MYHOMMY.ID – Kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Surabaya mengalami peningkatan signifikan. Salah satu penyebab utamanya adalah dampak dari fenomena iklim La Niña dan El Niño, yang memicu perubahan musim tak terduga, curah hujan tinggi, serta kenaikan suhu udara.
“Perubahan ini menyebabkan bertambahnya tempat perindukan nyamuk Aedes sp. Suhu yang meningkat juga memengaruhi aktivitas gigitan nyamuk, sehingga risiko penularan DBD semakin tinggi,” ungkap Kepala Dinas Kesehatan Surabaya, Nanik Sukristina, S.KM, M.Kes
Untuk mengatasi peningkatan kasus tersebut, Dinas Kesehatan Kota Surabaya telah menyiapkan anggaran tahunan khusus. Dana ini digunakan untuk menyediakan larvasida dan insektisida yang efektif memberantas sarang nyamuk. “Kami memastikan ketersediaan bahan pengendalian nyamuk tetap terpenuhi, termasuk melakukan fogging di area yang rentan penyebaran DBD,” tambah Nanik.
Lingkungan yang kurang terjaga kebersihannya juga menjadi faktor pendukung penyebaran nyamuk. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).
“Kebersihan lingkungan sangat berperan penting. Kami mendorong warga membersihkan area yang berpotensi menjadi tempat berkembang biak nyamuk, seperti genangan air dan tumpukan sampah,” jelasnya.
Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J)
Dinkes Surabaya juga menggalakkan Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J) untuk melibatkan masyarakat secara aktif dalam pengawasan dan pemberantasan sarang nyamuk. “Program ini dilakukan secara rutin dan berkelanjutan, sehingga setiap rumah memiliki perwakilan yang memahami langkah-langkah pemberantasan sarang nyamuk,” papar Nanik.
Selain itu, pelatihan dan sosialisasi terus diberikan kepada kader kesehatan dan masyarakat untuk meningkatkan pemahaman mengenai pencegahan DBD. “Kami terus memperbarui kemampuan para kader dan secara masif menyebarkan informasi terkait upaya pencegahan dan pengendalian DBD di seluruh wilayah,” tambahnya.
Di samping itu, vaksin dengue kini telah tersedia di sejumlah fasilitas kesehatan di Surabaya. Masyarakat usia 6-49 tahun dapat mengakses vaksin ini secara mandiri sebagai langkah pencegahan tambahan. “Vaksin ini menjadi salah satu upaya perlindungan yang dapat dimanfaatkan, namun harus tetap disertai dengan langkah pencegahan lain,” tutup Nanik Sukristina.
Dinkes Surabaya menjalin koordinasi dengan berbagai pihak untuk menekan penyebaran jentik nyamuk sebagai langkah pencegahan demam berdarah dengue (DBD).
Kolaborasi dengan UNAIR Lakukan Riset
Kepala Dinkes Surabaya juga menyampaikan bahwa pihaknya telah bekerja sama dengan Universitas Airlangga (Unair) dalam melakukan penelitian terhadap jentik nyamuk yang ditemukan di lingkungan masyarakat. “Kami juga menjalin kolaborasi dalam program pengabdian masyarakat yang berfokus pada pemberdayaan kader kesehatan untuk meningkatkan kemampuan dalam mengidentifikasi jentik,” ungkap Nanik.
Menurut Nanik, kegiatan identifikasi jentik secara rutin di habitatnya sangat penting untuk memahami pola perkembangan nyamuk Aedes aegypti. “Kami juga berkonsultasi dengan pakar penyakit tropik di RSUD dr. Soetomo untuk mendapatkan informasi terbaru terkait penanganan kasus DBD,” ujarnya.
Selain itu, Dinkes Surabaya aktif mengunjungi seluruh puskesmas di kota tersebut untuk memberikan panduan penanganan pasien dengan gejala DBD sesuai standar yang berlaku. “Kami mengimbau puskesmas untuk segera melaksanakan penyelidikan epidemiologi dalam waktu 24 jam setelah kasus terdeteksi, serta memastikan penanganan kasus yang efektif guna mencegah penularan di wilayah setempat,” tambahnya.
Nanik juga menekankan pentingnya peran masyarakat dalam pencegahan DBD, salah satunya dengan menerapkan metode 3M: menguras, menutup, dan mengubur. “Membersihkan bak mandi dengan menyikatnya minimal seminggu sekali, menutup rapat tempat penyimpanan air, serta mendaur ulang barang bekas yang berpotensi menjadi tempat penampungan air adalah langkah-langkah sederhana yang bisa dilakukan,” jelasnya.
Selain itu, masyarakat disarankan untuk memperbaiki saluran air, menaburkan larvasida di tempat penampungan air, dan memasang kawat pada ventilasi rumah. “Mengatur barang-barang di dalam ruangan agar tidak menjadi sarang nyamuk, serta menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam kamar juga perlu diperhatikan,” tambahnya.
Nanik juga menyebarkan surat edaran terkait Umpan Balik Mingguan Sebaran Kasus DBD Berbasis Wilayah. Menindaklanjuti hasil monitoring dan evaluasi data pelaporan Demam Berdarah Dengue (DBD) periode mingguan Bulan Januari Tahun 2024 (6 Januari – 12 Januari), Nanik menyampaikan update mingguan risiko penularan DBD berbasis wilayah di 10 Kecamatan, 12 Kelurahan dan 10 Puskesmas..
Sebagai antisipasi menekan risiko penularan DBD secara masif di masing – masing wilayah, Nanik mengimbau dilakukan kegiatan pendampingan yang intensif sehingga mencapai hasil yang lebih optimal melalui tiga langkah sebagai berikut.
Pertama, melakukan Apel Gebyar Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M PLUS serentak secara rutin dan konsisten 2 (dua) kali seminggu pada wilayah dengan zona kuning dan merah serta minimal 1 (satu) minggu sekali di seluruh wilayah serta kegiatan kerja bakti terintegrasi khususnya di wilayah prioritas dengan melibatkan RT/RW, TOGA, TOMA, Sekolah, KSH, dan lintas sektor terkait lainnya.
Kedua, melakukan monitoring secara berkala dan mengaktifkan kembali beberapa kegiatan pemantauan jentik berbasis masyarakat di wilayah seperti Siswa Pemantau Jentik (WaManTik) dan Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik (G1R1J) serta memastikan Angka Bebas Jentik (ABJ) rill di lapangan sesuai dengan target yaitu minimal 95%.
Ketiga, melaporkan seluruh hasil kegiatan PSN 3M PLUS melalui Aplikasi Sayang Warga (ASW) dan memantau progres capaian untuk intervensi wilayah sehingga potensi penyebaran dan risiko penularan kasus DBD dapat terus terkendali.
Berdasarkan data dari Dinkes Surabaya, terdapat 231 kasus DBD sepanjang tahun 2024. Namun, hingga saat ini, belum ada laporan pasien dengan gejala serupa pada tahun 2025.
Ilustrasi: Pexels/Igud Suplan
0 Comments