MYHOMMY.ID – Parents, mengasuh balita adalah salah satu tahap yang paling menantang dalam perjalanan menjadi orang tua. Pada usia ini, anak-anak sedang berada dalam fase eksplorasi dan pengembangan kepribadian. Terkadang, sikap keras kepala mereka bisa membuat kita merasa kewalahan. Bagaimana cara mengenali tanda-tanda balita keras kepala dan strategi praktis untuk mengatasinya? Yuk simak uraian berikut.
Tanda-Tanda Balita Keras Kepala
- Sering Menolak Permintaan atau Arahan
Balita keras kepala cenderung menunjukkan sikap penolakan terhadap permintaan atau arahan, bahkan untuk hal sederhana seperti membereskan mainan. Kata “Tidak!” menjadi respons yang sangat sering terdengar. - Cenderung Bersikeras dengan Keinginannya
Jika balita Anda selalu ingin segala sesuatu dilakukan sesuai keinginannya, itu bisa menjadi salah satu tanda keras kepala. Misalnya, mereka hanya mau memakai pakaian tertentu atau hanya mau makan makanan favoritnya. - Sering Menguji Batasan
Balita keras kepala suka menguji batasan yang Anda tetapkan. Mereka mungkin terus memanjat meja meskipun sudah diperingatkan berkali-kali. - Melakukan Hal yang Dilarang dengan Sengaja
Terkadang, mereka sengaja melakukan hal yang dilarang hanya untuk melihat reaksi Anda. Sikap ini bisa terlihat seperti tantangan langsung terhadap otoritas orang tua. - Mengalami Kesulitan Beradaptasi dengan Perubahan
Balita yang keras kepala sering kali sulit menerima perubahan rutinitas, seperti mengganti jadwal tidur atau pindah ke tempat baru. - Cenderung Tantrum Saat Keinginannya Tidak Terpenuhi
Tantrum merupakan cara balita keras kepala mengekspresikan rasa frustrasi. Ini sering terjadi ketika mereka merasa tidak mendapatkan apa yang diinginkan. - Memiliki Pendapat yang Kuat
Anak yang keras kepala biasanya memiliki pendapat yang kuat bahkan untuk hal-hal kecil, seperti memilih warna baju atau jenis camilan.
Penyebab Balita Menjadi Keras Kepala
- Perkembangan Kepribadian
Usia balita adalah masa ketika anak mulai membentuk identitas mereka sendiri. Sikap keras kepala sering kali muncul sebagai bagian dari upaya mereka untuk menunjukkan kemandirian. - Kurangnya Rasa Kontrol
Anak-anak yang merasa tidak memiliki kontrol atas lingkungan mereka cenderung menjadi lebih keras kepala sebagai cara untuk mendapatkan kendali. - Lingkungan yang Kurang Konsisten
Jika aturan di rumah sering berubah atau tidak konsisten, anak bisa menjadi keras kepala karena merasa bingung. - Pengaruh Genetik
Sifat keras kepala juga bisa diwariskan. Jika salah satu orang tua memiliki karakter yang kuat, kemungkinan besar anak juga akan memiliki sifat serupa.
Cara Mengatasi Balita Keras Kepala
1. Tetap Tenang dan Sabar
Menghadapi balita yang keras kepala bisa menguji kesabaran. Namun, tetaplah tenang. Menunjukkan emosi berlebihan hanya akan memperburuk situasi. Tarik napas dalam-dalam dan kendalikan respons Anda.
2. Berikan Pilihan
Alih-alih memberikan perintah langsung, berikan anak pilihan. Misalnya, “Kamu mau pakai baju merah atau biru hari ini?” Dengan cara ini, mereka merasa memiliki kontrol atas keputusan mereka.
3. Tetapkan Batasan yang Jelas dan Konsisten
Balita membutuhkan struktur. Tetapkan aturan yang jelas dan konsisten. Pastikan mereka memahami batasan yang Anda tetapkan. Misalnya, “Mainan harus dibereskan sebelum tidur.”
4. Berkomunikasi dengan Cara yang Lembut
Gunakan bahasa yang positif dan lembut saat berbicara dengan balita Anda. Hindari menggunakan nada yang kasar atau mengintimidasi karena ini hanya akan membuat mereka lebih defensif.
5. Alihkan Perhatian
Jika anak mulai menunjukkan sikap keras kepala, cobalah mengalihkan perhatian mereka ke aktivitas lain yang lebih menarik. Misalnya, ajak mereka bermain atau membaca buku favorit.
6. Gunakan Pendekatan Empati
Tunjukkan bahwa Anda memahami perasaan mereka. Misalnya, “Mama tahu kamu kesal karena tidak bisa main di luar sekarang, tapi cuacanya sedang hujan.” Dengan empati, anak merasa didengar dan lebih mungkin bekerja sama.
7. Hindari Perdebatan Panjang
Jangan terlalu lama berdebat dengan balita. Tetaplah pada aturan Anda dan hindari memberikan terlalu banyak penjelasan yang rumit. Anak usia ini belum sepenuhnya memahami argumen panjang.
8. Berikan Pujian dan Penghargaan
Ketika balita menunjukkan perilaku yang baik, berikan pujian. Misalnya, “Mama bangga karena kamu sudah membereskan mainanmu tadi.” Pujian memberikan motivasi untuk mengulang perilaku positif.
9. Terapkan Konsekuensi yang Wajar
Jika balita terus melanggar aturan, terapkan konsekuensi yang sesuai. Misalnya, jika mereka tidak membereskan mainan, maka waktu bermain berikutnya dikurangi.
10. Jadilah Contoh yang Baik
Anak-anak belajar dari orang tua mereka. Jika Anda menunjukkan sikap tenang dan konsisten, mereka juga akan meniru perilaku tersebut.
Kapan Harus Mencari Bantuan Profesional?
Jika sikap keras kepala balita sudah mengganggu kehidupan sehari-hari atau berkembang menjadi perilaku agresif yang sulit dikendalikan, pertimbangkan untuk berkonsultasi dengan psikolog anak atau terapis. Bantuan profesional bisa membantu Anda menemukan strategi yang lebih spesifik dan efektif.
Mengasuh balita yang keras kepala memang penuh tantangan, tetapi ini juga bagian dari proses tumbuh kembang mereka. Dengan memahami penyebab dan tanda-tandanya, Anda bisa menerapkan strategi yang tepat untuk mengatasi sikap keras kepala ini. Ingatlah untuk selalu bersikap konsisten, sabar, dan penuh kasih sayang. Dengan pendekatan yang tepat, Anda bisa membantu anak mengembangkan kepribadian yang kuat tanpa harus menjadi terlalu keras kepala.***
Ilustrasi: Pexels/charles-parker
Referensi:
- Siegel, D. J., & Bryson, T. P. (2011). The Whole-Brain Child: 12 Revolutionary Strategies to Nurture Your Child’s Developing Mind. Delacorte Press.
- Greene, R. W. (2014). The Explosive Child: A New Approach for Understanding and Parenting Easily Frustrated, Chronically Inflexible Children. HarperCollins.
- American Academy of Pediatrics. (2023). “Discipline and Limit Setting for Young Children.” Retrieved from www.aap.org.
0 Comments