MYHOMMY.ID – Parents, penampilan seseorang seringkali dianggap sebagai cerminan dari identitas diri, dan dalam konteks anak perempuan, hal ini seringkali berhubungan dengan harapan sosial mengenai bagaimana mereka seharusnya berpenampilan. Namun, dalam beberapa kasus, ada anak perempuan yang memilih untuk tampil dengan penampilan tomboy, yang mungkin mencakup gaya berpakaian yang lebih maskulin, pendekatan yang lebih aktif, atau cara berinteraksi yang lebih “kekelakian”.
Fenomena ini sering memunculkan berbagai reaksi, baik dari lingkungan keluarga, teman, maupun masyarakat luas. Seperti apa fenomena anak perempuan yang berpenampilan tomboy, alasan di balik pilihan ini, serta bagaimana cara menyikapi dan mendukung ia dalam menjalani proses penemuan identitas diri? Yuk simak uraiannya.
Definisi dan Ciri-Ciri Penampilan Tomboy pada Anak Perempuan
Tomboy adalah istilah yang biasanya digunakan untuk menggambarkan perilaku, penampilan, atau minat yang dianggap lebih maskulin daripada feminim, meskipun hal ini tidak terbatas pada penampilan fisik saja. Dalam konteks anak perempuan, penampilan tomboy bisa mencakup beberapa aspek berikut:
- Pakaian. Anak perempuan tomboy biasanya memilih pakaian yang lebih nyaman dan praktis, seperti celana panjang, kaos oblong, jaket, atau sepatu kets, ketimbang pakaian tradisional yang lebih feminin seperti rok atau gaun.
- Penataan Rambut. Gaya rambut yang pendek atau potongan rambut yang lebih maskulin bisa menjadi ciri lain dari penampilan tomboy.
- Aktivitas. Anak perempuan yang tomboy mungkin lebih suka berpartisipasi dalam kegiatan fisik atau olahraga yang dianggap maskulin, seperti sepak bola, basket, atau bersepeda.
- Sikap dan Interaksi. Mereka cenderung memiliki sikap yang lebih aktif, langsung, dan tidak terlalu memperhatikan aturan sosial yang biasanya mengharapkan anak perempuan untuk lebih lembut dan tertutup.
Faktor Penyebab Anak Perempuan Memilih Penampilan Tomboy
Setiap individu memiliki alasan unik di balik cara mereka memilih untuk mengekspresikan diri, dan hal ini juga berlaku pada anak perempuan yang berpenampilan tomboy. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan mereka bisa mencakup:
a. Pengaruh Lingkungan dan Keluarga
Lingkungan keluarga dan peran orang tua sangat penting dalam membentuk pola pikir anak-anak. Jika seorang anak perempuan tumbuh dalam keluarga yang lebih santai dan kurang memberi tekanan pada norma gender, kemungkinan besar ia akan merasa bebas untuk mengekspresikan diri dengan cara apapun yang ia pilih. Misalnya, jika ayah atau kakak laki-lakinya sangat terlibat dalam kegiatan fisik atau olah raga, anak perempuan mungkin merasa tertarik untuk mengikuti jejak mereka.
b. Preferensi Pribadi dan Kenyamanan
Banyak anak perempuan tomboy yang merasa lebih nyaman dalam pakaian yang lebih longgar dan tidak membatasi pergerakan. Pakaian yang lebih maskulin sering kali dianggap lebih praktis untuk kegiatan sehari-hari, terutama bagi anak yang aktif dan suka bermain di luar ruangan.
c. Peran Sosial dan Media
Media massa juga berperan dalam membentuk persepsi tentang bagaimana perempuan seharusnya tampil. Namun, dengan berkembangnya representasi gender yang lebih beragam dalam film, televisi, dan media sosial, semakin banyak anak perempuan yang terinspirasi oleh tokoh-tokoh perempuan yang memiliki ciri khas tomboy. Mereka melihat bahwa menjadi perempuan yang aktif, berani, dan tidak terikat pada norma gender adalah hal yang positif dan dapat diterima.
d. Pencarian Identitas Diri
Pada usia tertentu, anak perempuan mulai memasuki fase pencarian identitas. Proses ini tidak hanya terbatas pada penemuan minat dan bakat, tetapi juga bagaimana mereka ingin dikenali oleh orang lain. Penampilan tomboy bisa menjadi bagian dari ekspresi diri mereka untuk menentang norma gender yang kaku atau menunjukkan bahwa mereka ingin diakui berdasarkan kualitas diri mereka yang lebih luas, bukan hanya penampilan fisik atau gender mereka.
Dampak Sosial dari Penampilan Tomboy pada Anak Perempuan
Meskipun penampilan tomboy adalah hal yang semakin diterima dalam banyak budaya, masih ada tantangan yang dihadapi oleh anak perempuan yang memilih untuk tampil dengan cara ini. Beberapa dampak sosial yang mungkin timbul adalah:
a. Stigma Sosial
Bergantung pada budaya dan lingkungan tempat tinggal, anak perempuan tomboy bisa menghadapi stigma atau penilaian negatif. Mereka mungkin dianggap berbeda atau tidak sesuai dengan ekspektasi tradisional tentang bagaimana seorang perempuan seharusnya bertindak atau berpenampilan. Dalam beberapa kasus, mereka bahkan mungkin diejek atau diperlakukan secara tidak adil karena tampaknya menentang norma sosial yang berlaku.
b. Penerimaan Teman Sebaya
Teman sebaya memiliki pengaruh besar dalam perkembangan sosial anak-anak. Anak perempuan tomboy bisa mengalami kesulitan dalam bersosialisasi dengan teman-teman perempuan lainnya yang lebih mengidentifikasi diri dengan gaya feminin. Sebaliknya, mereka mungkin merasa lebih mudah bergaul dengan anak laki-laki, namun ini bisa menimbulkan kecanggungan atau kebingungannya dalam hal dinamika gender.
c. Konflik Keluarga
Bagi beberapa orang tua, anak perempuan yang tomboy bisa menjadi sumber kebingungan atau ketegangan. Beberapa orang tua mungkin merasa khawatir bahwa anak mereka menentang peran gender tradisional dan merasa perlu untuk “memperbaiki” penampilan mereka. Namun, di sisi lain, ada orang tua yang mendukung dan menghargai pilihan anak mereka dalam mengekspresikan diri.
Menyikapi Anak Perempuan Tomboy dengan Pendekatan yang Mendukung
Sebagai orang tua, pengasuh, atau bagian dari masyarakat, sangat penting untuk mendukung anak perempuan dalam menjalani proses penemuan identitas diri mereka. Beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menyikapi anak perempuan tomboy secara positif adalah:
a. Memberikan Kebebasan dalam Ekspresi Diri
Anak perempuan harus merasa bebas untuk mengeksplorasi berbagai gaya penampilan dan minat tanpa takut dihakimi. Dukung mereka untuk menemukan apa yang membuat mereka nyaman, apakah itu melalui pakaian, aktivitas, atau cara berinteraksi dengan orang lain.
b. Menghindari Stereotip Gender
Sangat penting untuk menghindari menyematkan stereotip gender kepada anak-anak, seperti “Anak perempuan harus suka bermain dengan boneka” atau “Anak laki-laki harus suka bermain sepak bola”. Ciptakan lingkungan yang mendukung kebebasan berkreasi tanpa terikat oleh batasan-batasan gender.
c. Menumbuhkan Rasa Percaya Diri
Anak perempuan tomboy yang merasa diterima dan dihargai akan lebih mudah mengembangkan rasa percaya diri yang sehat. Dukung mereka untuk berani menjadi diri mereka sendiri, tanpa takut menjadi sasaran komentar negatif atau stereotip.
d. Pendidikan Inklusif
Ajarkan anak-anak untuk memahami dan menerima keragaman gender. Dengan pendidikan yang inklusif, anak-anak dapat belajar menghormati perbedaan dan tidak merasa terancam oleh orang yang memiliki pilihan berbeda dari mereka.
Fenomena anak perempuan berpenampilan tomboy adalah sebuah ekspresi yang semakin dihargai dalam masyarakat yang lebih terbuka dan inklusif. Dengan mendukung mereka dalam menemukan identitas diri, kita bukan hanya membantu mereka untuk menjadi pribadi yang lebih percaya diri, tetapi juga berkontribusi pada penghapusan stereotip gender yang membatasi.
Sebagai orang tua, pengasuh, dan anggota masyarakat, kita memiliki peran penting dalam memberikan dukungan dan ruang bagi anak-anak untuk tumbuh dan berkembang menjadi diri mereka yang sebenarnya, tanpa terikat oleh tekanan sosial atau ekspektasi yang tidak adil. Mari kita sambut keragaman ini dengan pikiran terbuka dan penuh kasih sayang. Allaahu Yubarik Fii.
Ilustrasi: Pexels/Allan Mas
Referensi:
- Gender Stereotypes in Childhood – American Psychological Association (APA), 2020.
- The Tomboy Phenomenon: Exploring the Social Meaning of Gender Nonconformity – Journal of Gender Studies, 2018.
- Supporting Gender Identity Development in Children and Adolescents – American Academy of Pediatrics (AAP), 2021.
0 Comments