Perlukah Reward dan Punishment Diterapkan dalam Pola Asuh?

Facebook
Twitter
LinkedIn
WhatsApp

MYHOMMY.ID – Parents, pola asuh anak menjadi aspek yang sangat penting dalam membentuk karakter, sikap, dan perilaku mereka di masa depan. Salah satu pertanyaan yang sering muncul dalam diskusi seputar pola asuh anak adalah mengenai penggunaan reward (hadiah) dan punishment (hukuman).

Kedua konsep ini sering dianggap sebagai bagian dari strategi yang efektif untuk mendisiplinkan dan membimbing anak. Namun, apakah penerapan reward dan punishment dalam pola asuh benar-benar diperlukan? Apa dampaknya bagi perkembangan psikologis anak? Yuk kita coba mengeksplorasi berbagai sudut pandang mengenai penerapan reward dan punishment dalam pola asuh anak.

Apa Itu Reward dan Punishment dalam Pola Asuh?

Reward merujuk pada pemberian sesuatu yang menyenangkan atau menguntungkan sebagai bentuk pengakuan atau imbalan atas perilaku yang baik atau tindakan yang diinginkan. Reward ini bisa berupa pujian, hadiah, atau hak istimewa lainnya.

Sementara itu, punishment adalah hukuman atau konsekuensi negatif yang diterapkan sebagai respons terhadap perilaku yang tidak diinginkan atau kesalahan yang dilakukan anak. Hukuman ini bisa berupa larangan, pengurangan hak istimewa, atau bahkan sanksi fisik (meskipun ini sangat kontroversial).

Perlukah Reward dan Punishment dalam Pola Asuh Anak?

Peran Reward dalam Pola Asuh Anak

Reward dapat memainkan peran yang sangat penting dalam mengembangkan perilaku positif pada anak. Menurut teori behaviorisme yang dikemukakan oleh B.F. Skinner, pemberian hadiah (reward) dapat memperkuat perilaku positif dan meningkatkan kemungkinan perilaku tersebut diulang. Konsep ini dikenal dengan nama reinforcement (penguatan).

  • Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik. Pemberian reward dapat memotivasi anak untuk melakukan tindakan tertentu. Reward bisa bersifat ekstrinsik (hadiah fisik atau pujian) yang dapat meningkatkan motivasi untuk melakukan perilaku yang diinginkan. Namun, penting untuk diingat bahwa reward juga dapat meningkatkan motivasi intrinsik (keinginan anak untuk melakukan sesuatu karena mereka menikmati atau merasa bangga dengan hasilnya).
  • Memperkuat Perilaku Positif. Reward dapat memperkuat perilaku yang positif dan membimbing anak untuk memahami apa yang diharapkan dari mereka. Misalnya, anak yang terbiasa diberi pujian atau penghargaan ketika menyelesaikan tugas rumah atau membantu orang tua akan merasa dihargai dan cenderung melakukan perilaku tersebut lagi.
  • Pengembangan Rasa Percaya Diri. Pemberian reward yang tepat dapat meningkatkan rasa percaya diri anak. Anak yang sering mendapatkan apresiasi karena perilaku positif mereka akan merasa dihargai, yang pada gilirannya dapat meningkatkan rasa harga diri mereka.

Peran Punishment dalam Pola Asuh Anak

Di sisi lain, punishment atau hukuman sering digunakan untuk menanggapi perilaku yang tidak diinginkan atau melanggar aturan. Meskipun banyak orang tua yang menggunakan hukuman sebagai cara untuk mendisiplinkan anak, penerapannya harus dilakukan dengan hati-hati dan bijak.

  • Memberikan Konsekuensi terhadap Perilaku Negatif. Hukuman memberikan pesan yang jelas bahwa perilaku tertentu tidak dapat diterima. Misalnya, anak yang berbohong atau mencuri mungkin perlu diberi konsekuensi berupa pengurangan hak istimewa atau larangan melakukan kegiatan yang disukai. Hukuman ini membantu anak belajar tentang akibat dari tindakan mereka.
  • Membantu Mengajarkan Tanggung Jawab. Ketika anak tahu bahwa ada konsekuensi untuk perilaku buruk, mereka mungkin lebih cenderung untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka di masa depan. Dalam hal ini, hukuman dapat menjadi alat pembelajaran yang efektif jika diterapkan dengan cara yang tepat.
  • Penghindaran dari Perilaku yang Merugikan. Punishment dapat membantu anak memahami bahwa tindakan tertentu dapat menyebabkan kerugian atau penderitaan. Misalnya, ketika anak tidak mendengarkan orang tua, mereka bisa mendapatkan hukuman berupa pengurangan waktu bermain atau tidak mendapatkan hadiah yang sudah dijanjikan.

Kelebihan dan Kekurangan Penerapan Reward dan Punishment

Sebagai orang tua atau pendidik, kita perlu memahami kapan dan bagaimana menerapkan reward dan punishment dalam pola asuh. Keduanya memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu diperhatikan:

Kelebihan Reward:

  • Memotivasi anak untuk berperilaku baik.
  • Meningkatkan rasa percaya diri dan kebanggaan pada diri anak.
  • Menciptakan lingkungan yang positif di rumah atau sekolah.
  • Membantu membentuk kebiasaan positif secara konsisten.

Kekurangan Reward:

  • Anak dapat terlalu bergantung pada hadiah dan pujian eksternal, yang dapat mengurangi motivasi intrinsik mereka.
  • Dapat mengarah pada perilaku yang hanya dimotivasi oleh hadiah dan bukan oleh nilai moral yang mendalam.
  • Penggunaan reward yang berlebihan dapat menyebabkan kecenderungan untuk mencari pengakuan tanpa usaha yang maksimal.

Kelebihan Punishment:

  • Membantu anak memahami konsekuensi dari tindakan buruk atau pelanggaran aturan.
  • Dapat mengurangi perilaku yang tidak diinginkan dalam waktu singkat.
  • Mendidik anak untuk bertanggung jawab atas tindakan mereka.

Kekurangan Punishment:

  • Hukuman yang berlebihan atau keras dapat menyebabkan stres dan kecemasan pada anak.
  • Dapat merusak hubungan antara orang tua dan anak, karena anak merasa dihukum dan tidak dipahami.
  • Hukuman fisik atau kekerasan dapat menimbulkan trauma psikologis yang jangka panjang.
  • Jika tidak dilakukan dengan bijak, hukuman dapat memicu perilaku rebel atau pemberontakan.

Pendekatan yang Seimbang: Reward dan Punishment yang Sehat

Penting untuk diingat bahwa tidak ada satu pendekatan yang universal untuk semua anak. Setiap anak memiliki karakteristik dan kebutuhan yang berbeda, sehingga cara orang tua atau pendidik mengaplikasikan reward dan punishment juga harus disesuaikan. Berikut adalah beberapa tips untuk menerapkan reward dan punishment dengan bijak:

  • Kombinasikan Reward dengan Penghargaan Non-Material.Cobalah memberikan penghargaan yang tidak hanya bersifat material, seperti hadiah atau uang, tetapi juga berupa pujian, pelukan, atau waktu berkualitas bersama anak.
  • Gunakan Punishment dengan Bijak. Hukuman harus diberikan dengan tujuan mendidik, bukan untuk melampiaskan kemarahan. Hukuman yang bijak adalah hukuman yang memberi kesempatan bagi anak untuk memperbaiki kesalahannya dan belajar dari konsekuensinya.
  • Jaga Konsistensi. Baik reward maupun punishment harus diterapkan secara konsisten. Jika anak mendapatkan reward atau punishment atas perilaku tertentu, mereka harus tahu bahwa konsekuensinya tetap sama setiap kali mereka berperilaku serupa.
  • Fokus pada Pembelajaran. Setiap tindakan, baik itu reward atau punishment, harus berfokus pada pembelajaran bagi anak, bukan sekadar hukuman atau hadiah.

Secara keseluruhan, baik reward maupun punishment dapat menjadi bagian penting dalam pola asuh anak, tetapi keduanya harus diterapkan dengan bijaksana. Reward bisa memperkuat perilaku positif dan memberikan motivasi bagi anak untuk berperilaku baik, sementara punishment berfungsi untuk memberikan konsekuensi atas perilaku buruk. Namun, yang terpenting adalah pendekatan yang seimbang dan tidak berlebihan dalam menggunakan kedua hal ini. Menggunakan reward dan punishment dengan cara yang tepat dan penuh kasih sayang akan membantu anak belajar, tumbuh, dan berkembang menjadi individu yang baik dan bertanggung jawab.

Ilutrasi: Pexels/olly

Referensi:

  1. Skinner, B.F. (1953). Science and Human Behavior. New York: Free Press.
  2. Santrock, J.W. (2014). Child Development (14th ed.). New York: McGraw-Hill Education.
  3. Milner, J. (2002). The Use of Reinforcement and Punishment in the Classroom. Journal of Educational Psychology, 94(4), 788-798.
  4. Leman, K. (2009). Have a New Kid by Friday: How to Change Your Child’s Attitude, Behavior & Character in 5 Days. Nashville, TN: Thomas Nelson

0 Comments

Leave a Reply

Avatar placeholder

Your email address will not be published. Required fields are marked *