. Alih-alih berfokus pada kesalahan, ajarkan anak untuk melihat kesalahan sebagai kesempatan untuk berkembang. Anda bisa berbicara tentang kegagalan sebagai langkah menuju keberhasilan, bukan sebagai sesuatu yang harus dihindari.

2. Berikan Pujian yang Seimbang

Pujian yang berlebihan atau hanya berfokus pada hasil dapat memperburuk sifat perfeksionis anak. Sebaliknya, berikan pujian yang seimbang dan lebih menekankan pada usaha atau proses yang dilalui. Pujian seperti “Aku bangga kamu sudah berusaha keras” atau “Kerja bagus, kamu belajar banyak dari proses ini” bisa membantu anak merasa dihargai tanpa harus terfokus pada hasil akhir.

3. Ciptakan Lingkungan yang Mendukung

Lingkungan yang mendukung dapat membantu anak merasa lebih nyaman untuk mencoba hal-hal baru tanpa takut gagal. Ciptakan suasana rumah yang terbuka, di mana anak bisa merasa aman untuk mengekspresikan perasaan dan ketakutannya. Ini akan membantu mereka mengatasi kecemasan dan menemukan cara untuk menghadapi ketidaksempurnaan.

4. Ajarkan Teknik Relaksasi dan Pengelolaan Stres

Stres adalah bagian dari kehidupan, dan penting untuk mengajarkan anak teknik pengelolaan stres yang sehat. Ajarkan mereka cara bernapas dalam-dalam, meditasi ringan, atau aktivitas fisik untuk meredakan kecemasan. Ini akan membantu anak mengelola tekanan yang mereka rasakan akibat perfeksionisme.

5. Berikan Model yang Baik

Anak-anak sering kali meniru perilaku orang tua mereka. Jika orang tua menunjukkan sikap fleksibel terhadap kesalahan dan kegagalan, anak akan lebih mudah menerima ketidaksempurnaan. Cobalah untuk menjadi contoh yang baik dengan mengakui kesalahan Anda sendiri dan menunjukkan bagaimana Anda belajar darinya.

6. Fokus pada Proses, Bukan Hanya Hasil

Anak perfeksionis sering kali hanya fokus pada hasil akhir. Bantu anak untuk menghargai proses dan perjalanan yang mereka lalui. Ajak anak untuk merayakan pencapaian kecil dalam perjalanan mereka, bukan hanya hasil akhir yang sempurna.

7. Konsultasi dengan Profesional

Jika kecenderungan perfeksionis anak menyebabkan stres yang berlebihan atau gangguan emosional lainnya, penting untuk berkonsultasi dengan seorang psikolog atau konselor. Terapis dapat membantu anak mengatasi kecemasan dan memberikan orang tua strategi yang lebih efektif dalam mendukung perkembangan anak.

Perfeksionisme pada anak bukanlah masalah yang tidak bisa diatasi. Dengan pendekatan yang tepat, orang tua dapat membantu anak mengelola sifat perfeksionis mereka dengan cara yang sehat. Kunci utamanya adalah menciptakan lingkungan yang mendukung, mengajarkan penerimaan terhadap ketidaksempurnaan, serta memberikan pujian dan penghargaan atas usaha yang dilakukan. Melalui pendekatan ini, anak dapat belajar untuk tumbuh menjadi individu yang lebih seimbang dan resilien, mampu menghadapi tantangan hidup tanpa tekanan yang berlebihan.

‘Ilustrasi: Pexels/mc cutcheon

Referensi

  • Shafran, R., & Mansell, W. (2001). “Perfectionism and psychopathology: A review of research and treatment.” Journal of Cognitive Psychotherapy.
  • Hewitt, P. L., & Flett, G. L. (2004). “Perfectionism and depression: A review of theoretical models and research findings.” In S. F. Shifren (Ed.), Perfectionism: Theory, research, and treatment. American Psychological Association.
  • Frost, R. O., Marten, P. A., Lahart, C. M., & Rosenblate, R. (1990). “The dimensions of perfectionism.” Cognitive Therapy and Research, 14(5), 449–468.

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *